P a r t 8

Sabtu malam Minggu ini, Erwin mengajakku keluar, tetapi bukan untuk berkencan. Namun, menghadiri sebuah pesta ulang tahun perusahaan di mana calon suamiku itu bekerja. Sebenarnya aku malas untuk pergi ke pesta-pesta macam begitu, tetapi karena Erwin terus memohon dan mendesak agar aku ikut ke pesta itu. Akhirnya aku pun luluh dan menemaninya.

Pesta akan di mulai pukul delapan malam, aku dan Erwin sengaja berangkat satu jam lebih awal. Karena takut akan terjebak kemacetan di jalan. Namun, di sepanjang perjalanan menuju tempat acara, aku hanya mendengar rayuan gombal dan kata-kata konyol dari mulutnya yang dapat memancing tawa sehingga satu jam perjalanan tidak terasa terlewati.

***

Tempat diadakannya pesta malam ini di sebuah ballroom hotel bintang lima di Jakarta pusat. Pesta ini akan dihadiri banyak tamu seperti petinggi-petinggi perusahaan, rekan bisnis, politisi, sampai artis papan atas. Ikut menyemarakkan pesta perusahaan di mana calon suamiku itu bekerja. Perusahaan Erwin bekerja adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang tambang dan perminyakan.

Erwin pernah bercerita bahwa bos utamanya adalah seorang pria yang telah sukses membawahi banyak anak perusahaan, meski usianya belum genap tiga puluh tahun. Namanya bahkan sering terpampang di majalah bisnis ternama di kawasan regional. Bos tersebut juga sering menjadi nominasi berbagai acara penghargaan sebagai pengusaha muda paling berpengaruh di negeri ini dan memenangkannya.

Sontak jiwa keinginan tahuku semakin penasaran, justru inilah yang menjadi alasan utama mengapa aku bersedia ikut ke pesta itu. Aku ingin tahu siapa bos yang di maksud Erwin, seperti apa orangnya, dan bagaimana penampilannya? Membuat aku ingin mengenal lebih jauh pria itu. Maklum mungkin, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. Aku jadi jarang sekali membaca berita apalagi menonton televisi sehingga bisa dikatakan aku adalah orang yang KUDET. Karena hanya melakukan aktivitas yang sama dan itu-itu saja. Sebagai orang yang hidup di zaman now. Aku juga memiliki sosial media, tetapi jarang sekali aku membukanya. Satu yang aku tahu tentang bos muda itu bernama Syailendra Dwiki Aditama.

***

Setibanya aku dan Erwin di ballroom, tempat diadakannya pesta. Para undangan sudah mulai berdatangan lalu Seperti biasa umumnya pesta. Mereka saling bertegur sapa, mengobrol membahas tentang aktivitas pekerjaan mereka di kantor. Sementara aku hanya berdiri membeku, bingung ingin apa. Lantaran ini pertama kalinya aku berada di tengah-tengah pesta yang orang-orang di dalamnya tidak pernah aku kenal. Terlebih lagi pesta ini adalah pesta ulang tahun perusahaan Erwin bekerja. Karena  ini adalah pesta yang pertama kali kudatangi semenjak aku memiliki hubungan dengan Erwin. Aku memang belum pernah melakukan kencan berdua dengan Erwin seperti pasangan kekasih pada umumnya.

Baru tadi aku ketahui di saat mobil. Maksud keinginannya mengajakku ke pesta itu adalah Erwin ingin memperkenalkan aku pada rekan-rekan kerjanya dan bosnya bila aku adalah calon istrinya. Ia ingin aku bisa membaur dengan orang-orang yang ada di pesta itu.

"Kay, aku tinggal sebentar ya?" ucap Erwin berbisik di telingaku.

"Memangnya kamu mau ke mana?"

"Aku mau ke belakang, tiba-tiba perutku mulas," jawabnya seraya memegang perut.

"Ya, tapi jangan lama-lama," jawabku mengangguk.

Erwin bergegas ke belakang, sementara aku beralih ke tempat di mana makanan dan minuman dihidangkan. Aku pun melihat-lihat seluruh hidangan yang dihidangkan di meja prasmanan. Mataku lalu tertuju pada brownies, cheese cake, dan sirop berwarna merah. Aku jarang sekali menyantap makanan seperti ini. Sehingga aku mengambil ketiganya dan segera ingin melahapnya sembari menunggu Erwin kembali.

Namun, padanganku beralih tatkala seorang MC mengumumkan kedatangan Syailendra Dwiki Aditama dan Ibu Carlina Indra Guna istrinya untuk masuk ke tengah-tengah acara. Aku yang sedari tadi penasaran dengan orang itu. Langsung bergegas untuk melihat lebih dekat siapa orang yang bernama Syailendra itu? Tetapi karena banyaknya orang berkerumun membuatku kesulitan dan hanya dapat melihatnya dari jarak jauh.

Lebih baik aku mundur dan melanjutkan kegiatan menyantap kue yang tadi aku ambil. Lantas aku mencari kursi agar bisa menghabiskan makanan dan minuman yang sudah aku ambil ini. Lagi pula perut ini sudah keroncongan minta diisi. Ketika aku hampir menghabiskan makanan. Tiba-tiba Erwin datang dengan senyumnya yang lebar

"Kay, ikut aku sebentar, yuk, " ucapnya sembari menarik tanganku.

"Mau ke mana?" tanyaku bingung sembari terus melanjutkan makan kue.

"Udah ikut aja," ucapnya sembari menarik tanganku.

"Tapi kan aku belum selesai ma-,"

Dengan langkah panjang Erwin tetap menggandeng tanganku melangkah ke tempat yang ia ingin tuju, sementara langkahku tetap mengimbanginya seraya berhati-hati mengikuti langkahnya yang  cepat, tak lupa tangan kiriku membawa dompet tangan yang kupegang sejak tadi, sementara mulutku masih berisi makanan yang belum habis kukunyah.

Erwin lalu mencolek seseorang yang berdiri menghadap ke belakang. Orang tersebut sedang asyik mengobrol dengan pengunjung pesta lainnya. Aku pun buru-buru menghabiskan kue yang sedang aku kunyah seraya membelakangi Erwin.

"Eh, rupanya Pak Erwin," ucap pria yang berstatus bosnya itu.

"Selamat ulang tahun perusahaan yang ke dua puluh. Semoga perusahaan ini semakin maju dan sukses, Pak Syailendra," ucapnya.

"Aamiin, terima kasih banyak atas doanya ya, Pak Erwin. Datang ke sini sama, siapa?"

"Sama calon istri saya, Pak,"

Erwin lalu mencolek bahuku, dan dengan cepat aku membalikkan badan  Namun, mataku seketika terbelalak saat melihat seseorang yang berada di hadapanku.

Breek!

Dompet yang ada di tanganku sontak terjatuh.

"Kamu nggak apa-apa, Kay?" tanya Erwin yang langsung sigap mengambil dompet yang terjatuh itu.

Sementara aku diam membeku beradu tatap dengannya tanpa berkedip.

"Kay, ini Pak Syailendra. Bosku di kantor,"

Tak ada respon darku maupun bosnya itu, Erwin lalu membuyarkan lamunanku dengan menjentikkan jarinya ke arah wajahku.

"Halo, Kay. Kamu kenapa? Oh iya ini kenalkan bos aku, namanya Pak Syailendra,"

Bos Erwin dengan reflek mengulurkan tangannya, tetapi aku sama sekali tak merespon. Seketika dadaku terasa sesak, mataku memanas. Rasanya sudah tak kuat lagi, aku ingin menghindar dari acara pesta ini. Melihat perubahan mimik wajahku. Erwin mulai bingung.

"Kamu nggak apa-apa kan, Kay?" tanyanya.

Aku masih bergeming, mataku mulai berkaca-kaca.

"Mungkin dia lelah. Cari saja kursi untuk dia beristirahat," timpal bos itu dengan suara yang terdengar dingin.

"Ya sudah, ayo kita cari kursi buat kamu duduk," ucap Erwin.

Erwin lalu membawa aku ke tempat duduk yang sudah di sediakan untuk para tamu. Setelah aku duduk, Erwin pamit untuk mencari makanan. Sementara aku hanya mengangguk. Namun, selepas Erwin pergi bos itu pun mendatangiku.

"Hai Kanaya, lama kita tak bertemu," ucap bos itu menghampiriku.

Spontan aku pun berdiri dan ingin segera meninggalkan pesta ini.

Bersambung...

Maaf kalau telat update, selamat membaca, bagi yang suka baca. Makasih like-nya. Salam dari Ember Kuning.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!