P a r t 15

Selain rasa canggung dan salah tingkah yang terjadi. Ada lagi yang membuatku berpikir, mencerna kalimat yang baru saja diucapkan Andra.

"Kalau nggak sekarang, kapan lagi aku bisa manja dan makan berdua sama kamu?"

Apa maksud semua itu? Apa dia sedang berusaha mendekatiku. Entahlah, aku tidak memperdulikannya. Aku  lalu meremas  kertas bekas makanan yang baru habis kita makan. Tanpa sadar mobil yang kutumpangi ini sudah sampai di depan gerbang rumah sakit Citra Keluarga Medika. Rumah sakit di mana aku bertugas. Siang tadi aku meninggalkan ruang praktik di saat beberapa pasien ingin kontrol dan konsultasi denganku, tetapi Andra tiba-tiba datang dan berhasil memaksaku untuk ikut bersamanya.

Aku berusaha membuka sabuk pengaman yang masih melekat di badanku, sementara Andra menghabiskan air yang ada di botol mineral. Karena masih kesulitan membuka kunci pengamannya. Pria itu lantas membantuku, dan dalam sekejap sabuk pengaman itu pun terbuka.

"Terima kasih," ucapku seraya ingin membuka pintu mobil.

"Tunggu!" ucap Andra yang membuatku menoleh ke arahnya sebelum membuka pintu.

"Apa?" Jawabku agak malas.

"Ada sebutir nasi di pipi kamu," ucapnya.

Aku langsung reflek meraba bagian pipiku. Namun, nasi yang dimaksud Andra tidak kunjung aku dapatkan. Karena gemas, Andra pun langsung menyentuh bagian pipiku tanpa permisi.

Sontak sentuhan itu membuat aku dan Andra kembali terjebak dalam rasa canggung. Apa lagi  setelah menyadari apa yang dikatakan beberapa menit lalu sehingga hawa gerah menyeruak di tubuhku meski nyatanya ada mesin di dalam mobil. Aku lebih memilih untuk turun dari mobil itu dari pada hanyut dalam rasa kecanggungan.

"Ya ampun jadi aku tadi ikutan makan sama dia. Kenapa aku jadi latah, sih?" ucapku dalam hati seraya turun dari mobil.

"Kanaya!" ucapnya lagi.

"Apa lagi Andra!?" jawabku kesal seraya menoleh ke arahnya.

"Terima kasih banyak atas kebersamaan kita hari ini," ucapnya sembari memperlihatkan wajah sumringah padaku, sedangkan aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Mobil berwarna merah itu pamit dan melaju melesat cepat meninggalkan aku yang akan masuk ke dalam gedung. Namun, saat aku hendak membuka pintu masuk gedung, seseorang dengan suara bariton memanggilku.

***

"Maaf, Dokter Kanaya! pekik salah seorang petugas keamanan berpakaian safari berwarna hitam. Yang datang menghampiriku bersama satu rekannya. Saat aku menoleh.

"Ya, ada apa, Pak?" tanyaku.

"Begini Bu Dokter, kami sedang melakukan keamanan ketat masuk ke dalam gedung ini. Sebab katanya, tadi siang salah seorang Dokter yang sedang melakukan praktik. Diculik oleh seseorang.

Deg!

Diculik! Apa mungkin ini karena kejadian siang tadi? Saat Andra tiba-tiba datang, lantas memaksaku pergi bersamanya.

"Diculik! Siapa dokter yang diculik, Pak?" tanyaku.

"Oh, kalau soal siapa dokter yang diculik? Saya nggak tau, Dok. Tapi saya cuma mau bilang. Kita semua yang kerja di sini harus waspada, gitu," jelas petugas keamanan yang lainnya.

"Oh, kalau begitu. Saya siap," ujarku seraya melemparkan senyum.

Aku lantas pamit kemudian segera memasuki gedung. Namun, sebuah klakson mobil berbunyi memekakkan telinga. Spontan aku pun menutup telinga, tetapi aku dibuat terperanjat ketika aku menoleh ke belakang ternyata yang melakukan itu adalah seorang pria bernama Syailendra Dwiki Aditama.

***

Ya, pria itu. Ternyata balik lagi dan mobilnya kini sudah ada di hadapanku. Aku pun buru-buru menghampiri dan urung kembali masuk. Lebih memilih menghampirinya meski sebenarnya kesal, karena banyak membuat ulah dan menciptakan kegaduhan. Rumah sakit akhirnya menjadi lebih ketat penjagaannya lantaran kelakuannya yang frontal. Wajah garang aku perlihatkan, lantaran aku sedang naik pitam. Berkali-kali aku mengetuk-ketuk pintu mobilnya.

"Cepat keluar!" teriakku kesal.

Pria itu pun menuruti, ia lalu membuka pintu mobilnya kemudian turun sembari menampilkan wajah santai tanpa ada salah dan dosa. Ia juga menebarkan senyumannya ke arahku.

"Kamu udah gila, ya! Apa kamu nggak bisa baca tulisan besar yang ada di plang itu, hah?!!!" ucapku murka seraya berintonasi tinggi.

"Mana HP kamu, Kanaya?" ujarnya to the point.

Melihat tingkah lakunya pada hari ini denganku. Memaksa, membuatku melalaikan tugas dan membuat rumah sakit semakin ketat penjagaan. Itu semua semakin membuatku merasa jengkel, kesal, murka, dan muak. Bercampur jadi satu kesatuan di kepala dan ingin segera aku tumpahkan di hadapannya. Di bayanganku ingin sekali, aku memukul wajah dan kepalanya berkali-kali menggunakan palu godam agar pria itu tak lagi mengganggu kehidupan dan ketenanganku yang semakin tak karuan.

Sementara ini aku hanya diam untuk menetralisir amarahku yang hampir membuatku meledak. Menggelengkan kepala serta mengelus dada berkali-kali. Pusing rasanya aku sehari ini bersamanya.

"Mana HP kamu, Kanaya. Aku mau pinjam sebentar, cuma lima menit, kok?" ucapnya seraya mengedipkan satu mata dan menadahkan tangannya.

"Sabar, Kay. Sabar yang kamu hadapi saat ini adalah Andra Si manusia keras kepala, yang sukanya berbuat nekat semaunya sendiri. Sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan?"

"Lho kok bengong, apa mau kantung jasmu, aku yang geledah?"

"Nggak sopan!" ujarku spontan menutup bagian kantung yang menyimpan handphone.

"Cepat Kanaya. Aku nggak punya waktu banyak! Atau beneran nih, aku ambil paksa HP-mu, sekarang juga,"

"Dasar tukang paksa! Bertindak semaunya sendiri!" teriakku kesal sembari menampakkan wajah merah layaknya buah tomat.

Karena tak ingin terjadi huru hara yang semakin panjang dan membuat keributan. Terpaksa aku berikan handphoneku padanya. Meski raut wajahku, memasang wajah cemberut. Namun,tetap saja aku menatapnya tajam. Aku lantas meraba kantung  yang ada di sebelah kanan di bawah pinggang dan memberikan benda itu padanya.

"Ini! Mau diapain?"

"Nah gitu dong, jadi 'kan nggak makan waktu,"

Dengan gerakan cepat, Andra menerima benda itu dari tanganku seraya menyeringai, tetapi sekian per sekian detik. Pria itu langsung mengembalikan benda itu padaku lagi.

"Kenapa, nggak jadi?"

"Tolong buka password-nya, Kanaya. Aku mana aku tau passwordmu,"

Handphone itu pun kembali ke tanganku, aku menatap layar lalu menekan tombol nomor rahasia, hanya aku yang tahu kode rahasia itu, lalu tak lama, aku kembali memberikan handphone itu padanya.

"Itu nomor aku tolong kamu simpan, ya," ucapnya seraya memberikan handphone-ku lagi.

"Awas hati-hati, nanti diomelin sama Dokter Chandra," bisik Andra di telingaku sebelum ia membuka pintu mobilnya.

Aku terperangah, kala Andra mengucapkan nama itu. Kenapa dia bisa tahu Dokter Chandra? Apa dia kenal dengan direktur rumah sakit ini? Sampai aku tak menyadari. Jika ia sudah pergi dari hadapanku. Aku segera melangkah panjang masuk ke dalam gedung, langsung menuju ruang praktik untuk mengambil tas dan segera pulang.

***

Setibanya aku di ruang praktik, aku terkejut saat melihat ruangan itu sudah di datangi beberapa orang. Sepertinya semua orang beneran heboh dengan penculikan pada saat jam makan siang tadi.

"Maaf ini ada apa, ya?" tanyaku bingung.

"Nah, itu Dokter Kanaya, Dok," ucap  asistenku yang menyadari kedatanganku.

"Alhamdulillah, Dokter Kanaya. Dokter sudah kembali lagi," ucap semua orang yang ada di sana kompak.

"Dokter nggak apa-apa kan, nggak ada yang luka," ucap asistenku yang langsung mendekatiku dan meraba badanku.

"Alhamdulillah, saya nggak kenapa-napa sehat walafiat, ini sebenarnya ada, apa ya?"

"Kata seorang keamanan, tadi siang Dokter diculik sama laki-laki yang nggak dikenal," celetuk salah seorang karyawan,"

"Bukan diculik, tapi dia itu, Andra sudah lebih dulu minta izin untuk mengajak dokter Kanaya pergi menjenguk saudaranya yang sakit," jelas Dokter Chandra yang tiba-tiba datang menghampiri ruang praktikku.

"Apa, Andra sudah minta izin langsung dengan Dokter Chandra!" gumamku dalam hati  heran.

Bersambung...

Baca... Baca.... Bacalah!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!