Vino,masih menatap pintu kamar dan masih tertutup rapat. Semakin terkejutnya lagi,setelan pakaian kerja dan kebutuhannya ada depan. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar, langsung menyambar setelan pakaian dan masuk kedalam kamar tamu.
"Maafkan aku Melody, seharusnya tidak membentak mu malam tadi. Mau gimana lagi, aku lelah dengan sikapmu tentang makhluk halus". Vino, menghela nafas beratnya.
Melody,jika marah tak main-main dengan suaminya. Beruntung sekali, Melody tidak balik kerumah orangtuanya. Kalau itu sampai terjadi,bukan mertuanya saja yang marah. Sudah pasti ayah dan ibunya, bakalan menyalahkan dirinya yang tak becus menjadi seorang suami.
"Pulang kerja saja,aku membujuk Melody". Gumam Vino, merasa bersalah dengan istrinya. Menyentuh daun pintu kamar mereka, mengepalkan tangannya.
Sarapan pagi sudah tersedia diatas meja makan, Vino duduk santai sendirian tanpa sang istri.
"Bi Darna,apa istriku tadi ada keluar dari kamar?"Tanya Vino, tatapannya yang sendu.
"Ada,air panas nak Nalend habis. Nona Melody,keluar dan minta di buatkan teh juga" Jawab bi Darna, tersenyum kecil. Kasian sekali nak Vino, gara-gara masalah ini. Mereka berdua bertengkar dan tidak mau saling berbicara.
Vino,menghela nafas panjang. Matanya menatap nasi goreng spesial di hadapannya,selera makannya benar-benar hilang.
Perutku memang lapar, tetapi nafsu makan ku sudah amburadul semuanya. Melody, pasti tidak mau makan karena kami bertengkar lagi.Batin Vino, memijit pelipisnya.
Klontang...
Sendoknya jatuh ke bawah meja, Vino berusaha untuk mengambil sendoknya. Namun sayang, tidak menemukan sendoknya terpaksa harus berjongkok di bawah. "Aakkhh...Kemana sendoknya jatuh? Masa iya,jatuh sekali". Lirihnya pelan, meraba-raba ke sana kemari.
Deg!
Vino, sudah mendapatkan sendoknya dan sesuatu menjadi pusat perhatiannya. "Kaki siapa itu?". Lirihnya pelan, tangannya gemeteran ketika darah di tumit kaki menetes.
Glek!
"Ha...Ha...Ha..Ha...!" Jantungnya berdegup kencang, napas seakan tak beraturan. "Kaki siapa itu, bukankah tidak ada siapapun di hadapan mu". Vino, berlahan-lahan beranjak dari bawah meja.
Dari seberang meja makan,dia melihat kaki berjuntai ke bawah. Semakin terkejutnya lagi adalah kaki itu, berlumuran darah.
Brak!
kepalanya terbentur meja dan meringis kesakitan. Melirik ke arah kaki tadi, namun anehnya sudah tiada.
"Astagfirullah, kenapa pak Vino?". Tanya Dina, terkejut mendengar sesuatu yang terbentur.
Deg!
Kaki yang berjuntai tadi, tiba-tiba hilang dan membuat Vino calingukan melihat sekeliling. Keringat membasahi keningnya, wajahnya pucat pias sudah.
Kemana kaki itu? Aku yakin sekali,ada seseorang di kursi ini.Batinnya, meraup wajah dengan kasar."Tidak apa-apa Dina, cuman sendoknya jatuh. Ketika mau berdiri tadi,malah kebentur meja kepalaku". Alibinya Vino, cengengesan menatap Dina yang khawatir.
Dina, mengangguk pelan dan melanjutkan pekerjaannya mencuci piring. Sesekali melirik Vino,dari kejauhan dan merasa curiga dengan gelagatnya.
Vino, bergegas meninggalkan meja makan tak mau lagi melihat yang aneh-aneh.
Langkahnya terhenti di depan pintu kamarnya, beberapa kali mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban dari dang istri.
"Melody, mas mau berangkat kerja dulu. Sepulang kerja nanti,baru membahas tentang masalah kita. Kamu jangan banyak pikiran,fokus sama anak kita dan jaga kesehatan mu sayang".
Setelah selesai berbicara, barulah Vino pergi ke pintu rumah.
Beberapa saat kemudian, Melody membukakan pintu kamarnya dan menangis kesegukan meratapi kepergian sang suami.
Bi Darna, memeluk erat tubuh Melody mencoba menenangkan pikirannya.
Deg!
Melody, mencium bau amis dari tubuh bi Darna. Matanya menatap ke arah Dina,tepat di belakang bi Darna dan memberikan kode dengan menggeleng kepala.
Bau apa ini? Apa jangan-jangan,aku memeluk sesosok menyerupai bi Darna. Ya Allah, lindungilah hambamu ini.Batin Melody, memejamkan matanya dan sudah ketakutan sekali.
Deg!
Melody, akhirnya sadar siapa yang di peluknya. Melainkan bukan bi Darna, tetapi wujudnya menyerupai sesosok bi Darna.
"Bi Darna,permisi dulu yah". Akhirnya Melody, melerai pelukannya dan berlahan-lahan meninggalkan bi Darna masih terdiam membisu.
"Aaaaaaaaaaaa....!" Melody, berteriak keras dan berlarian bersama Dina ke arah dapur.
Tubuh mereka berdua bergetar hebat,masih tidak percaya apa yang mereka lihat.
"Tadi,apa yang kamu lihat Din?" Tanya Melody,menutup mulutnya karena mengingat sang buah hati di dalam kamar masih. "Anakku Din, masih dalam kamar. Bagaimana ini, Din?".
Dina, berusaha menenangkan pikiran Melody. "Tenang non, Nalend tadi di bawa bi Darna ke halaman belakang. Tadi,aku melihat sesosok tubuh menyeramkan dan rambutnya panjang. Iihh.. Non,malah memeluknya tadi". Dina, bergidik ngeri jadinya.
"Astagfirullah,aku lupa Din. Jadi di dalam kamar tadi,bukan anakku. Astagfirullah, kenapa makhluk itu muncul di siang-siang begini?" Melody,mengusap wajahnya.
"Kita ke halaman belakang aja,non. Kita susul bi Darna,takut tau". Ajak Dina, mereka langsung berlarian sambil berpegangan tangan.
Benar sekali,bi Darna dan pak Hermon di halaman belakang.
Melihat keadaan Melody dan Dina, tidak baik-baik saja. Membuat bi Darna dan pak Hermon khawatir dan panik.
"Tadi,aku memeluk tubuh bi Darna. Kata Dina,dia melihat sesosok menyeramkan bukan bibi". Kata Melody, terisak dalam tangisnya.
"Pak Hermon, keadaan sekarang tidak seperti dulu. Aku mohon pak,bantulah kami dalam gangguan makhluk halus ini. Cuman pak Hermon,yang kami percayakan sekarang". Bi Darna, menatap iba kepada pak Hermon.
Seandainya bi Darna, melakukan hal ini. Mana mungkin beliau memohon meminta bantuan, pasti senang sekali melihat kami di hantui. Mana mungkin juga,bi Darna pingsan kemarin.Batin Melody,masih menatap lekat ke arah bi Darna.
"Baik,akan saya bantu. Tapi, memerlukan dua hari untuk bolak-balik ke sini. Non Melody,apa tidak masalah jika saya tinggalkan sementara. Tapi,ada penggantinya keponakan saya". Usul pak Hermon, lagi-lagi Melody menoleh ke arah bi Darna dan Dina.
"Baik,pak. Asalkan kembali seperti semula pak, tidak seperti ini. Kami selalu di ganggu oleh makhluk halus itu, lama-kelamaan kami bisa gila". Ucap Melody,menyeka air matanya.
Pak Hermon, pamit pulang dan langsung pergi ke kampung halamannya. Semoga saja,di sana mendapatkan kabar baik.
"Non, kapan nak Vino keluar kota? Kalau nak Vino, masih di rumah ini bakalan mendapatkan masalah besar". Kata bi Darna.
Melody, menepuk keningnya karena sang suami tidak kemana-mana. Takutnya Vino, mengetahui apa yang terjadi di rumah.
"Bagaimana ini,bi? sudah jelaslah mas Vino, bakalan marah besar sama kita". Menggerutu kebodohannya sendiri, harus mencari sesuatu untuk menyusun rencana.
"Belum lagi, kedatangan bibinya non. bakalan jadi masalah besar,non". Kata bi Darna, sontak membuat Melody kebingungan jadinya.
"Gampang lah bi,pak Hermon kalau sampai di kampung halamannya pasti menghubungi kita. Terus,bilang ke pak Hermon untuk mengundur waktu sementara. Sumpah,aku benar-benar lupa bi. Ini adalah efek rasa ketakutan ku, lama-lama gila memikirkannya". Ucap Melody, tersenyum kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments