Setelah diperiksa oleh pegawai di sana, ternyata aku memang tak sadarkan diri sehingga Windy menyuruh Andra untuk membopong dan membawaku ke penginapan di mana mereka menginap, karena jarak penginapan dengan rumah makan tidak terlalu jauh, cukup berjalan kaki.
Tubuhku diletakkan di atas tempat tidur setibanya di kamar Windy. Perempuan itu lalu mencopot sepatu skate yang aku gunakan. Ia menoleh ke Andra yang seperti orang panik.
"Lo kenapa, Ndra?" tanya Windy seraya menyentuh dahinya yang sudah banyak mengeluarkan keringat.
"Jangan sentuh gua, Win," ujarnya panik.
"Lo sakit?"
"Nggak tau, Win. Tiba-tiba gua jadi begini, lebih baik gua ke-,"
"Udah lo di sini aja, tungguin Kanaya. Biar gua yang cari obat buat lo, biar lo cepat baikkan," sergah Windy agar Andra tidak jadi keluar kamar.
Windy lalu bergegas keluar, meninggalkan aku dan Andra yang sedang berada di kamar penginapan. Sekian menit berlalu. Namun, Windy tak kunjung datang. Tak terlihat lagi batang hidungnya. Entah pergi ke mana wanita itu ? Mencari obat untuk Andra yang sedang tak enak badan.
Hawa panas yang terasa di badan Andra semakin menggelora. Sekuat tenaga pemuda itu berusaha menahan hawa nafsunya. Ia berusaha menjauhi diri dan bersandar di balik pintu. Namun, hawa panas itu semakin menjadi-jadi hingga membuat Andra sudah tak sanggup lagi menahan diri.
"Kamu ke mana sih, Win? gumamnya.
Sampai akhirnya sesuatu yang tak terkendali itu pun terjadi. Andra benar-benar melakukan hal yang tak pantas. Pemuda itu melampiaskan semua padaku. Melakukan perbuatan yang senonoh pada gadis yang sedang tak sadarkan diri. Apalagi gadis ini baru beberapa jam lalu ia kenali. Dengan seenaknya Andra menyentuh area yang selama ini aku lindungi. Ya, mahkota itu, telah hilang direnggut secara paksa di malam ini. Andra benar-benar sudah tak bisa mengendalikan diri. Menjelajahi sesukanya ke segala penjuru tubuh ini. Bagai binatang buas yang sedang kelaparan yang tak punya hati nurani.
***
Dan saat aku membuka mata, pandanganku mengedar ke seluruh ruangan. Aku sadar ini bukan kamar yang biasa aku tempati. Ada bermacam-macam rasa yang kurasakan . Mulai dari pusing, badan terasa pegal-pegal, hingga area bagian bawahku yang terasa perih. Karena penasaran, aku lalu menyingkap selimut yang membalut tubuhku. Baru aku sadari bahwa, aku sedang tidak menggunakan pakaian yang aku kenakan semalam. Tubuhku saat ini polos dan hanya ditutupi selimut tebal ini.
Sementara saat aku menoleh ke arah samping. Ternyata ada Andra yang sedang tidur dan hanya mengenakan ****** *****. Rasa takut itu mulai muncul dan tak terasa aku pun menangis tersedu-sedu, menangisi kemalangan ini, tak pernah aku bayangkan. Jika hal seperti ini akan menimpaku. Aku ini gadis baik-baik, dari keluarga baik-baik, dan terhormat. Lantas bagaimana jika mereka sampai tahu bila aku, anaknya telah dirusak oleh pemuda yang baru dikenalnya beberapa jam lalu? Mungkin, karena mendengar tangisku yang menyayat pilu lalu berubah menjadi raungan yang menggebu, membuat pemuda itu terbangun, tetapi belum sampai ia membuka matanya.
"Jangan berisik, jangan ganggu gua lagi tidur," ucapnya asal.
Mendengar ucapannya itu, tentu saja membuatku seketika murka, aku lantas mengencangkan volume tangisku dan itu berhasil membuat Andra benar-benar membuka matanya. Ia lantas mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
Ia terperanjat, ketika menyadari aku ada di sampingnya sedang meraung, meratapi apa yang telah terjadi padaku dan padanya. Andra mulai bingung dan panik dengan situasi ini. Entah siapa yang menginginkan ini terjadi? Setelah menyadari keadaannya yang sama memprihatinkannya sepertiku. Ia lalu mensejajarkan badannya dengan badanku, lalu tangannya berusaha menyentuh bahuku karena posisiku sedang bersandar pada kepala tempat tidur. Namun, hal itu buru-buru aku tepis dengan kasar karena apa yang telah ia lakukan semalam telah mencoreng, menghancurkan, dan merusak martabat, dan masa depanku sebagai seorang wanita.
Aku semakin menangis sejadi-jadinya, hingga tak kuasa membendung banyak air mata yang keluar dari kedua sudut mataku, sementara Andra mencoba berusaha memelukku meski berkali-kali aku menolaknya. Mulutnya terus saja memohon, agar aku memaafkan dan mengampuni perbuatannya yang dilakukannya beberapa jam lalu, ia mengakui kesalahannya yang terjadi menimpaku. Laki-laki itu berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat padaku.
"Maaf, maafkan aku Kanaya. Aku mengakui kesalahan ini, tapi sebenarnya aku juga bingung mengapa bisa aku melakukan hal itu. Demi Tuhan ini baru pertama aku melakukan dan sepertinya itu bukan kendaliku," ujarnya seraya memegang kepalanya.
"APA KATAMU! MAAF! DEMI TUHAN!BUKAN KENDALIMU! LANTAS SIAPA YANG MELAKUKAN INI SEMUA KEPADAKU? KALAU BUKAN KAMU, APA ITU HANTU, HAH!" ucapku murka seraya memukul-mukul lengan Andra dengan kuat emosiku sudah tak bisa aku kontrol sedangkan pria itu hanya diam menerima semua pukulan yang aku berikan tanpa membalas sedikit pun.
Rasanya sejak malam ini, aku ingin mengakhiri diriku sendiri, terjun bebas ke dalam lautan luas. Rasanya aku gagal menjadi seorang gadis. Karena tak bisa melindungi apa yang menjadi kehormatannya. Mulai malam ini, aku menganggap tubuhku telah kotor.
Aku lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, agar tak ada benih yang akan tumbuh di dalam tubuhku meski aku harus berjam-jam di kamar mandi. Namun, sial seorang perawat meneleponku untuk memintaku. Agar segera datang ke Puskesmas. Pagi ini pasien di Puskesmas membludak karena ada sebuah kecelakaan yang tak jauh dari Puskesmas.
"Halo, Dokter Kay. Bisa datang ke Puskesmas, kami butuh bantuan anda segera. Tolong ya, Dok," ucapnya.
Ingin rasanya aku menolak keras. Namun, jiwa kemanusiaanku terpanggil, hatiku berkata, agar aku menolongnya. Sungguh ini pertentangan batin yang tak sanggup aku rasakan. Meski hatiku sedang hancur porak-poranda. Aku harus menolong orang yang membutuhkan bantuanku.
Aku langsung membersihkan diri dengan sangat cepat lalu mengenakan pakaianku. Sementara Andra tidak membersihkan diri dan langsung mengenakan pakaiannya. Entah apa yang akan ia lakukan. Aku langsung keluar kamar tanpa pamit padanya.
Perasaanku kacau saat aku meninggalkan hotel. Setelah kejadian ini terjadi, apa yang harus aku lakukan selain meminta maaf kepada Tuhan. Karena aku telah melakukan perbuatan dosa besar. Melanggar perintah agama, sebagai hamba aku merasa sungguh kotor dan tak berharga.
Aku sangat benci pada diriku sendiri, lalai karena tak pandai menjaga diri. Seketika air mata itu terjatuh lagi. Aku sungguh tak peduli dengan keadaanku saat ini. Aku berjalan menuju ke pangkalan ojek, agar aku bisa cepat menuju Puskesmas. Entah sudah berapa kali ponselku berdering. Namun, tak lagi kutanggapi.
"Masuk, biar aku antar," ucapnya.
Aku hanya diam seraya membuang muka dan menjauhinya, tetapi Andra segera keluar dari mobil dan langsung membopongku masuk ke mobilnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
deeyaa
semangat kakk
2023-09-13
2
Jaku jj
Wajib baca! cerita ini benar-benar memikat hati dan membuat saya kecanduan 😍
2023-08-14
0