Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka

Bu Tin sedari tadi memperhatikan wajah Aurelia yang terlihat sendu, ketika Ima menceritakan tentang rumah tangganya. Mungkin sebagian orang merasa itu adalah aib yang seharusnya tidak diumbar, akan tetapi masalah rumah tangga Ima sudah diketahui oleh tetangga dekatnya karena sudah mengandung unsur kekerasan dalam rumah tangga, apalagi dengan kehebohan penangkapan paksa suaminya dari pihak kepolisian. Ada beberapa hal yang bisa di-sharing sebagai pelajaran buat pasangan lain, ada juga yang memang harus disimpan sendiri dan tidak menjadi konsumsi publik.

“Benar yang kamu katakan Ima, rumah tangga bukan sekedar persoalan cinta, tapi adanya dua komunikasi yang baik antara suami istri, adanya rasa saling menghargai hingga tidak terjadi kdrt, dan komitmen bersama dalam tujuan berumah tangga. Mungkin ini yang banyak kita lupakan, dan ingat jangan selalu mendzolimi diri sendiri baik secara fisik maupun mental. Buat apa punya suami tampan, kaya, berkedudukan tinggi di kantor tapi tangannya dengan ringan berbuat kasar pada kita, apakah mau kita lama-lama mati di tangan suami sendiri? Maka dari itu ibu-ibu sayangi nyawa kita sendiri, jangan karena kita cinta sama suami lalu membenarkan sikap kasar suami kita, betul ibu-ibu?” imbuh Bu Tin ikut menimpali si Ima.

Ibu-ibu yang ada di sana mengangguk kepalanya termasuk Lilis dan Ima, sementara itu Aurelia hanya bisa terdiam membisu. Dalam benak Bu Tin sangat berharap Aurelia makin terbuka hati serta matanya untuk lebih tahu mana yang pantas untuk dipertahankan.

“Haduh dengar cerita si Ima, jadi kelamaan nongkrong di warung Bu Tin, nih Bu Tin punten dihitung dulu sayur saya, keburu kesiangan masaknya,” ucap Lilis, sembari menyodorkan sayur beserta teman-temannya pada Bu Tin.

Dengan ramahnya Bu Tin kembali melayani, sementara itu Aurelia mengambil seikat sayur kangkung, dan seplastik ikan tongkol potong beserta cabe merah. Usai Bu Tin melayani Lilis, Aurelia dengan rasa yang tidak enak menyodorkan sayur yang dia pilih. “Bu Tin maaf saya boleh hutang ambil sayur dulu, nanti kalau sudah ada uangnya akan saya bayar kalau suami saya sudah kasih uang,” ucap Aurelia agak merendahkan suaranya.

Wanita bertubuh gempal itu tersenyum tipis. “Boleh kok Neng, nanti Ibu catat habis berapa belanjaannya.”

“Alhamdulillah, makasih banyak ya Bu Tin.” Agak sedikit lega hati Aurelia karena Bu Tin memperbolehkan dia berhutang di warungnya,  walau sebenarnya dia terpaksa melakukannya. Ima yang kebetulan masih ada di warung Bu Tin menyentuh lengan Aurelia. “Neng Aurel, mumpung masih muda, kenapa tidak cari pekerjaan hitung-hitung buat kamu sendiri, gak ada ruginya,” kaya Ima.

Aurelia agak terhenyak dengan ucapan Ima. Melihat wajah Aurelia entah kenapa buat Ima merasa sedang melihat dirinya waktu dulu masih menyimpan keburukan  sang suami.

“Saya hanya kasih masukkan aja, hitung-hitung buat bantu suami kalau pas gak punya uang, kan lumayan buat jajan si Neng,” lanjut kata Ima, langsung mengalihkan maksud dari kata sebelumnya.

Wanita itu memaksakan untuk tersenyum tipis, walau hatinya juga mulai memikirkan untuk bekerja, tapi kerja apa yang harus dia lakukan, sedangkan ijazah SMK nya tertinggal di kampung.

“Iya Bu, nanti saya pikirkan, mungkin tanya ke suami dulu boleh atau tidaknya kalau saya bekerja,” jawab Aurelia.

“Iya izin dulu sama suami biar berkah jalannya,” balas Ima.

Kerja, izin dengan suami dua hal yang kini ada di pikiran Aurelia, apakah dia harus izin pada suaminya untuk bekerja? Lantas dia kerja apa? Sedangkan dia tidak punya koneksi yang dikenalnya di Jakarta.

Sementara itu di Perusahaan Pasific Indo.

Ruang Rapat.

Suara Emran begitu menggelegar setelah melihat laporan tahunan dari masing-masing divisi, hingga membuat para manajer tertunduk dengan hati was-was, termasuk Dhafi yang berulang kali menarik dasinya yang terasa mencekik lehernya, padahal tidak.

“Sudah saya ingatkan berulang kali pada kalian yang berkedudukan sebagai manajer, harus bisa memantau dan mengevaluasi kinerja bawahannya! Bukan sekedar menyuruhnya saja. Dan lihat laporan keuangan perusahaan saya tidak mengalami kenaikan, masih stuck di tempat. Sedangkan di bagian marketing selalu mengajukan proposal untuk promosi produk. Lantas mana hasilnya!” ucap Emran dengan suaranya naik dua oktaf.

Pria yang dikenal menyeramkan dan dingin pada karyawannya, sekarang terpancar dengan jelasnya, di saat menatap satu persatu karyawan yang berlevel manajer itu, lalu berhenti tatapannya ketika menatap Dhafi. Sungguh tak menyangka jika mengingat Dhafi jika di rumah bisa terlihat kejam pada Aurelia, tapi kini saat duduk di kursi meeting nyalinya pun menciut.

“Pak Dhafi bisa jelaskan kemana saja dana yang mengalir setiap pencairan dana promosi?” tanya Emran tegas.

“Bi-Bisa Pak Emran, semua laporan keuangan promosi marketing sudah saya selesai, nanti akan saya minta Keke untuk mengantarkan pada Bapak,” jawab Dhafi agak gelagapan.

Jemari Emran mengetuk meja meeting saat menatap Dhafi. “Baiklah saya akan tunggu laporan tersebut, semoga saya tidak menemukan transaksi yang aneh-aneh,” balas Emran.

Kembali lagi Dhafi menggoyangkan dasinya seperti mencari oksigen yang terasa habis di rongga paru-parunya. “Duh, untung saja aku gak jadi tilep uang 20 juta, kalau enggak hancur reputasiku,” batin Dhafi agak ketar ketir, akan tetapi lega jika dia tidak jadi melakukan korupsinya.

Hampir dua jam meeting baru selesai, dan Emran kembali ke ruangannya. Begitu juga Dhafi yang kembali ke ruang kerjanya dengan wajah ditekuknya, bagaimana tidak ditekuk wajahnya karena Emran memberikan punishment buat dirinya yaitu gagal mencapai target, dan sesuai dengan keputusan tidak ada bonus dan tunjangan jabatannya bulan ini dipotong. Hukuman itu sebenarnya juga setimpal dengan kelakuanmu Dhafi, hak istri tidak kamu berikan, maka rezeki mu juga akan berkurang. Setiap rezeki suami ada hak istri yang harus kamu berikan, Ingatlah istrimu selalu senantiasa mendoakanmu untuk selalu dibukakan pintu rezekinya.

Waktu terus bergulir, malam pun tiba. Aurelia yang sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya terlihat sudah merebahkan dirinya di atas ranjang, namun sebelumnya dia sudah mengunci pintu depan, karena Dhafi selalu bawa kunci cadangan. Biasanya hari-hari sebelumnya Aurelia akan menunggu kepulangan suaminya sambil nonton tv di ruang tengah, tapi kini dia sudah enggan menanti kepulangan suaminya, hatinya sudah lelah, apalagi Dhafi sudah terang-terangan berselingkuh.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, netra Aurelia pun mulai terpejamkan dan tertidur pulas. Dan tanpa disadari oleh Aurelia ketika jam 12 malam tiba, pintu depan rumah terketuk dengan kerasnya.

Siapa yang datang? Siapa lagi kalau bukan Dhafi usai dia pulang ke rumah Faiza maka setelah itu dia akan kembali ke rumahnya, namun naasnya malam ini dia lupa membawa kunci cadangan, dan akhirnya dia menggedor pintu rumahnya dengan sekuat tenaganya agar terdengar oleh istrinya.

“Brengsek! Berani sekali dia tidak membukakan pintu!” gumam Dhafi kesal.

Hampir setengah jam Dhafi menggedor pintu sekencang mungkin, Aurelia yang berada di kamar sayup-sayup mendengar kegaduhan itu, lantas kelopak matanya mengerjap-ngerjap.

“AUREL, BUKA PINTUNYA!” teriak Dhafi sekencang mungkin, hingga tetangga depan, kanan kiri bisa mendengarnya.

“Mas Dhafi!” seru Aurelia terlonjak kaget, kemudian langsung terbangun.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Arie Chrisdiana

Arie Chrisdiana

duch gemes aq sm Dhafi cuma manager aja sdh belagu dan sombong

2024-05-06

0

Erny Kurniawati

Erny Kurniawati

cantik mana sih aurel ma faiza

2024-01-15

0

Siti Mujimah

Siti Mujimah

aurelia..jangan jadi bodoh..suami gk kasih uang koq ngutang..ngapain nyusahin diri sendiri..gk ngasih uang y gk perlu masak..cape deh

2024-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!