Bab 17

Hanifah segera memapah Sandra untuk keluar dari gedung tua itu.

Andi, Adam dan Ayahnya Andi datang bersama polisi.

Mereka melongo melihat Hanifah sudah bisa membebaskan Sandra.

"Bagaimana lo bisa kesini?"

"Lo gak tau kan, gua sama Hani kan saling terhubung GPS jadi kami bisa saling tahu," ucap Sandra sambil tersenyum.

"Kemana penyandera itu?"

"Dalangnya sudah pergi, kalau para preman suruhan Ibu tirinya Hani masih ada di dalam," jelas Sandra kepada para polisi.

Para polisi pun segera pergi ke dalam gedung tua itu, atas perintah inspektur.

Sandra masih di papah oleh Hanifah.

"Gimana caranya lo membebaskan Sandra?" tanya Andi penasaran.

"Gila, Hani ini ternyata jago karate, preman yang banyak itu bisa di kalahkan dengan satu, dua jurus saja," cerita Sandra.

"Benar Han?" tanya Andi tidak percaya.

"Alhamdulillah, itu semua karunia dari Allah,"

"Gua mau dong di ajarin," pinta Andi.

"Gua juga mau," kata Sandra juga.

Hanifah hanya tersenyum.

"Serius, lo malah tersenyum,"

"Kenapa gak ikutan di klub karate yang di adakan oleh kampus saja," ucap Hanifah

"Kenapa lo gak mau membagi ilmu?" jawab Andi sinis.

"Bukan gitu, saya belajar karate untuk diri sendiri saja, tidak untuk mengajarkan kembali," jelas Hanifah

"Dasar pelit," ucap Sandra sambil cemberut.

"Ayo, nanti bareng saya belajar di klub karatenya," kata Hanifah sambil tersenyum.

"Benar, serius, ya?"

Hanifah mengangguk.

"Han, sekarang Ibu mu kemana?" tanya Ayahnya Andi.

"Kabur om, gak tau kemana, mungkin takut di patahkan lehernya oleh Hani," kata Sandra sambil tersenyum.

Hanifah tidak menjawab.

"San, lo mau pulang bareng gua?" tanya Andi.

"Gua bareng Hani saja," jawab Sandra

"Naik motor dengan keadaan seperti ini?" tanya Adam khawatir

"Iya, memang kenapa? Ini sih, belum seberapa," jawab Sandra sambil melihat ke arah tubuhnya.

"Sudah, ikut sama Andi saja, saya akan mengikuti dari belakang,"

"Benar?" tanya Sandra memastikan

"Iya," jawab Hanifah sambil tersenyum.

Sandra dan Adam masuk ke dalam mobil Andi.

Hanifah naik motornya

Ayahnya Andi membawa mobil sendiri.

Semua sudah siap di balik kemudi dan berjalan dengan beriringan.

Andi di depan, Hanifah di tengah dan mobil Ayahnya Andi di belakang.

Sandra selalu menoleh ke belakang.

Hanifah dengan tenang mengendarai motor.

Tiba-tiba di jalan motornya seperti ada yang beda, tidak enak di kendarai. Saat di lirik oleh Hanifah ternyata bannya bocor.

Hanifah mempersilahkan Ayahnya Andi untuk jalan duluan dengan memberikan kode sebelumnya, kalau dirinya baik-baik saja.

Hanifah menjalankan motornya dengan sangat hati-hati sambil mencari tukang tambal ban. Hanifah tertinggal jauh oleh Andi dan Ayahnya Andi.

Saat menemukan tukang tambal ban, Hanifah berhenti dan segera turun dari motornya.

"Pak, Bannya kempes, bisa tambah angin?" pinta Hanifah.

"Coba Bapak periksa,"

"Baik, Pak,"

"Iya, neng, ini kempes biasa,"

"Alhamdulillah,"

Bannya Hanifah di tambah angin dan Hanifah segera membayarnya dengan memberikan uang lebih. Itu salah satu kebiasaan Hanifah, jika membayar sesuatu selalu memberi lebih.

Saat Hanifah akan naik ke atas motornya, dia melihat sosok yang tidak asing lagi yaitu Ibu tirinya yang sedang mengobrol dengan preman.

Hanifah segera mengambil hp dan menekan aplikasi kamera, untuk mengambil gambar Ibu tirinya sedang dengan preman.

Hanifah menitipkan motornya kepada tukang tambal ban dan segera menyebrang untuk menghampiri Ibu tirinya.

"Masih belum kapok, Bu?" tanya Hanifah mengagetkan Ibu tirinya.

Ibu tirinya ketakutan dan segera memberikan kode kepada preman tersebut untuk menghajar Hanifah.

Hanifah segera memasang kuda-kuda dan melawan preman tersebut. Dengan seketika preman tersebut tumbang begitu saja dan meringis ketakutan.

"Apa mau mu, Bu?"

"Menghabiskanmu,"

"Kenapa tidak pakai tangan Ibu saja, kenapa harus orang lain yang melakukannya?" tantang Hanifah.

Ketika ada mobil jalan dengan kecepatan tinggi, Hanifah di dorong oleh Ibu tirinya.

"Brak," Hanifah terpental karena tertabrak mobil.

Ibu tirinya tersenyum melihat Hanifah tergeletak di jalan penuh darah.

Orang-orang segera membantu dan menolongnya . Ibu tirinya menghindari kerumunan orang-orang yang melihat Hanifah, dan pergi menjauh.

Mobil yang menabrak Hanifah berhenti dan segera meminta kepada warga yang berkerumun untuk membantu membawanya ke dalam mobilnya.

Hanifah segera di bawa ke Rumah Sakit oleh penabrak tersebut.

Hanifah langsung tidak sadarkan diri karena benturan yang sangat keras.

Tanpa pikir panjang, tukang tambal ban segera menutup kiosnya dan mengikuti mobil yang membawa Hanifah.

Sudah sampai di rumah Sakit

Hanifah di gendong oleh penabrak itu lalu di simpan ke atas blangkar.

Bapak tukang tambal ban mengikuti dari belakang.

"Anda, siapa?"

"Saya tukang tambal ban, sebelumnya gadis ini menambah angin di tempat saya, saya kesini sebagai saksi dan membawa motornya,"

Penabrak itu mengangguk.

Perawat banyak yang berdatangan.

"Masukkan ke dalam IGD, nanti saya yang periksa" pinta penabrak itu kepada salah satu perawat.

"Baik, Dok,"

Hanifah segera di bersihkan lukanya yang berada di wajah, kerudungnya dengan terpaksa di buka karena penuh darah, di lengan dan Kaki,"

Penabrak yang merupakan berprofesi seorang dokter segera memeriksanya dengan teliti takut ada cedera yang serius.

Bapak tukang tambal ban dengan setia menunggu di ruang tunggu.

"Perawat coba periksa tasnya apakah ada identitas atau hp milik korban, supaya kita bisa menghubungi keluarganya,"

Perawat itu mengambil tas korban dan membukanya.

"Ada, dok, ini hp dan kartu identitasnya."

"Coba hubungi nomor yang terakhir korban hubungi,"

"Baik, Dok,"

Yang terakhir Hanifah hubungi yaitu Umminya Zayn.

Perawat itu segera ke ruang administrasi untuk memberikan info ada seorang korban dengan identitas bernama Hanifah dan seorang mahasiswi salah satu kampus swasta yang berada di Jakarta.

Bagian Administrasi mencatat semuanya termasuk usia dan alamat korban. Dan kontak yang bisa di hubungi.

Perawat meminta untuk segera menghubungi kontak yang terakhir dihubungi oleh korban.

Bagian adminstrasi melakukan apa yang diminta oleh perawat.

"Assalamu'alaikum," suara dari seberang

"Wa'alaikummussalaam, maaf saya mau menginformasikan bahwa keluarga Ibu mengalami kecelakaan sekarang sedang di tangani oleh dokter di rumah sakit Medika Jakarta"

"Kalau boleh tahu, siapa?"

"Hanifah, apakah Ibu mengenalnya?"

"Iya, saya, sangat mengenalnya, baik saya akan segera ke Jakarta. Namun kami membutuhkan waktu yang lama, jika ada yang serius kami mohon lakukan yang terbaik untuk kesembuhan Hanifah," pinta Umminya Zayn dengan nada sedih.

Sambungan telepon terputus.

Perawat kembali lagi ke ruang IGD dan menemui dokter yang memeriksa Hanifah.

Suara hp Hanifah berdering tanda telepon masuk, ketika perawat melihat dari layar, Sandra yang menelepon.

"Dok, bagaimana ini?"

"Terima saja, siapa tahu kerabatnya Hanifah,"

"Hallo," ucap perawat ketika menerima panggilan dari Sandra.

"Kenapa hp Hanifah ada sama lo?" tanya Sandra ketus.

"Saya dengan perawat, Hanifah mengalami kecelakaan tertabrak oleh mobil, sekarang sedang di tangani oleh dokter,"

"Hanifah kecelakaan tertabrak mobil?"

"Iya, Mbak, untuk pastinya silahkan datang ke rumah sakit medika, Hanifah masih di periksa di ruang IGD,"

"Baik, terima kasih infonya,"

Sambungan telepon terputus.

Perawat membantu dokter kembali untuk menangani Hanifah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!