Bab 19

Hanifah sudah berada di ruang inap, dokter itu menempatkannya di kelas 1.

"Jika Abba mau melihat Hanifah silahkan masuk, namun tidak bisa langsung banyak hanya 1-2 orang saja,"

"Baik, dok, terimakasih,"

Dokter pergi ke ruangannya.

Abba masuk ke ruangan Hanifah.

Sandra memberitahu Andi kalau Hanifah sudah berada di ruang inap.

Hanifah masih menutup matanya.

"Assalamu'alaikum, Hani sayang, Abba datang,"

Hanifah tersenyum seperti sedang merespon Abba.

"Ayo buka matanya, apakah Hani gak senang Abba datang?"

Hanifah meneteskan air mata.

Abba mencari hp milik Hanifah dan berniat memutar kembali voice notes yang dikirim oleh Zayn.

Hp ada di samping Hanifah.

"Ini sayang dengarkan lagi voice notes dari Zayn ya,"

Ternyata isinya Zayn sedang membaca Al-Qur'an.

Hanifah tersenyum dengan manisnya.

Abba tidak tega berada lama-lama di dekat Hanifah.

Karena Hanifah sama sekali tidak merespon ucapannya, hanya suara Zayn saja.

Abba segera keluar dari ruangan Hanifah.

"Abba bagaimana keadaan Hanifah?"

"Hanifah masih belum membuka mata,"

"Tapi saat Abba mengajaknya mengobrol, apakag Hanifah merespon?"

"Tidak, dia malah menangis,"

"Kenapa kamu Han?"

Sandra ikut menangis mendengar keadaan Hanifah.

"Izinkan saya masuk ya, Abba,"

"Iya, silahkan, Nak Sandra,"

Sandra masuk ke ruangan Hanifah.

"Cie, yang sedang mendengarkan calon imam mengaji," canda Sandra

Hanifah mencoba membuka matanya.

Sandra terus berjalan mendekati kasur Hanifah.

"Yuk, ach, bangun, kita pulang ke kosan,"

Sandra terus mengoceh tidak ada henti supaya Hanifah membuka matanya.

"Ah, gua marah ini mah, lo gak mau buka mata,"

Hanifah berhasil membuka matanya.

"Dimana ini?"

"Di rumah sakit,"

"Kenapa saya?"

"Sudah gak usah di bahas, nanti kalau di bahas gua takut lo jadi trauma,"

"Terakhir gua tambah angin, di seberang ada Ibu sedang mengobrol dengan preman, lalu menghajar saya, datang mobil dengan kecepatan tinggi Ibu mendorong Hani dan dari sana Hani tidak sadarkan diri," cerita Hanifah

"Lo mau minum?"

Hanifah mengangguk

Sandra memberikan minum kepada Hanifah.

"Siapa yang bawa Hani kesini?"

"Orang yang menabrak lo,"

"Alhamdulillah, Allah ketemukan saya dengan orang baik yang mau bertanggung jawab,"

"Dia seorang dokter,"

"Oh, gitu, Alhamdulillah,"

"Ada yang sakit tidak?"

"Dada sebelah sini," jawab Hanifah dengan menunjukkan ke arah dada bagian kanan.

"Tunggu sebentar gua keluar dulu untuk memanggil dokter, supaya segera di periksa. Tangan, kepala apakah ada yang sakit?"

"Tidak,"

Sandra keluar ruangan

Andi dan yang lainnya sudah berada diluar ruangan Hanifah.

"Tunggu ya, saya mau memanggil dulu dokter,"

"Kenapa dengan Hanifah?"

"Tidak ada apa-apa, Abba,"

Sandra melanjutkan langkahnya menuju ruangan dokter yang menangani Hanifah.

Dokter pun ikut dengan Sandra menuju ruangan Hanifah.

"Alhamdulillaah, Hanifah sudah sadar sepenuhnya,"

Hanifah hanya tersenyum.

"Apa yang di rasa sekarang?"

"Sakit ini, dok,"

"Ooh, yang bagian ini ya?"

"Iya, dok,"

"Ini sangat wajar karena efek dari benturan yang sangat kuat, namun untuk memastikannya nanti kita rontgen ya,"

"Baik, dok,"

"Namun dokter salut dan bangga sama Hanifah, benturan yang sangat kuat membuat Hanifah tidak apa-apa,"

Hanifah tersenyum.

"Dokter akan memanggih, 'Hanifah Gadis Tangguh',"

Hanifah tersenyum semakin lebar.

"Mau makan?"

"Belum mau, Dok,"

"Oh, Oke, kalau begitu, siap-siap nanti kita rontgen,"

"Baik, dok,"

"Dokter tinggal dulu,"

"Iya, dok,"

Dokter meninggalkan ruangan Hanifah.

Hanifah di ruangan sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!