Hanifah dan Sandra sudah berada di mobil.
Andi menjalankan kembali mobilnya.
"An, hati-hati ya,"
"Mah, kita pergi dulu ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran,"
"Baik, Mamah ikut saja, bagaimana yang lainnya,"
"Iya, Andi, kalau bisa yang dekat masjid ya. Biar Hani bisa shalat maghrib dan isya dulu,"
Hanifah melihat hp.
Disana banyak chat dan panggilan dari Zayn.
Hanifah segera membaca dan membalasnya.
"Han, kenapa?"
"Tidak apa-apa,"
"Baik-baik saja kan?"
"Iya, Hani, baik-baik saja. Ini kami mau mencari dulu masjid, mau shalat,"
"Alhamdulillaah, ternyata hanya penampilan saja yang berubah, ibadah yang lain tidak,"
"🙈🙈🙈,"
"Semoga nanti jika kita ketemuan, Hani bisa kembali seperti yang dulu,"
"Aamiin, kapan pulang ke indo?"
"In Syaa Allah, semester sekarang Ana pulang,"
"Oh, In Syaa Allah,"
"Ada kan Han, rider pakai hijab syar'i bahkan pakai niqob,"
"Oh, ya,"
"Iya, kalo Hani kayaknya lucu kalau gitu," Hanifah senyum-senyum sendiri membaca chat dari Zayn.
"Hani, apakah laki-laki itu Ayahnya Andi?" tanya Mamahnya Andi mengagetkan Hanifah.
"Iya, Tan," jawab Hanifah spontan karena kaget.
"Apakah kalian sampai...?"
"Tidak, Tan, Alhamdulillah, Hani bisa lari,"
"Astagfirullah, sungguh Tante tidak menyangka om seperti itu,"
Zayn di tinggalkan dan Hanifah fokus berbincang-bincang dengan Mamahnya Andi.
"Sekarang Tante sudah tahu, mau bagaimana?"
"Entahlah Tante tidak tahu,"
"Cerai saja," kata Andi ikut menjawab.
"Sssst, jangan gitu Andi, kalau Ayah kamu mau berubah apa salahnya di berikan kesempatan. Tante mau kasih kesempatan pada om?"
"Entahlah, Ibu, bingung,"
"Istikharah, saja, Tan,"
"Apa itu?"
"Sholat istikharah adalah sholat sunnah yang mempunyai keutamaan untuk meminta petunjuk kepada Allah agar ditetapkan pilihan yang terbaik,"
"Caranya bagaimana?"
"Caranya sama seperti shalat wajib, yaitu shalat subuh. Namun setelah membaca Al fatihah di sarankan pada rakaat pertama baca surah al-kafirun, rakaat kedua baca al-ikhlas,"
"Pasti ada do'anya,"
Hanifah membacakan do'anya.
"Panjang ya?"
"Iya, Tante,"
"Artinya apa?"
"Artinya: "Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu."
"Ya Allah, seandainya Engkau tahu bahwa masalah ini ** baik untukku dalam agamaku, kehidupanku dan jalan hidupku, jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagiku dan berkahilah aku di dalam masalah ini."
"Namun jika Engkau tahu bahwa masalah ini ** buruk untukku, agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan masalah itu dariku. Tetapkanlah bagiku kebaikan di mana pun kebaikan itu berada, dan ridailah aku dengan kebaikan."
** Di bagian ini, sebutkan masalah yang sedang dihadapi untuk memohon petunjuk,"
"Hani begitu hafal, sering melakukannya?"
"Iya, Tante. Hani setiap dalam keadaan bingung, seperti berada di dua pilihan pasti melakukan shalat istikharah,"
"Maa Syaa Allah, sungguh Tante begitu iri sama Safitri,"
"Kenapa Tante?"
"Memiliki anak yang cantik, sholehah, sudah mandiri lagi,"
"Tante juga hebat, masih bisa menahan emosi saat tadi, Tante melihat om dengan Ibu,"
"Sebenarnya Tante ingin marah, namun apa daya Tante tidak ingin melawan suami,"
"Kalau tidak ada kalian gua udah meledak," timpal Andi.
"Ssst, baik buruk juga itu Ayahmu, Andi. Kita harus tetap hormat,"
"Ayah yang bagaimana yang harus di hormat,"
"Abba juga sama, tadi nenek bilang di depan semuanya. Bagaimana Abba kepada Ummah, tapi kita sebagai anak harus tetap menghargai dan menghormati Abba,"
"Sekarang bagaimana Abba?"
"Alhamdulillaah saat tadi ketemu, Abba terlihat sangat sayang dan merindukan saya, sesuatu yang tidak pernah saya dapatkan selagi masih berkumpul dengan Ummah dan Abba,"
"Apa Ayah juga bisa, gak main perempuan lagi?"
"In Syaa Allah, kita minta kepada Allah untuk diberikan hidayah serta membalikkan hatinya untuk kembali berkumpul dengan keluarga,
مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
Allahumma musharrifal qulub sharrif qulubana ila tha'atika.
Artinya: "Ya Allah Zat yang mengurus seluruh hati, arahkanlah hati kami terhadap ketaatan kepada-Mu." (HR Muslim)" jelas Hanifah
"Sangat teduh ya, kalau bicara dengan ustadzah," Adam ikut berbicara.
Hanifah diam.
"Makanya gua betah temenan sama Hani," seru Sandra.
"Kita ke rest area ya," ucap Andi
"Ini sudah masuk tol gitu?"
"Kemana saja sih, Han, chatan terus sih tadi," ucap Adam
Hanifah hanya tersenyum.
Andi menghentikan mobilnya setelah masuk ke rest area.
"Han, mau makan atau shalat dulu,"
"Ayo, nanti sambil menunggu makanan datang Hani akan shalat,"
"Oke,"
"Pesankan saja, Hani sama kayak pesanan Sandra ya,"
"Iya, siap,"
Hanifah berjalan menuju masjid.
Yang lainnya berjalan ke restoran.
Hanifah mengambil wudhu.
Lalu masuk ke mesjid untuk mendirikan shalat maghrib dan isya.
Saat selesai shalat, Hanifah menyempatkan melihat-lihat ke sekeliling mesjid.
Terlihat dari kejauhan seseorang yang tadi di temui di jalan yang bersama dengan Ibu tirinya Hanifah.
"Om," ucap Hanifah pelan.
Hanifah berjalan mendekat orang itu, dia sedang menunduk.
"Assalamu'alaikum, Om" duduk setara dengan Ayahnya Andi.
Laki-laki itu menoleh ke arah Hanifah dan mengusap air matanya.
"Om, sudah lama berada disini?"
"Belum lama kok,"
"Oh, iya, baik, silahkan di lanjut om,"
Hanifah berdiri dan meninggalkan Ayahnya Andi.
"Nak," panggil Ayahnya Andi.
Langkah Hanifah berhenti dan membalikkan badannya, "Iya, Om,"
"Maafkan Om,"
Hanifah mengangguk.
"Dan terima kasih juga, Hani sudah membuka mata dan hati om,"
"Om, minta ampun dan berterima kasih juga sama Allah, Allah sayang sama Om, Allah menginginkan Om untuk kembali ke jalannya sehingga semuanya terbongkar sekarang,"
Ayahnya Andi mengangguk dan berdiri.
Hani mau membalikkan badannya kembali namun Ayahnya bertanya kembali.
"Andi dan Mamahnya dimana?"
"Andi dan Mamahnya ada di restoran Om,"
"Boleh, Om, ikut gabung dengan kalian?"
"Boleh, Om,"
Hanifah membalikkan badannya dan jalan menuju restoran sebelumnya mengembalikan mukena ke tempatnya.
Ayahnya Andi mengikuti dari belakang.
Hanifah tiba di restoran dan duduk di sebelah Sandra.
"Tante, Om ada disini, beliau habis shalat dan sedang berdo'a,"
"Mana sekarang?"
"Tadi meminta izin untuk ikut gabung, Hani mengizinkannya,"
"Iya,"
"Gak apa-apakan, Tan?"
"Tidak, Tante tidak keberatan,"
Ayahnya Andi datang dan langsung menyapa semuanya.
"Maaf, neng, Andi, boleh ikut gabung?"
"Mari A," jawab Mamahnya Andi.
"Mau apa kesini?" tanya Andi marah.
"Andi, Ayah, mau bertaubat dan berikan kesempatan untuk Ayah berubah, saksinya kalian teman-teman Andi,"
"Andi sudah malu mempunyai Ayah seperti anda," dengan nada marah.
"Om, duduk sini!"
"Hani, kamu mau memilih dia atau gua?" tanya Andi kepada Hanifah dengan nada sangat marah.
"Astagfirullah, Andi,"
"Ya, sudah kalau begitu, Ayah akan langsung pulang saja,"
Mamahnya Andi menahan tangan Ayahnya Andi.
Andi tambah marah dia berdiri lalu keluar.
Mamahnya Andi hendak berdiri untuk mengejar Andi namun Hanifah sudah berdiri duluan dan berjalan ke arah Andi.
"Andi, tunggu,"
"Mau apa lagi kamu?"
"Tidak apa-apa, saya ingin menemanimu mencari angin,"
"Saya tidak butuh teman,"
"Tahu, tapi saya ingin menemanimu,"
"Pergi sana!" perintah Andi.
"Saya tidak mengenali kamu, An, yang suka becanda tapi nyatanya emosian,"
"Gua lagi gak mau becanda,"
"Saya gak ngajak becanda, saya hanya ingin mengajak diskusi untuk menghadapi sesuatu secara dewasa,"
"Ya, gua memang kekanak-kanakkan,"
"Saya dulu juga gitu, ingin rasanya marah dan berontak ketika meilihat Abba sedang dengan perempuan lain, namun ada Ummah yang selalu membimbing Hani,"
"Abba, lo?"
"Iya, saya di ajarkan untuk mempunyai hati yang lapang dan pemaaf,"
"Bisa?"
"Iya, seperti yang kamu lihat tadi pada Ayahmu yang hampir mengambil sesuatu yang berharga dalam dirinya,"
"Salut gua,"
"Kamu juga bisa,"
"Seperti lo?"
"Iya, coba, saya juga awalnya berat namun pada akhirnya bisa,"
Andi terdiam.
"Coba deh, renungkan apa lo sudah bisa hidup tanpa ayahmu?"
Andi tidak menjawab
"Uang jajan, Kuliah, Fasilitas dan Mamahmu bagaimana?"
Andi terdiam.
"Kita harus belajar berfikiran yang logis,"
Andi terdiam seperti sedang merenung, atas apa yang di ucapkan oleh Hanifah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments