Gosip emak-emak

Air mata Aurelia kembali berlinang jatuh membasahi pipinya saat melihat pantulan punggungnya yang sudah penuh dengan luka baret serta memar di cermin, mau diobati pun tak bisa karena tidak ada yang bisa membantu mengobatinya, dan jangan berharap suaminya mau mengobati bekas luka sabetan. Aurelia kembali menurunkan daster lusuhnya, dan bergegas keluar dari kamarnya untuk melakukan tugasnya sebagai istri yaitu bersih-bersih, bagi Aurelia berbenah rumah menjadi salah satu pelampiasan dari semua rasa kecewanya.

Setiap pagi Aurelia tidak menyiapkan sarapan buat Dhafi, karena pria itu setelah shubuh sudah berangkat ke kantor dengan alasan takut kena macet. Entah benaran takut kena macet atau ada sesuatu dibalik itu, tapi buat wanita lugu itu dia memercayainya, dan dilarang banyak bertanya pada suaminya.

Ketika ke dapur, Aurelia melihat kebutuhan dapur sudah habis, sedangkan dia butuh makan, dan Dhafi ternyata benar-benar tidak meninggalkan uang belanja untuk dia masak.

“Uangku tinggal sepuluh ribu, ini tidak cukup buat belanja sayur,” keluh Aurelia sembari melihat isi dompet kecilnya, namun ada rasa bersyukur ternyata masih ada sisa uang. Dengan langkah tertatih-tatih dia tetap keluar dari rumahnya, dan pergi ke warung sayur yang tak jauh dari rumahnya.

...----------------...

Warung sayur

“Eh Bu Tin, tahu gak sih si Ima udah ngelaporin suaminya loh yang suka KDRT itu ke kantor polisi. Semalam polisi udah tangkap suaminya, duh saya tuh senang akhirnya si Ima ngelaporin suaminya juga. Gak tega saya teh lihat badannya si Ima penuh sama luka-luka memar, belum lagi wajahnya suka lebam ngitu,” cerosos Lilis bagaikan kertas api, sembari kedua tangannya pilih-pilih sayuran.

“Wah baguslah kalau begitu, makannya kalau jadi istri tuh jangan mau diperlakukan kasar, walau cinta mati sama suaminya,” sahut Bu Tin si pemilik warung sayur.

Aurelia yang ada di antara ibu-ibu komplek terlihat terdiam, dan mendengar jelas gosip hangat tersebut.

“Eh Neng Aurel, mau beli apa? Kok malah jadi bengong begitu,” tegur Bu Tin yang baru ngeh melihat kedatangan Aurelia.

Lamunan Aurelia sekitar buyar, lalu dia menatap ke arah Bu Tin. “Lagi mikir dulu mau masak apa Bu,” jawab Aurelia apa adanya, sembari memegang seikat sayur bayam.

Bu Tin diam-diam memperhatikan wajah Aurelia yang terlihat bengkak dan sembab di bagian kedua netranya.

“Ya udah sok atuh dipikirkan dulu mau masak apa buat suaminya,” balas Bu Tin, sembari melayani ibu-ibu yang lain.

“Ya Bu.”

Aurelia bergegas memilih sayuran yang harganya terjangkau dengan uang sepuluh ribunya, dan jatuh pilihannya pada sayur bayam dan tempe, tidak ada lauk pauknya.

“Bu Tin, saya beli ini aja sayur bayam sama tempe, jadi berapa Bu harganya?” tanya Aurelia menyodorkan seikat sayur bayam dan tempe berbungkus daun.

“Jadi sepuluh ribu, Neng. Gak sekalian beli ayam atau ikannya Neng?” tanya Bu Tin menawarkan barang dagangannya.

Aurelia mengambil uang satu-satunya yang dia miliki, dan memberikannya. “Kebetulan kemarin masih ada ayam di kulkas Bu, belum saya masak,” jawab dusta Aurelia.

Bu Tin menerima uang tersebut dari tangan wanita itu. “Neng Aurel lagi sakit ya, mukanya kok kelihatan bengkak begitu?” tanya Bu Tin agak penasaran.

Tangan Aurelia menyentuh pipinya sendiri. “Ah ini saya alergi obat Bu, semalam badan saya agak gatal-gatal, jadi bengkak begini wajahnya,” jawab Aurelia kembali berdusta, masih menutupi tindakan suaminya.

Lilis yang masih memilih sayuran, menolehkan tatapannya ke arah Aurelia. Wanita paruh baya itu menepuk lembut bahu Aurelia, akan tetapi wanita itu langsung mengerakkan bahu dengan meringis kesakitan saat disentuh bahunya.

“Aduh Neng Aurel, bahunya lagi sakit ya, Ibu tadi maksudnya mau kasih tahu minum susu cap badak kalau alergi obat atau keracunan obat, kalau belum mendingan bawa ke dokter biar dicek,” kata Lilis, wanita paruh baya itu melayangkan tatapan yang mencurigakan.

“Iya Bu Lilis, bahu saya agak sakit karena terkilir, kalau begitu terima kasih banyak buat infonya. Saya duluan ya Bu,” pamit Aurelia segera mengambil plastik belanjaan, dan bergegas menuju rumah suaminya. Wanita muda itu memilih bergegas meninggalkan warung ketimbang banyak mata yang menatap curiga padanya.

Bu Tin dan Lilis menatap wanita yang berpenampilan sederhana itu, hanya menggunakan kaos oblong dan rok plisket panjangnya.

“Bu Tin, kok saya feeling-nya agak gak enak dengan pengantin baru itu ya,” ucap Lilis curiga.

“Hush ... Jangan menduga seperti itu, siapa tahu apa yang dia katakan tadi memang benar. Masa suaminya yang tampan bisa ringan tangan sama istrinya. Beda sama suaminya si Ima yang suka mabok-mabokkan, plus wajahnya udah kayak begal begitu,” sahut Bu Tin, walau hati kecilnya juga punya praduga yang sama.

“Iya semoga saja.”

Setibanya di depan rumah Aurelia buru-buru masuk ke dalam rumahnya yang lumayan terlihat mewah minimalis itu, dan segera meneguk segelas air dingin dari dispenser.

“Jangan sampai suamiku di penjara, nanti apa kata ibu dan bapakku di kampung dan mertuaku,” gumam Aurelia sambil menggelengkan kepalanya.

Sementara itu di tempat yang berbeda.

Tubuh Dhafi masih mengungkung seorang wanita yang berlihat agak lebih tua dengan Aurelia, sama-sama mereguk dan mencari kenikmatan indah di pagi hari ini, suara erangan saling bersahutan mengisi ruang kamar tersebut.

“Terima kasih, Sayang ... kamu benar-benar nikmat dan sangat hot,” kata puji Dhafi sembari mengecup kening wanita yang masih berada di bawah kungkungannya.

“Sama-sama Mas, kamu juga hebat sekali, makin perkasa saja,” jawab wanita itu, sembari mengusap wajah tampan Dhafi.

Puas menikmati sarapan pagi yang indah, Dhafi pun mengajak wanita itu untuk mandi bersama dan sekaligus sarapan bersama. Sungguh sikapnya jauh berbeda dengan wanita yang senantiasa menerima perlakuan buruk darinya di rumah mereka berdua.

“Ingat ya Mas Dhafi, jangan sesekali kamu melakukan hubungan intim dengan wanita kampungan itu. Kamu adalah milikku, dan hanya aku yang boleh menikmati tubuhmu ini,” kata wanita yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya.

Dhafi merangkul bahu wanita itu, dan mengecup pipinya. “Tenang dong Sayang, aku tidak akan tergoda dengan wanita itu. Dan hanya kamulah istriku satu-satunya,” jawab Dhafi begitu lembutnya.

Wanita yang berparas ayu itu tersenyum tipis dan membayangi wajah Aurelia yang tampak menyedihkan itu.

“Terima nasibmu Aurelia, memangnya hanya kamu saja yang bisa memiliki Mas Dhafi, nyatanya dia juga menjadi suamiku,” gumam wanita yang bernama Faiza.

Faiza mengurai rangkulan Dhafi, lalu memeluk suaminya itu dengan dekapan hangatnya, kemudian  kembali mengecup bibir Dhafi.

“Aku sangat mencintaimu, dan aku berharap kelak akan menjadi istrimu satu-satunya,” ungkap Faiza.

Dhafi membelai lembut rambut istri keduanya itu. “Kamu bersabar ya, tunggu sembilan bulan lagi. Aku harus menunggu pembagian warisan milikku dari kakek, jika aku terburu-buru menceraikan Aurelia maka aku yang rugi. Dan kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta dengan sepupumu itu, kamu dan dia sangat jauh berbeda,” balas Dhafi dengan kesungguhan hatinya.

Faiza tersenyum sembringah, tangannya pun terulur mengusap lembut rahang kokoh Dhafi, pria yang berhasil dia taklukkan dan sudah jatuh di pelukannya.

“Mmm ... Mas Dhafi, aku bolehkan main ke rumah baru itu yang kamu tempati, sekalian mau sapa maduku itu?” tanya Faiza dengan tatapan lembutnya.

Dhafi menatap lekat wajah istrinya itu. “Kamu tidak sedang cari masalahkan dengan Aurel?”

Wanita itu mengulum senyum tipis sembari mengusap rahang Dhafi. “Tenang Mas, aku gak akan cari masalah kok. Aku akan tetap menjaga rahasia kita.”

Bersambung ...

Yuk dukung selalu karya ini dengan cara selalu klik LIKE nya ya, jangan lupa tinggalkan komentarnya juga. Makasih

Lope-lope sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊

Terpopuler

Comments

Ida. Rusmawati.

Ida. Rusmawati.

/Smile//Shy/

2024-04-02

0

Eka

Eka

semoga dhafi menuesal memperlakukan aurel kejam semoga kakeknya tau

2024-03-13

0

LENY

LENY

Bener2 iblis selingkuh sama sepupunya. drpd disiksa mending ceraikan istrimu Aurelia Dhafi. Dasar laknat

2024-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!