Jangan mau dibutakan oleh cinta!

Ketika ada orang yang menyakitimu, anggaplah dia seperti amplas yang sedang menggosokmu, pada akhirnya kamu akan mengkilap dan dia akan habis tak berguna.

Seberapa lama Aurelia akan menerima perlakuan kejam dari suaminya? Semua tergantung pada wanita itu seberapa lama dia tegar menghadapinya, tapi apakah sanggup setiap hari harus menghadapi suaminya yang ringan tangan, belum lagi berselingkuh di depan matanya sendiri. Mungkin wanita lain yang melihat Aurelia, akan mengatainya wanita bodoh! Ya, benar dia wanita bodoh yang dibutakan oleh cintanya sendiri. Dan satu lagi, dia takut menjadi janda muda.

Aurelia mengusap wajahnya yang sudah basah dengan telapak tangannya, sementara itu Faiza tersenyum samar saat melihatnya.

“Enak sekali kamu minta uang bulanan! Cari duit sana sendiri, aku bekerja bukan buat menafkahi kamu!” sentak Dhafi.

Sembari menyeka wajahnya dia menatap wajah garang suaminya. “Kerjaan kamu hanya menghabiskan uang saja! Satu juta aja sebulan sudah kamu habisi!”

Aurelia tersenyum kecut, apalagi Faiza terlihat menatap dirinya. “Bukankah seorang suami punya kewajiban untuk memberikan nafkah pada istrinya, dan istri wajib mengingatkan suaminya jika lupa memberinya. Mas Dhafi perlu ketahui aku tidak pernah meminta berapa banyak uang yang Mas berikan ... aku terima, tapi aku tidak suka dibilang menghabiskan uang nafkah itu. Aku habiskan untuk keperluan di dapur, rumah tangga dan masak sehari-hari, aku sesuaikan pengeluaran dengan uang yang Mas berikan padaku,” jawab Aurelia panjang lebar.

Dhafi pun beranjak dari duduknya dan melayangkan tangannya kembali. “Lancang sekali kamu menceramahi aku ya!” sentak Dhafi.

Sebelum tangan Dhafi melayang ke pipi Aurelia, Faiza meraih tangan pria itu. “Mas Dhafi cukup jangan tampar Aurelia, kasihan,” pinta Faiza dengan lantunan merdunya, dan seakan menjadi pahlawan kesiangan untuk Aurelia.

Dhafi menolehkan wajahnya dan mendengus kesal. “Sebaiknya Mas Dhafi makan dulu ya, sebentar lagi kita kan mau berangkat kerja,” ajak Faiza dengan menarik lengan Dhafi agar duduk kembali, setelahnya Faiza menatap datar ke Aurelia. “Sebaiknya kamu cuci piring bekas aku masak tuh di wastafel, kalau jadi istri tuh seharusnya pagi-pagi jangan bikin suami marah-marah. Harusnya dilayani dengan baik, siapkan sarapannya, bukannya minta uang bulanan!” ucap Faiza dengan ketusnya.

Aurelia menarik sudut bibirnya. “Terima kasih Mbak Faiza mengingatkanku, dan terima kasih Mbak sudah melayani suamiku dengan baik, memang aku tidak bisa melayani suamiku dengan baik. Tapi aku masih tahu diri tidak menjadi pelakor di rumah tangga saudara sendiri, aku akan selalu mengingat hal ini!” jawab Aurelia pelan.

Lagi-lagi Dhafi membuka lebar netranya. “Cukup Aurel jangan sesekali mengatai Faiza seorang pelakor, dia bukan pelakor! Ke dapur sana dan kerjakan semua yang diperintah oleh Faiza, jika masih mau tinggal di sini,” bentak Dhafi membela Faiza.

Aurelia mendesah dan membalas tatapan Dhafi. “Hebat Mas, kamu membela wanita itu ketimbang aku istri sahmu. Jika tidak mau disebut pelakor kenapa bukan tempo hari Mas menolak perjodohan kita, kenapa Mas Dhafi tidak menikahi Mbak Faiza agar tidak disebut pelakor, dan Mas juga tidak melakukan perselingkuhan,” ujar Aurelia.

Dhafi menggeram mendengar perkataan istrinya hingga kedua tangannya menggebrak meja makan. Melihat hal itu Faiza memutar meja makan lalu menarik lengan Aurelia dan membawanya ke dapur. Lalu, sedikit mendorong tubuh wanita itu hingga pinggangnya membentur tepi wastafel.

Wanita itu menatap sinis. “Berani sekali kamu melawan Mas Dhafi, harusnya kamu bersyukur dinikahi oleh pria yang kamu cintai, ya ... walau Mas Dhafi tidak pernah menyukaimu. Padahal, coba lihat dirimu yang kampungan ini, masih untung ada pria yang mau menikahimu, dari pada jadi perawan tua.” Faiza mengikis jaraknya, lalu menepuk bahu Aurelia. “Sebaiknya jadi istri yang patuh pada suaminya, ketimbang kamu jadi janda yang bakal bikin malu keluarga bibiku di kampung,” lanjut kata Faiza sinis.

“Lebih malu menjadi janda muda atau jadi pelakor, Mbak Faiza!” celetuk Aurelia dengan menajamkan netranya.

Faiza meradang dan mengayunkan tangannya ke udara, akan tetapi Aurelia siap mencekalnya. “Untuk saat ini mungkin aku tidak mau menjadi janda muda, dan tak ingin memberikan Mbak Faiza kemenangan yang telah berani menggoda suamiku! Tapi ingat Mbak Faiza, aku memang kampungan tapi aku bukan wanita rendahan yang mau mengejar suami saudaranya sendiri, bukankah Mbak Faiza terkesan murahan!” jawab Aurelia dengan tegasnya, kemudian dihempaskan tangan wanita itu.

Faiza menggeram dan masih menatap tajam saudara sepupunya itu. “Kita lihat saja siapa yang sebenarnya lebih unggul!” sahut Faiza dengan geramnya, lalu dia meninggalkan dapur.

Aurelia pun menyandarkan dirinya ke tepi wastafel sembari menarik napasnya dalam-dalam, dan membuat rasa tubuhnya yang sedari tadi ingin gemetaran karena berusaha melawan Dhafi dan Faiza.

“Ya Allah ... kuatkan aku untuk menghadapi semuanya ini,” gumam Aurelia. Untuk membuang rasa sakitnya, wanita itu mulai mencuci perabotan masak, sementara Faiza melayani Dhafi sarapan pagi bersama.

...----------------...

Beberapa menit kemudian Dhafi dan Faiza yang sudah selesai sarapan, bergegas berangkat kerja bersama tanpa berpamitan pada Aurelia.

Aurelia yang sudah mulai merasakan lapar, mendekati meja makan dan ternyata tidak ada satu pun makanan yang tersiksa, yang ada hanyalah piring kotor. Dan benar saja Dhafi tidak meninggalkan uang sepeser pun buat dia belanja sayur, dengan terpaksa dia ingin mencoba ngutang belanja di warung Bu Tin.

Seperti pagi sebelumnya warung sayur Bu Tin pasti banyak emak-emak komplek yang berbelanja di sana termasuk Lilis dan Ima. Dan kebetulan ada Ima, jadi banyak emak-emak menanyakan perihal kasus KDRT yang menimpanya.

“Aduh ibu-ibu pokoknya kalau suami udah main tangan mending menjauh aja, jangan kayak saya ditahan-tahan karena cinta ama suami. Eh malah saya jadi babak belur begini, untung saya cepat sadar, kalau enggak nyawa saya udah melayang ditangan suami sendiri,” ucap Ima bercerita dengan tatapan sendunya.

Lilis yang ada di samping Ima mengusap lengan wanita itu. “Untungnya kamu masih hidup Mbak Ima, masih terselamatkan,” jawab Lilis.

Ima menyapa ujung ekor netranya. “Iya Mbak Lilis, untuk aja saat itu saya bisa melawannya, kalau enggak anakku jadi anak piatu,” balas Ima dengan lirihnya.

Aurelia yang ada di antara mereka, diam-diam menyimak sembari memilih beberapa sayuran.

“Cinta pada suami tidak selamanya bisa kita pertahankan, jika dia sudah bertindak kasar, seharusnya kita yang mulai menyandarkan diri sendiri. Untuk apa mempertahankan rumah tangga karena terlalu mencintai suami, tapi hidup bagaikan dalam neraka. Kejadian saya semoga bisa jadi pelajaran buat ibu-ibu atau pengantin baru. Tidak selamanya cinta itu indah,” kata Ima. Hati Aurelia pun tercubit hingga dia menoleh ke samping di mana Ima berada. Dan tanpa sengaja mereka bersitatap.

“Jagalah harga dirimu dari siapapun walau dia suamimu sendiri, jangan mau diinjak-injak terus, hidup kita hanya sekali, apa iya kita isi dengan tidak bahagiaan? sedangkan seorang istri berhak untuk hidup bahagia. Cinta boleh saja tapi logika tetap berjalan, jangan mau dibutakan oleh cinta kalau cinta itu berakhir membuat kita luka. Dan sebagai wanita, kita harus memiliki finansial mandiri agar tidak bergantung pada pasangan, karena itu demi kebaikan sendiri. Seperti saya walau sedang proses perceraian masih bisa membeli susu untuk anak, walau tidak beberapa gaji saya sebagai SPG,” tutur Ima saat menatap sendu pada Aurelia.

Entah kenapa netra Aurelia jadi berkaca-kaca, kemudian sejenak dia menundukkan wajahnya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Eka

Eka

au buktikan kamu bisa menjalani hidupmu agar bahagia cari kerja apa aja yg penting halal

2024-03-14

0

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

sadarlah au..
jangan menyakiti diri sendiri

2024-02-20

0

N Wage

N Wage

yes!

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Ampun Mas!
2 Gosip emak-emak
3 Kedatangan Faiza
4 Kekasih Dhafi
5 Curhat
6 Apa salahku Mas?
7 Emran Fathin
8 Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9 Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10 Hampir saja ...
11 Perlawanan Aurelia
12 Pertemuan pertama kali
13 Wawancara kerja
14 Dasar Iblis!
15 Tinggal seatap
16 Perdana jadi baby sitter
17 Menikmati peran sebagai baby sitter
18 Tudingan Dhafi
19 Kepergok
20 Perlawanan Aurelia
21 Dhafi pusing
22 Teguran Emran
23 Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24 Bersandiwara?
25 Teguran Bu Hana
26 Jadi janda itu aib!
27 Tidur sekamar
28 Dasar istri gak punya otak!
29 Siapa yang datang?
30 Daddy, Atha lapar!
31 Sanggahan Dhafi
32 Kedatangan Soraya
33 Minta nomor ponsel
34 Perkara ponsel
35 Mengantar Aurelia pulang
36 Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37 Luka di pinggang
38 Sentuhan lembut
39 Status belum menikah!
40 Make over
41 Korupsi
42 Calon istri saya!
43 Terima kasih, Tuan Emran.
44 Hinaan Soraya
45 Mengumpulkan bukti
46 Hukum alam
47 Kondisi terbaru
48 Amnesia Traumatis
49 Bu Hana syok
50 Menjenguk Aurelia
51 Keegoisan Bu Hana
52 Mengajukan perceraian
53 Mendoktrin Bu Ida
54 Dhafi terpesona
55 Istri kedua Mas Dhafi!
56 Kerusuhan di dalam ruang rawat
57 Jatuh talak
58 Niat baik untuk membantu
59 Ada apa dengan hatiku!
60 Perasaan Emran
61 Masakan Aurelia
62 Napas buatan
63 Memijat kaki
64 Hampir saja!
65 Kamu sangat berarti untuk saya
66 Mengurus perceraian
67 Sidang mediasi
68 Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69 Sekilas Info
70 Janda Muda
71 Emran melobi
72 Calon Mommy Athallah
73 Ungkapan hati Emran
74 Malam yang indah
75 Boleh panggil Mommy?
76 Jalan-jalan
77 Soraya kepanasan
78 Hancurnya Soraya
79 Pulang kampung
80 Kondangan Yuk!
81 Resepsi pernikahan
82 Bocah rusuh
83 Janda tapi perawan
84 Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Ampun Mas!
2
Gosip emak-emak
3
Kedatangan Faiza
4
Kekasih Dhafi
5
Curhat
6
Apa salahku Mas?
7
Emran Fathin
8
Jangan mau dibutakan oleh cinta!
9
Berharap hati dan mata Aurelia semakin terbuka
10
Hampir saja ...
11
Perlawanan Aurelia
12
Pertemuan pertama kali
13
Wawancara kerja
14
Dasar Iblis!
15
Tinggal seatap
16
Perdana jadi baby sitter
17
Menikmati peran sebagai baby sitter
18
Tudingan Dhafi
19
Kepergok
20
Perlawanan Aurelia
21
Dhafi pusing
22
Teguran Emran
23
Kedatangan orang tua Dhafi dan Aurelia.
24
Bersandiwara?
25
Teguran Bu Hana
26
Jadi janda itu aib!
27
Tidur sekamar
28
Dasar istri gak punya otak!
29
Siapa yang datang?
30
Daddy, Atha lapar!
31
Sanggahan Dhafi
32
Kedatangan Soraya
33
Minta nomor ponsel
34
Perkara ponsel
35
Mengantar Aurelia pulang
36
Mas Dhafi, kok barangnya gak berdiri?
37
Luka di pinggang
38
Sentuhan lembut
39
Status belum menikah!
40
Make over
41
Korupsi
42
Calon istri saya!
43
Terima kasih, Tuan Emran.
44
Hinaan Soraya
45
Mengumpulkan bukti
46
Hukum alam
47
Kondisi terbaru
48
Amnesia Traumatis
49
Bu Hana syok
50
Menjenguk Aurelia
51
Keegoisan Bu Hana
52
Mengajukan perceraian
53
Mendoktrin Bu Ida
54
Dhafi terpesona
55
Istri kedua Mas Dhafi!
56
Kerusuhan di dalam ruang rawat
57
Jatuh talak
58
Niat baik untuk membantu
59
Ada apa dengan hatiku!
60
Perasaan Emran
61
Masakan Aurelia
62
Napas buatan
63
Memijat kaki
64
Hampir saja!
65
Kamu sangat berarti untuk saya
66
Mengurus perceraian
67
Sidang mediasi
68
Akhir kisah rumah tangga Aurelia dan Dhafi
69
Sekilas Info
70
Janda Muda
71
Emran melobi
72
Calon Mommy Athallah
73
Ungkapan hati Emran
74
Malam yang indah
75
Boleh panggil Mommy?
76
Jalan-jalan
77
Soraya kepanasan
78
Hancurnya Soraya
79
Pulang kampung
80
Kondangan Yuk!
81
Resepsi pernikahan
82
Bocah rusuh
83
Janda tapi perawan
84
Promosi Novel Sahabatku, Penggoda Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!