P a r t 7

Setelah aku berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dan mendapatkan gelar spesialis kandungan atau Obstetri dan Ginekologi (Sp OG). Aku pun telah membuka praktik di dua rumah sakit besar di ibu kota bernama rumah sakit Citra Keluarga Medika yaitu rumah sakit elite milik keluarga Dokter Abimanyu. Sebab direktur utama rumah sakit itu, yang bernama Dokter Chandra Bara Abimanyu adalah dosenku saat aku pertama kali kuliah di fakultas kedokteran di Universitas sedangkan rumah sakit kedua adalah rumah sakit bersalin dengan nama Cinta Ibu.

Bekerja sebagai dokter kandungan memang sangat menyenangkan bagiku, karena setiap harinya aku bisa melihat reaksi pasien dan pasangannya, saat pasangan muda atau sang ibu diketahui positif hamil. Saat pertama kali pengecekan kandungan. Belum lagi pasien yang setiap bulannya melakukan kontrol untuk mengetahui umur bayi dan pertumbuhannya.

Apalagi, saat aku membantu para pasien yang notabene ibu yang akan melahirkan bayinya ke dunia. Baik itu secara normal maupun Caesar section. Sungguh merupakan tantangan yang memacu adrenalin karena sebagai seorang dokter aku dituntut mampu menyelamatkan keduanya. Setelah sang ibu bertarung nyawa untuk menghadirkan anaknya ke dunia, tetapi terlepas dari itu semua aku yang membantu menghadirkan bayi-bayi mereka turut juga merasakan senang dan bahagia.

***

Siang ini kala matahari berada di tengah kepala dan perutku mulai terasa lapar. Aku beranjak dari ruang praktik menuju  kantin yang ada di lantai dasar. Namun, ternyata kantin sedang ramai dan pengunjung pun membludak sehingga untuk makan saja pembeli harus antre dan bergantian tempat duduk.

Sementara aku tak bisa menunggu lama karena setelah makan siang. Aku akan  melakukan Caesar section yang sudah dijadwalkan pada pasien jauh-jauh hari. Aku memang selalu mendisiplinkan diri, karena apa yang sudah aku jadwalkan harus kujalani secara tepat waktu.

Aku memilih ikut antre dan tak lama, aku mendapatkan makanan yang kuinginkan. Dengan sigap aku mencari meja dan tempat duduk, tetapi ternyata. Seorang pria menyerobot kursi yang sudah sejak tadi, sementara aku hanya berdiri melihat dengan perasaan lumayan kesal. Dalam hati. "Kenapa juga cowok itu yang harus lebih dulu mendapatkan meja itu?"

Wajahku berubah memerah, rasanya emosi ingin sekali aku ledakan saat itu juga. Namun semuanya hanya bisa aku tahan. Aku lantas melangkah pergi sembari membawa kembali makanan yang kupesan. Karena takut makan waktu, aku  berniat untuk meminta makanan itu untuk dibungkus pada orang kantin yang tadi melayani pesananku.

Baru aku ingin meminta makanan itu dibungkus dan akan aku makan di ruangan praktikku saja. Meski sebenarnya aku tidak suka bila makan di ruangan itu, tetapi apa boleh buat. Ini terpaksa aku lakukan demi menghemat waktu.

"Tunggu!" seru seseorang tak menoleh ke arah belakang.

Tetapi tak berapa seorang wanita tua mencolekku.

"Orang yang tadi teriak itu memanggil Ibu Dokter," ucapnya.

Aku lantas berterima kasih pada wanita tua yang sudah memberitahu dan tak lama, aku melihat seorang pria menghampiriku.

"Maaf Bu dokter, silakan anda duduk di kursi bekas saya. Saya tidak jadi makan di sini, karena ibu saya. Tiba-tiba memanggil dan meminta saya untuk kembali ke kamar," 

"Oh terima kasih, tapi kalau boleh tau tempatnya di mana, ya?" jawabku pura-pura tidak tahu.

"Di sana Bu, dekat jendela," jawabnya seraya menunjuk letak meja yang akan kugunakan.

"Oh baik, saya akan segera ke sana,"

"Hmm, boleh saya tau nama dokter. Nama saya, Erwin Mahendra?" tanya pria itu seraya mengulurkan tangannya.

"Oh, nama. Bisa anda lihat di name tag" jawabku ketus tanpa mengulurkan tangan.

Pria itu lantas paham, mengerti apa maksudku. Ia lantas tersenyum dan segera pamit, sementara aku melangkah ke meja yang telah diberikan padaku.

***

Hari berganti hari, sejak pertemuan itu. Entah mengapa aku sering bertemu dengan pria bernama Erwin Mahendra. Sejujurnya aku agak risih dan tak nyaman dengan tingkah lakunya. Aku  tahu maksud Erwin yang sedang berusaha mendekatiku, bahkan tanpa diminta. Ia terus saja menemuiku pada saat jam istirahat. Ia memberitahu mengapa dirinya masih ada di rumah sakit tempat aku bekerja. Ia lalu bercerita mengenai ibunya yang sering bolak-balik rumah sakit lantaran ia memiliki riwayat penyakit berat.

Chronic Kidney Disease yaitu salah satu penyakit ginjal yang penderitanya mengalami kerusakan pada jaringan ginjal sehingga mau tidak mau ibunya itu harus sering bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah dan melakukan pemeriksaan berkala setiap bulannya di rumah sakit ini.

Erwin pun tanpa sungkan menceritakan semua tentang kehidupan pribadinya meski aku sendiri tak memintanya. Ia ternyata seorang staf manager di perusahaan tambang dan perminyakan. Statusnya duda yang telah memiliki dua anak. Sudah lima tahun ia menjadi single parent dan tinggal terpisah dengan kedua anaknya. Karena hak asuh anaknya jatuh ke tangan mantan istrinya.

Seringnya bertemu di rumah sakit ini dan membagi tanpa cerita tentang latar belakang kehidupannya membuatku respect dan timbul rasa salut Erwin. Seorang pria yang baru tiga bulan aku kenal merupakan anak laki-laki yang selalu ada untuk sang ibu tercinta. Ya, walau pun aku tahu selain memenuhi kewajibannya merawat orang tua yang sakit. Motivasi Erwin di rumah sakit ini apa lagi kalau bukan mendekatiku.

"Kamu nggak yakin sama aku, Kay. Soal keseriusan aku sama kamu. Kita udah sama-sama dewasa, lho,"

"Tapi sepertinya, saya masih nyaman hidup sendiri,"

Aku yakin kalau kamu itu jodoh aku. Jadi biarkan aku kenal sama keluargamu," .

"Tapi ini terlalu cepat, Win. Kamu belum mengenal saya dengan baik. Saya nggak mau, nanti kamu kecewa pilih saya,"

"Nggak akan, Kay. Malah aku yang beruntung. Bisa mendapatkan cinta dari seorang dokter seperti kamu," ujarnya seraya mencoba menyentuh tanganku.

Jujur awalnya aku menolak keras. Ketika Erwin mengatakan keseriusannya itu. Namun, melihat Erwin yang sungguh-sungguh memperlihatkan kegigihannya. Membuat aku sedikit luluh. Laki-laki itu pun memperkenalkan aku pada ibunya dan mengutarakan keinginannya tentang keseriusannya denganku pada ibunya. Ia juga memberanikan diri datang ke rumah untuk memperkenalkan dirinya sebagai teman dekat. Dengan berani pria itu tiba-tiba mengatakan bila ia ingin serius menjalin hubungan denganku pada keluargaku.

Jelas ungkapan itu membuat kedua orang tuaku senang bukan kepalang mengingat umurku yang semakin bertambah banyak. Ayah dan ibu dengan sangat terbuka menerima Erwin sebagai teman dekatku meski aku sendiri belum pernah mengungkapkan perasaan cinta pada pria itu. Jangankan ungkapan cinta jadian pun rasanya tidak pernah terucap.

Namun, seiring berjalannya waktu Erwin membuktikan. Jika ia memang serius dan ingin membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pernikahan. Ia membuktikannya dengan perbuatan. Bukan hanya sekadar ucapan belaka.

***

Sebulan setelah pengakuan dan membuktikan keseriusannya. Erwin benar-benar membuat aku jatuh hati. Pria itu memang selalu ada, jika aku membutuhkannya. Seperti mengantar atau menjemputku kerja, ia juga pengertian dengan kesibukanku sebagai dokter, sehingga aku yakin dialah laki-laki yang tepat untuk aku harapkan Tuhan menjodohkan ia untukku selamanya, sampai di hari ulang tahunnya. Ia membuat suatu surprise.

"Kanaya Nadhira Bagaskara, apakah kamu bersedia menjadi istriku selamanya?" ucap Erwin seraya berlutut di hadapanku di malam pesta ulang tahunnya yang ke tiga puluh tiga tahun.

Sontak aku terkejut saat itu. Namun, tak dapat dipungkiri ada sedikit rasa bahagia lantaran ini pertama kalinya. Aku memiliki teman dekat dan tentu saja hal ini membuatku menangis haru dengan apa yang sudah pria itu lakukan selama ini. Terlebih lagi, di malam itu. Tanpa sepengetahuanku. Tiba-tiba Erwin melamar di hadapan kedua orang tua dan adikku. Akhirnya doa yang selama ini mereka panjatkan setelah sujudnya. Telah di dengar dan dikabulkan oleh Tuhan.

"Ya, aku bersedia menjadi istrimu. Selamanya, Erwin Mahendra," jawabku seraya mengambil kotak cincin yang ia disodorkan untukku.

Bersambung...

Jika anda berkenan melihat lantas membacanya, tetapi membuat anda pusing atau "nggak nyambung" dengan cerita awal. Percayalah saya pun demikian. Namun, saya harap anda bersabar dan staytune dengan cerita ini sampai akhir. Anggap saja anda sedang mengikuti kehidupan sang karakter utama salam Ember Kuning

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!