Emran Fathin

Mansion Emran

Tangisan bocah laki-laki terdengar menggelegar di salah satu kamar yang bernuansa biru di lantai dua, para maid bergantian menenangi bocah ganteng itu yang sedari tadi menangis sambil melempar semua mainan ke sembarangan arah. Kedua wanita yang berseragam maid itu sudah menarik napasnya dalam-dalam agar diberi kekuatan menghadapi anak dari majikannya.

“Tuan Athallah, sudah ya jangan nangis lagi,” ucap Rida berusaha menenangi sembari memunguti satu persatu mainan mobil-mobilan milik tuan mudanya.

Sang Daddy yang mendengar suara tangisan anaknya, baru saja keluar dari kamarnya setelah selesai rapi-rapi untuk berangkat ke perusahaan. Emran Fathin sosok pria yang memiliki paras wajah tampan bak dewa Yunani, darah blesteran terlihat jelas dari wajahnya serta iris mata abu kelamnya. Tubuh tinggi dan gagah itu bergegas menuju kamar putra semata wayangnya.

“Hey Son, what’s wrong with you,” sapa Emran ketika masuk ke dalam  kamar putranya. Rida dan Eka yang ada di dalam kamar tersebut menundukkan pandangannya lalu menepi memberi ruang untuk tuan besarnya.

Emran mengendong putra tampannya itu yang masih berusia 4 tahun itu, terlihat Athallah masih sesegukan saat menatap wajah Daddy-nya.

“Daddy, I don't wan't to go school,” jawab Athallah.

“Hem ... why .. are you boring?” Jemari Emran mengusap air mata yang membasahi pipi putranya, lalu dia membawa duduk di atas pangkuannya. Sungguh sebenarnya hal ini membuat Emran pusing sendiri dalam mengatasi anaknya, maksud hati menyekolahkan anaknya ke playgrup agar anaknya bisa terkendalikan, ternyata tidak. Semakin hari semakin jadi tingkahnya, sudah berapa banyak baby sitter yang mengundurkan diri karena tidak bisa mengatasi kerewelannya dan ada saja kenakalannya, hingga semua baby sitternya tidak betah bekerja.

“Pokoknya Atha ndak mau ke cekolah, NO DADDY!” teriak bocah itu, dan kembali meraung-raung. Emran mendesah, dan mencoba menenangi Athallah.

Mama Syifa, mama dari Emran sedari tadi menyandarkan badannya di tepi ambang pintu, hatinya pilu melihat putranya yang kini sudah berstatus duda itu mengurus anaknya semata wayang.

“Emran, ada baiknya kamu mencoba menghubungi Soraya untuk menjenguk anaknya, semenjak kalian berdua bercerai, sudah lama dia tidak menjenguk Atha,” kata Mama Syifa beriringan langkahnya masuk ke dalam kamar, kemudian ikutan duduk di samping Emran. Tangan keriputnya mengusap lembut kepala cucunya, seraya  ingin ikutan menenangi.

Emran hanya bisa mendesah, kemudian kembali menenangi Athallah. “Ya Mah, nanti aku akan coba menghubunginya.”

Memiliki istri cantik apalagi seorang artis ternyata tidak menjamin rumah tangganya selalu harmonis. Kala itu dia sangat mencintai istrinya, apalagi telah memberikan putra yang begitu tampan, namun apa yang terjadi? Soraya mantan istri Emran lebih mengutamakan dunia keartisannya, apalagi semenjak melahirkan Athallah, dia bisa dikatakan kurang perhatian pada anaknya, semuanya dia serahkan pada baby sitter. Dan hal itu semakin lama membuat Emran murka hingga sering terjadi pertengkaran dan terjadilah perceraian 3 bulan yang lalu. Padahal mereka berdua saling mencintai, namun Emran sudah lelah dengan Soraya, padahal Emran seorang pengusaha sukses yang bisa memberikan banyak harta untuk Soraya.

“Rida, panggilkan Pak Yusuf suruh cepat ke sini,” perintah Emran pada salah satu maidnya.

“Baik Tuan Emran,” jawab patuh Rida, lalu bergegas keluar dari kamar.

Setelah itu Mama Syifa bangun dari duduknya. “Biar Mama yang bujuk Atha, kamu mau berangkat ke kantor kan,” ucap Mama Syifa sembari mengambil Athallah dari pangkuan Emran.

“Iya Mah, pagi ini ada rapat direksi.” Sayangnya Athallah justru melingkarkan kedua tangannya ke leher Emran, seakan enggan di ambil sama omanya.

Terpaksa Emran berdiri sambil mengendong Athallah dan mencoba membujuk anaknya agak tenang dan mau di tinggal pergi ke kantor.

“Tuan Emran, panggil saya kah?” tanya Pak Yusuf sang kepala pelayan yang baru saja datang.

“Iya, saya minta kamu menghubungi yayasan untuk mengirim kandidat baby sitter atau hubungi siapa yang mau bekerja sebagai pengasuh, harus secepatnya, kalau bisa besok saya akan wawancara mereka,” pinta Emran.

“Baik Tuan Emran, saya akan laksanakan,” jawab patuh Pak Yusuf.

...----------------...

Kembali lagi ke rumah Dhafi ...

Aurelia benar-benar terhenyak setelah merasakan pipinya panas karena tamparan Dhafi, namun bukan terhenyak karena tamparannya, namun melakukannya di hadapan orang lain, yaitu Faiza.

Harga diri sebagai istri sah hancur seketika, terpatahkan oleh kelakuan Dhafi. Dia yang baru saja menegur Faiza sebagai pelakor, kini justru dirinyalah yang tak ubahnya sebagai pelakor di antara mereka berdua. Suaminya dengan jelas membela kekasihnya ketimbang istri sahnya.

“Mas Dhafi, apa yang Mas lakukan ... kenapa Aurel ditampar,” ucap Faiza pura-pura kaget dan berempati dengan luka yang ditorehkan Dhafi pada Aurelia.

Netra pria itu masih menatap sangar pada Aurelia. “Ingat Aurelia, ini adalah rumah ku, kamu tidak berhak mengusir tamuku atau Faiza. Dan kamu harus tahu nanti Faiza akan sering berada di sini atau mungkin akan tinggal di sini! Jika kamu tidak suka, silakan pergi dari sini. Tapi ingat jika kedua orang tua kita tahu kamu tidak tinggal di sini, jangan salah kan aku jika aku akan bilang kamu pergi dengan pria lain ... dan sudah tahukan jika aku akan menjandakamu!” ancam Dhafi.

Aurelia langsung menggelengkan kepalanya. “Kamu benar-benar tega Mas, gak punya hati!”

Pergi! Ya, dia rasanya ingin pergi dari rumah ini! Tapi mau ke mana! Dia tidak memiliki uang, atau pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, untuk pulang ke kampung saja butuh uang!

Dhafi memutar malas kedua bola matanya. “Apa kamu bilang! Aku tega gak punya hati. Memang aku gak punya hati buat kamu!” sentak Dhafi. Aurelia mengatup bibirnya, dan mengepalkan kedua tangannya.

Aurelia hanya bisa tergugu melihat kedua orang tersebut, sedangkan kedua orang yang ditatapnya mulai menjauh, pergi menuju ruang makan. Dhafi tidak segan-segannya menunjukkan sikap mesra dan lembutnya pada Faiza yang sedang melanjutkan masak untuk Dhafi.

“Hei Aurel! Jangan berdiri saja di situ, bersihkan dapur, kamu enak-enakkan aja gak kerjaiin apa-apa, sementara Faiza dari pagi buta sudah sibuk masak buat ku, dasar istri pemalas,” teriak Dhafi memerintah.

Aurelia mengertakkan giginya, dan menampaknya wajah ketegarannya walau hatinya jelas sudah hancur berkeping-keping. “Ya Allah berikan aku kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi semua masalah yang terjadi di dalam rumah tangga ku ini, mohon petunjukMu,” batin Aurelia. Satu lagi yang dia sadari jika dia pergi dari rumah ini berarti Faiza menang menguasai Dhafi, sedangkan dialah yang dibuang oleh suaminya. Untuk saat ini sepertinya Aurelia butuh membuat rencana terlebih dahulu.

Wanita muda itu memberanikan diri melangkah maju menuju meja makan, lalu menatap Dhafi yang kini sudah duduk di meja makan, sementara Faiza terlihat sedang menyajikan masakan yang dia masak.

“Mas Dhafi, aku minta nafkahku sebagai istrimu, uang bulananku,” pinta Aurelia secara baik-baik.

Dhafi mendongakkan wajahnya dan menatap tajam. “Apa kamu bilang ... uang bulanan!” sentak Dhafi.

BYUR!

“Makan tuh uang bulananmu!” Dhafi menyiram wajah Aurelia dengan gelas minumnya.

 Bersambung ...

Saingan Dhafi sudah muncul, si Hot Daddy ... mohon bersabar ya jika lihat Aurelia masih tersakiti. Kakak Readers jangan sampai ketinggalan klik LIKE nya.

Terpopuler

Comments

LENY

LENY

GANTENG NYA EMRAN DAN ATHALAHH GEMES CAKEP

2024-03-05

0

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

oh m g..gmn ga tambah cinta coba nt mom g, always visual bikin melting.. dosa ape..suguhannye..
wkkwwkkwkwk/Facepalm//Drool//Facepalm//Drool//Facepalm//Drool//Facepalm/

2024-02-20

0

Yathi Tiens

Yathi Tiens

pengen aku cincang tu si dhafin d bikin sate enak kali ya 😡😡😭

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!