Kedatangan Faiza

Wanita yang memiliki kulit kuning langsat terlihat keluar dari taksi online di depan rumah bergaya minimalis itu. Dia menyibakkan rambut panjangnya dan menatap sinis rumah tersebut.

“Seharusnya aku yang tinggal di sini,  bukan kamu!” gerutu Faiza, sembari membuka pagar rumah tersebut.

Wanita yang masih berusia 21 tahun itu mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

“Alaikumsalam,” sahut dari dalam rumah, dan terdengar suara kunci pintu berputar.

Aurelia tersenyum lebar saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, wanita yang sudah dia kenal dari kecil dan tinggal satu kampung dengannya.

“Halo Aurel,” sapa Faiza membalas senyuman saudara sepupunya.

“Ya Allah, Mbak Faiza ... kok gak kasih kabar kalau mau datang,” balas Aurelia kaget, sembari memeluk kangen saudara sepupunya tersebut.

Dibalik pelukan, Faiza tersenyum smirk. “Aku sengaja gak kasih kabar biar suprise, oh iya aku minta alamat rumah kamu sama ibumu loh,” jawab Faiza agar tidak menimbulkan kecurigaan, sembari mengurai pelukan Aurelia.

“Ah baru aku juga mau tanya, kok Mbak Faiza bisa tahu alamat rumahku, ya udah ayo masuk ... pasti Mbak capek di perjalanan dari kampungkan,” ajak Aurelia dengan menuntut tangan Faiza.

Kedua netra Faiza tampak memindai setiap sudut yang ada di rumah minimalis bertingkat dua itu. “Ck ... bagus banget rumahnya, kenapa aku harus tinggal di rumah kontrakkan sih, pokoknya aku harus sering-sering tinggal di sini, aku tidak mau tahu pokoknya,” batin Faiza iri hati.

“Duduk dulu Mbak Faiza, aku buat kan minuman dingin dulu,” kata Aurelia mempersilahkan.

“Eh iya ... rumah kamu bagus ya,” kata Faiza memuji, sembari menjatuhkan bokongnya di sofa yang sangat terasa empuk.

Aurelia tersenyum tipis mendengarnya. “Alhamdulillah Mbak, kado pernikahan dari mertua,” jawab Aurelia apa adanya, kemudian dia bergegas ke dapur untuk membuatkan minum.

Wanita kampung yang sudah banyak perubahan alias penampilannya sudah kaya orang kota, menyilangkan kakinya lalu mengambil ponselnya dan segera memberi kabar pada Dhafi.

✅Faiza.

Mas, aku sudah sampai di rumahmu. Aku iri loh Mas, enak banget Aurelia tinggal di rumah mewah kamu ini. Sedangkan aku hanya tinggal di rumah kontrakkan yang sempit.

✅Mas Dhafi

Sayang, sabar dong. Nanti rumah itu juga bakal buat kamu kok. Aku minta sabar menunggu ya. Ingat kamu jangan macam-macam di sana, jangan bongkar tentang pernikahan kita ya. I love you, istriku tercinta.

Faiza yang menerima balasan pesan seperti jadi tersenyum sendiri, hati yang sempat merasa iri jadi meredup seketika itu juga.

“Mbak Faiza silakan diminum, maaf ya hanya ada sirup saja,” kata Aurelia apa adanya, sembari meletakkan nampan di atas meja.

“Gak pa-pa kok.” Faiza mengambil gelas tersebut dan menatap saudara yang masih berpenampilan kampungan itu.

Aurelia duduk bersama di sofa, dan kedua netranya menelisik Faiza yang tidak membawa tas besar, hanya tas bahu saja. “Mbak Faiza dari kampung gak bawa tas baju salin?” tanya Aurelia dengan polosnya.

“Oh ... Aku udah lama tinggal di Jakarta, dapat pekerjaan di sini. Jadi aku dari rumah kontrakan, bukan dari kampung,” jawab Faiza dengan santainya.

Aurelia terlihat senang mendengarnya, ternyata dia ada saudara yang tinggal di Jakarta juga.

“Wah aku senang mendengarnya, akhirnya ada saudara dekat yang tinggal di Jakarta juga. Mbak Faiza keren deh pantas saja tambah terlihat cantik ternyata sudah bekerja, kerja di mana Mbak?” tanya Aurelia.

“Kerja di kantor lah, kamu kan tahu aku ini lulusan terbaik waktu di sekolah, jadi aku dengan mudahnya dapat pekerjaan di kantor yang ada di Jakarta,” jawab Faiza yang tidak sesuai dengan fakta kenyataannya.

“Masya Allah luar biasa Mbak Faiza, sayangnya aku udah nikah, pasti tidak diizinkan untuk bekerja kayak Mbak Faiza,” jawab Aurelia begitu lirihnya.

“Justru enak kayak kamu, udah nikah dan tidak perlu capek-capek cari duit. Cukup dapat uang bulanan dari suami, dan layani deh suami dengan sepenuh hati,” ungkap Fauzi dengan semangatnya yang menggebu-gebu.

Aurelia tersenyum getir, lalu dia mengambil minum miliknya dan menyesapnya pelan-pelan. Apa yang dikatakan oleh Faiza tidak sesuai dengan kenyataannya.

“Eh iya suami kamu biasa pulang kerja jam berapa?” tanya Faiza dengan tatapan ingin tahunya, padahal tahu.

“Pulangnya gak tentu Mbak, paling cepat jam 9 malam, kadang jam 12 malam, lebih sering lembur di kantor,” jawab Aurelia apa adanya.

Bibir Faiza tersenyum tipis mendengarnya, ya iyalah wong lemburnya di rumahnya, bukan dikantornya, setiap jam lima sore Dhafi sudah berada di rumah Faiza setiap hari.

“Sorry Aurel, Mas Dhafi tinggal di sini hanya untuk tidur saja, selebihnya dia ada di rumahku,” batin Faiza kesenangan.

Disela-sela mereka berdua masih berbincang, suara deru mobil milik Dhafi terdengar dan terparkir rapi di luar halaman rumah. Dari ruang tamu, Aurelia merasa heran karena baru kali ini melihat suaminya pulang di waktu menjelang sore.

“Assalammualaikum,” sapa Dhafi ketika masuk ke dalam rumah.

“Alaikumsalam,” jawab serempak Aurelia dan Faiza, serta sama-sama bangkit dari duduknya.

“Oh ada tamu rupanya,” lanjut kata Dhafi terdengar lembut, sembari memberikan bungkusan pada Aurelia.

Faiza mengulum senyum tipis melihat kehadiran pria yang dia cintai, begitu pula dengan Dhafi yang terlihat membalas senyuman itu namun terlihat samar.

“Aku saudara sepupu Aurelia, Mas masih ingatkan? Yang waktu itu bantuin di pernikahan Mas dan Aurel,” ungkap Faiza, pura-pura baru bertemu kembali di hadapan Aurelia.

“Oh iya aku ingat, Faiza ya, apakabarnya?” tanya Dhafi sembari mengulurkan tangannya, dan Faiza pun menyambut ulur tangan Dhafi. Jemari Dhafi pun mengusap lembut bagian telapak Faiza, hingga membuat wanita itu berdesir.

“Aurel tolong sajikan cemilan yang aku bawakan tadi buat saudara kamu ini, masa ada tamu jauh tidak disuguhkan makanan, dan sekalian buatkan aku kopi pahit,” titah Dhafi ketika mengurai jabatan tangannya.

“Eh ... iya Mas,” jawab Aurelia, dia bergegas ke dapur, sementara itu Dhafi yang melihat Aurelia sudah ke belakang, langsung menarik tubuh Faiza dan melabuhkan ciuman hangatnya, sungguh ciuman yang sangat memabukkan.

“Mas ...” Faiza mendesis ketika mereka melepaskan pagutannya.

Pria itu mengusap bibir Faiza yang terlihat basah. “Nanti kita ketahuan loh, Mas,” ucap Faiza dengan lembut, tapi suka dengan keadaan curi-curi kesempatan seperti ini.

“Mumpung dia ada di dapur, Sayang,” jawab Dhafi sedikit berbisik. Pria itu kembali membasahi bibir wanita itu, tapi sepertinya kedua orang itu lupa, jika pintu rumah terbuka lebar, hingga orang yang lewat secara tidak sengaja bisa melihat apa yang terjadi di ruang tamu.

“Aduh si Neng Aurel bermesraan sama suaminya kok gak ditutup dulu pintunya,” celetuk Bu Tin yang tak sengaja melihat adegan ciuman itu, dan secepat kilat membuang pandangannya dan buru-buru kembali ke rumahnya.

Sementara itu di dapur, Aurelia tampak bingung karena kopi dan gula sudah habis, dan tak mungkin di depan Faiza dia minta uang pada suaminya untuk beli kopi dan gula.

“Bagaimana ini, pasti Mas Dhafi akan memarahiku lagi,” gumam Aurelia mulai gelisah.

Tanpa pikir panjang Aurelia bergegas balik ke arah ruang tamu untuk pergi ke warung, pikir wanita muda itu dia bisa ngutang dulu di warung milik Bu Tin. Namun apa yang terjadi ...

Tubuh Aurelia langsung lemas seketika, hatinya terasa sesak melihat apa yang terjadi di depan matanya. Dia yang tak pernah dicium oleh suaminya. Kini, dia melihat suaminya berciuman dengan saudara sepupunya.

“M-Mas ...”

Air mata kembali jatuh di pelupuk matanya.

Bersambung ...

Mohon dukungannya, stay tune selalu, dan jangan lupa klik LIKEnya, tinggalkan komentarnya. Makasih sebelumnya 🙏😊

Terpopuler

Comments

LENY

LENY

SEDIH MIRIS GAK TEGA BACA KELANJURANNYA MALANG BENER NASIBMU AURELIA😭😭

2024-03-05

0

Anonim

Anonim

Dhafi dan Faisa manusia minim ahklak

2024-02-17

0

Rahma

Rahma

waduh momy ghina aq g kuat baca ceritamu, g tega sama Aurel dan jijik, greget sm suami dan sepupunya😔😔

2024-02-16

1

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!