Hampir saja ...

Aurelia bergegas menyibakkan selimutnya, lalu turun dari atas ranjang dan bergegas menuju pintu depan. Suara gedoran pintu dan teriakan Dhafi semakin terdengar jelas, Aurelia pun bergegas membuka kunci pintu depan. Namun apa yang terjadi saat pintu telah dia bukakan, wajah Dhafi tampak murka dan tangan besarnya langsung mendorong tubuh mungil Aurelia hingga tersudut ke tembok, kemudian tangan kanannya sudah berada di leher wanita itu.

“Mas!” seru Aurelia netranya membulat, wajahnya mulai terlihat ketakutan.

“Kamu sengaja tidak membuka pintu untukku ya! Ini adalah rumah ku!” bentak Dhafi dengan netranya yang menyalak. Tangan Dhafi pun mencekik leher Aurelia.

“Mas!” wanita itu ketakutan dan keduanya tangannya terangkat lalu memukul tangan pria itu, napasnya pun mulai terasa sesak karena susah untuk bernapas.

Dhafi entah kena setan apa, tangannya masih melingkar di leher istri sahnya, wajah wanita itu pun tampak mulai memucat, sudah aslinya putih semakin memutih. “Aakh ... Mas!” Aurelia sudah mulai terasa kehilangan oksigen dalam rongga paru-parunya, netranya yang indah mulai berlinang air mata.

“Mungkinkah ini akhir dari perjalanan dari hidupku, yang akan berakhir tragis di tangan suamiku sendiri,” batin Aurelia merintih kesakitan.

 Pukulan tangannya pun semakin melemah, Dhafi yang semakin lama menyadari wajah Aurelia sudah seperti mayat, langsung melonggarkan cekikkannya kemudian menarik tangannya.

Kedua tangan wanita itu pun langsung melindungi lehernya, dan berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat menatap nanar suaminya, setelah itu dia berlarian masuk ke kamar dan menguncinya.

Sementara itu Dhafi terpaku dengan tangannya sendiri yang hampir saja menghilangkan nyawa Aurelia, sebenarnya dia tidak bermaksud seperti itu. Hanya karena Aurelia telat membukakan pintu rumah, Dhafi bisa se emosi itu! Beginilah potret suami durjana!

Air mata begitu deras mengalir di pipi Aurelia, tubuh wanita itu pun melorot ke lantai bagaikan tak ada daya, tubuhnya juga masih gemetaran karena ketakutan, lalu dia  menyandarkan dirinya ke daun pintu, kedua kakinya ditekuk kemudian wajahnya tenggelam dalam kedua lututnya itu, suara tangisannya pun pecah. Sungguh ini malam yang mencekam buat Aurelia, dia hampir saja kehilangan nyawanya. Ini bukan lagi sabetan dari seuntai tali pinggang yang biasa dia terima dari suaminya, tapi ini sebuah lingkaran yang ada di lehernya dan bisa membuat siapa pun kehilangan nyawanya.

Dhafi yang menyadari tindakannya sangat terlalu kejam, kakinya melangkah mendekati pintu kamar yang ditempati oleh Aurelia, sekilas ada rasa bersalah di hatinya itu, dan timbul ingin minta maaf, tangan kanannya mulai berangkat untuk mengetuk pintu, namun suara tangisan Aurelia yang begitu memilukan mematahkan keinginan Dhafi untuk mengetuk pintu. Apalagi bayang-bayang foto Aurelia bersama pria lain di atas ranjang hadir di pelupuk matanya, dan hati yang sempat berniat minta maaf padam seketika itu juga.

“ARRGH!” teriak Dhafi sembari mengusak rambutnya sendiri. Akhirnya dia memilih keluar dari rumahnya dan pergi meninggalkan Aurelia seorang diri dengan rasa ketakutannya.

Masihkah Aurelia berpikir untuk tetap mencintai suaminya, setelah apa yang terjadi barusan? Yang jelas di dalam kamar yang ditempati oleh Aurelia masih terdengar rintihan tangisan yang sangat memilukan, seorang istri yang masih mencoba bertahan dan berharap cintanya terbalaskan, tapi siksaan batin dan fisik yang selalu dia terima.

“Ya Allah, aku masih sayang dengan nyawaku. Aku belum siap untuk meninggalkan dunia ini, bekalku masih sedikit untuk datang ke akhirat. Ku mohon lindungilah aku dan mohon petunjukMu Ya Allah.”

Apa yang dia miliki saat ini, tidak ada! Ya dia miliki hanyalah Tuhannya. Percayalah, jika kamu melibatkan Tuhanmu dalam segala urusan, maka kamu pasti mampu melewati semuanya walau pundakmu harus tetap berdiri dengan kokohnya.

Satu jam kemudian mobil yang dikendarai oleh Dhafi sudah terparkir diujung jalan, dan pria itu bergegas ke rumah kecil yang dia kontrakan untuk Faiza.

“Loh kok Mas Dhafi balik lagi, ada yang ketinggalan?” tanya Faiza agak terkejut saat membukakan pintu di jam 2 pagi ini.

Pria itu dengan wajahnya yang terlihat lelah masuk begitu saja, dan menuju kamar. “Malam ini aku nginap di sini,” jawab Dhafi.

Faiza yang baru saja mengunci pintu tersenyum lebar mendengarnya, akhirnya setelah sekian lama menjadi istri kedua Dhafi, baru kali ini suaminya bermalam di rumah kontrakan mereka. Wanita itu pun bergegas masuk ke kamar dan membantu suaminya untuk berganti pakaian.

“Akhirnya Mas nginap di sini juga, kalau bisa yang lama ya Mas ... misalnya sebulan kek, atau aku tinggal di rumah mewah milik Mas itu,” kata Faiza dengan lembutnya.

“Mmm ...,” gumam Dhafi, usai melepas kemeja dan celana panjangnya, pria itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Faiza pun ikutan naik ke atas ranjang dan langsung memeluk Dhafi yang kini hanya menggunakan celana panjang.

Tatapan Dhafi menerawang ke kejadian barusan, teringat jelas tangannya hampir saja membuat dia menjadi seorang pembunuh.

“Mas Dhafi main lagi yuk,” ajak Faiza, tangannya mulai meraba dada suaminya.

Dhafi menepis tangan wanita itu dari dadanya. “Tadi sore kan sudah mainnya, badanku lelah dan sudah mengantuk,” tolak Dhafi. Faiza hanya bisa mendesah kecewa, akan tetapi Dhafi mengecup kening wanita itu, lalu merangkul Faiza agar tidak terlalu kecewa padanya.

“Mas Dhafi, kapan belin aku kalung. Kemaren Mas Dhafi kan janji mau belikan kalung emas yang kita lihat di mall,” tanya Faiza dengan hati-hatinya.

Terdengar Dhafi menghela napas panjangnya. “Nanti kalau aku ada uangnya, sekarang kita tidur!” jawab Dhafi mulai terdengar kesal, lalu dia memejamkan netranya menghindari pertanyaan Faiza yang selalu tidak sabaran jika sudah punya kehendak.

...----------------...

Gelapnya malam sudah tergantikan dengan terangnya sinar matahari yang begitu cerah, namun tidak secerah wajah Aurelia yang masih berkabut dengan gelapnya malam. Saat ini wanita muda itu masih berselimutkan dengan ketakutannya seorang diri, melebihi takut akan melihat makhluk halus. Dia masih menatap ambang pintu dengan netranya yang sebab dan bengkak, serta selalu saja memiliki pikiran negatif jika dia keluar dari kamarnya lalu bertemu kembali dengan suaminya. Jujur dia ingin sekali minta tolong dan berteriak agar tetangga nya bisa datang ke rumah, namun hatinya tidak mau diajak kompromi.

Jarum jam pun terus berputar, tanpa disadari sudah jam 9 pagi. Dengan tubuh yang masih gemetaran, Aurelia menempelkan daun telinganya ke daun pintu untuk memastikan jika di luar kamarnya tidak terdengar suara Dhafi, agar dia bisa keluar dari kamarnya. Dirinya sudah minta dituntaskan hajatnya untuk ke kamar mandi, yang sedari tadi dia tahan karena takut bertemu dengan Dhafi. Dirasa tidak mendengar ada suara apapun, diputarlah kenop pintunya, lalu menyembulkan kepalanya terlebih dahulu untuk memastikan keadaan aman, tapi menurut kebiasaan yang dia ketahui Dhafi jam 9 pasti tidak ada di rumah, sudah berangkat kerja.

“Alhamdulillah, tidak ada,” gumam Aurelia sedikit bernapas lega, dia pun keluar dari kamar dan bergegas ke kamar mandi.

Di saat Aurelia berada di kamar mandi, bersamaan itu juga mobil Dhafi tiba di depan rumah mereka.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Eka

Eka

semoga dhafi ssdar dsn bisa cari tau tetang foto au kslau cuman rekayasa

2024-03-14

0

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

apakah msh bs dikatakan bodoh kl cinta itu buta au..

2024-02-20

0

novi 99

novi 99

itu kamu hampir jadi perkedel sayap kamu Aurel ... masih juga kamu mau bertahan .
mending minggat paling gak pergi ke dinas mana gitu biar di proses terus laporin juga KDRT si Dhafi

2024-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!