Terlambat

Vino,yang gelisah gusar di perjalanan. Baru saja selesai meeting di perusahaan rekan bisnisnya, mendapatkan pesan dan beberapa panggilan tak terjawab.

Hatinya terasa senang mendapatkan kabar, jika sang istri akan melahirkan anak pertama mereka.Di sisi lainnya,merasa khawatir dengan keadaan sang istri.

Sesampai di rumah sakit,dia menemukan kedua orangtuanya, kedua mertua dan keluarga lainnya.

Plak

Tamparan keras mendarat di pipinya,yang di berikan oleh sang bunda. "Bunda, sangat kecewa dengan mu! Istri mu mau melahirkan, tetapi kamu susah di hubungi. Sudah tau istri mau lahir, pikiran kamu cuman pekerjaan saja. Lihatlah dimana istri mu,dia pendarahan hebat Vino dan harus di operasi".

"Maaf,bunda. Vino,tadi meeting di perusahaan rekan bisnis. Ponsel di nonaktifkan sebentar, takut mengganggu yang lainya". Vino, terkenal dengan kinerja yang sangat bagus. Tak mudah baginya, mendapatkan kedudukan sebagai wakil direktur. Aaaakkhh... Bukannya hpl Melody,tinggal beberapa lagi. Lalu, kenapa sekarang melahirkan? Apa jangan-jangan ada terjadi sesuatu,di rumah tadi dan menjadi mendadak?. Batinnya, mencari sesuatu untuk di tanyakan dan matanya tertuju pada bi Darna.

Vino, mendekati kedua mertuanya yang membuang muka ke arah lain. "Maafkan Vino,mah,pah. Maaf,ini kesalahan Vino yang tak becus menjaga Melody". Astagfirullah,aku harus bersabar menghadapi mamah mertua. Pasti beliau kecewa dengan ku,jadi beban pikiran jadinya.

Vino, berlutut di hadapan kedua mertuanya. "Sudahlah nak,ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu". Pak Senjaya, menepuk pundak sang menantu.

Vino, memandang ke wajah ibu mertuanya. Memang benar,ibu kandungnya tak menyetujui Melody menikah dengannya. Masih teringat jelas dimana,sang ibu memarahi Melody.Dimana Vino, mengantar Melody pulang ke rumah.

"Mamah,gak setuju kamu menikah dengan pria bekerja kantoran. Apa lagi memiliki jabatan tinggi, berwajah tampan itu. Melody,dia akan sibuk dengan pekerjaan dan mengabaikan mu nanti. Apa kamu segitu percayanya dengan dia,ha? Siapa tau saja,banyak selingkuhan di luar sana. Jangan terlalu percaya sama pria berwajah tampan,karena mamah korbannya. Lebih baik kamu menikah dengan ustadz Agam jauh lebih baik dari dia".

Vino,jelas sekali melihat lirikan ibu kandungnya Melody. Lamunannya buyar, ketika ayah mertuanya menepuk pundaknya lagi. Cukup lama berlutut di hadapan ibu mertuanya,tak kunjung juga bersuara.

Akhirnya Vino,berdiri dan mendekati kedua orangtuanya. Perasaannya campur aduk, memikirkan keadaan istri dan di tambah lagi sang ibu mertuanya yang marah.

"Lihatlah pak,dia tidak berusaha untuk meluluhkan hati ku. Emang benar sih, sikapnya terhadap mertua gak wajar". Bisik bu Sonya, kepada suaminya. Matanya masih melirik ke arah Vino,sang menantunya. Apa yang aku takutkan terjadi juga,ini akibatnya tidak mendengarkan perkataanku.

"Husss...Gak baik bu, ngomong seperti itu. Buanglah egois mu ini, kasian menantu kita"Pak Sanjaya, bingung karena sang istri masih tak menyukai suami dari anak mereka sendiri.

 Bu Mega, mendekati besannya mencoba menenangkan pikiran dan perasaannya. "Jeng, maafkan anakku Vino. Dia memang bersalah,apa tidak kasian melihat keadaannya dari tadi gelisah gak karuan".

"Jeng,aku sudah memaafkan kesalahannya yang lalai menjaga anakku. Tetapi,aku masih kecewa berat loh". Kata bu Sonya, tersenyum dan menyentuh tangan besannya itu.

Maafkan aku Melody,sejak kejadian itu. Kamu mulai menjauhi ku, adakah kamu mengingat tentang ku. Sedari tadi, kamu tidak menghubungi ku tak sehangat dulu. Batin Vino, pernikahan mereka tak harmonis seperti dulu lagi.

Semenjak kehamilan Melody, merasa risih dekat suaminya. Hampir 3 bulan belakangan ini,dia tak lagi melayani sang suami. Namun Vino,mengerti dengan keadaan sang istri tengah hamil moodnya berubah-ubah.

Suara tangisan bayi terdengar dari dalam, mereka sangat senang mendengarnya. Tak sabar melihat sang cucu, mereka menangis haru.

Vino, beberapa kali mengucapkan kata syukur dan tak sabar menemui istri dan anaknya.

Ceklekk...

Seorang dokter keluar dari ruangan,tengah tersenyum kecil. Memanggil siapa ayah dari sang bayi, meminta untuk di adzan kan.

Vino, langsung melongos melewati sang dokter. Dia mengira bisa melihat sang istri,namun tak bisa lagi.

"Silahkan pak, anaknya di adzan kan dulu. Kami akan membawanya ke ruangan bayi, sebelum di berikan kepada sang ibunya".

Vino, mengumandangkan adzan di telinga sang anaknya. Air matanya menetes tak terasa,bayi mungil sang persis seperti dirinya.

Masih ingat dengan perkataan seorang mantan kekasihnya, menghina sang istrinya.

"Dia bertemu dengan teman prianya, sekedar teman kerja". Kata Vino, menatap seorang wanita cantik di depannya.

"Kamu percaya, begitu saja. Mereka makan di restoran loh,aku dengar-dengar istri mu tengah hamil yah. Apa kamu tidak takut,anak yang di kandungan nya bukan anak mu".

Vino, langsung memusut dadanya dan beristighfar di dalam hatinya. Dia berusaha menyangkal, kalau ucapan sang mantan tidak lah benar. "Maafkan Dady nak". Lirihnya pelan, meletakkan buah hati ke baby box.

Tak berselang lama, Melody akan di pindahkan ke ruangan VIP dimana Vino sudah merencanakan segalanya. Keadaannya sekarang sudah stabil, tidak lagi pendarahan. Akan tetapi, harus di jaga ketat oleh para dokter.

"Melody". Vino, langsung mendekati istrinya yang masih lemah wajahnya pucat pias.

"Mas". Lirih Melody,pelan dan air matanya mengalir di kedua sudut matanya. Kemana kamu mas, baru sekarang menemui ku? Aku harap mamah, tidak akan marah kepada mu.

Vino,masih menggenggam jemari tangan istrinya sampai ke ruangan VIP. Tak henti-hentinya Vino,bergumam sendiri dan beberapa kali meminta maaf kepada istrinya.

"Sabar nak, istrimu dalam pemulihan sekarang". Bu Mega,mengelus lembut punggung anaknya.

"Vino, lebih baik kamu bersih-bersih sana. Keadaan mu jauh lebih memperihatinkan sekali dari pada istri mu". Tegur sang ibu mertua,tanpa menatap wajah menantunya.

Meskipun perkataan ibu mertuanya tajam,masih ada rasa perhatian dan perduli dengannya.

"Benar sekali nak, lebih baik kamu pulang dulu. Biarkanlah kami menjaga Melody, rapikan penampilan yang acak-acakan ini. Kamu gak mau kan istri mu jadi kepikiran,sana pulanglah". Bu Mega, tersenyum meminta anaknya pulang.

"Sekalian yah,bawa pakaian istri mu yang tertinggal. Jangan lama-lama pulangnya, sekalian jangan keluyuran gak jelas. Apa lagi malah mikirin pekerjaan, tidak bisakah cuti beberapa hari?". Kata bu Sonya, menyunggingkan senyumnya.

"Baiklah,Vino pulang dulu bund,mah"Pamit Vino,kalau tidak di turuti mulut mereka berdua tak henti-hentinya bersuara.

Vino,juga tidak mau di temanin siapapun. Bi Darna, menyerahkan kunci rumah kepadanya.

Sepanjang perjalanan Vino,masih memikirkan sang istri kondisinya masih lemah. 30 menit perjalanan, akhirnya sampai di halaman rumahnya.

Keadaan sangat sepi,cuman ada penjaga gerbang saja. Vino, menghelat nafas beratnya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Brakkk!

Deg!

Vino, melonjak terkejut mendengar suara di dapur. Dia bergegas menuju ke sana, dengan pelan-pelan mengintip ke arah dapur. "Tadi bunyi apa? Masa rumahku kemasukan maling, sedangkan di depan ada penjaga". Gumam pelan, tidak ada siapapun di dapur. Tiba-tiba....

Terpopuler

Comments

Dina Yesiana

Dina Yesiana

serem deh ceritanya

2023-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!