Menyerupai

Melody,terasa segar mandi di sore hari. Memperlihatkan perutnya yang besar, mengoles krim anti stretch mark. Dia tersenyum manis memandang dirinya sendiri,di pantulan cermin. Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan Dina mengangkat keranjang yang isinya pakaian yang sudah di setrika.

"Dina, bukannya kamu istirahat dulu? Ngapain kerja, emangnya sudah gak sakit kepalamu?". Tanya Melody, menoleh ke arah Dina yang sibuk menaruh pakaian di dalam lemari.

Aneh, kenapa Dina gak jawab pertanyaan ku?Batinnya Melody,menyisir rambutnya sambil menatap ke arah Dina. Memang benar, gelagat Dina tak seperti biasanya.

"Dina,kamu gak kenapa-kenapa kan? Tumben sekali,kamu diam sama aku". Kekehnya Melody, memancing reaksi Dina. Lagi-lagi Dina,tak menyahut perkataan Melody.

"Din,kamu gak kenapa-kenapa kan? Din! Dina! Din!". Melody,merasa hawa semakin aneh. Susah payah meneguk air liurnya, mendekati Dina. Niatnya untuk menepuk pundak sng art, siapa tau dia mengenakan headset di telinganya.

"Dina!Din!". Melody, sudah ketakutan dan dadanya naik turun mengontrol dirinya.

Kekekekekekkek.

"Ha....Aaaaaaaaaaaaaa.....Aaaaaaaaa...!". Melody, berteriak keras ketika melihat wajah Dina berubah menyeramkan. Wajahnya berlumuran darah, bahkan ada belatung segala.

Bi Darna dan Dina, melonjak terkejut mendengar teriakkan Melody. Bergegas mereka menghampirinya, takut terjadi apa-apa.

"Non Melody!". Pekik mereka berdua, beda tempat. Langsung berlarian menghampiri istri majikannya itu.

"Ha....Ha...Ha...Ha". Melody, ngos-ngosan mengatur nafasnya. Keringat membasahi seluruh wajahnya,masih mengenakan jubah mandinya. Dia sedikit meringis kesakitan di bagian perutnya, sangat susah untuk berlari tengah hamil tua.

"Istighfar non,ada apa non? Nyebut nama Allah SWT,non. Istighfar, pelan-pelan non". Kata bi Darna, melihat Melody begitu panik dan wajahnya pucat pias.

Sedangkan Dina, sudah ketakutan sekali dan jantungnya berdegup kencang. "Bi". Lirih Dina, mendekati mereka berdua.

"Katakan non,ada apa?". Tanya bi Darna, pelan-pelan.

"Ha...Ha...Ha...Ha..Bi,bi,di kamarku ada hantunya bi. Hiks...Hiks...seram sekali bi,ada hantunya mirip Dina. Tapi, tapi wajahnya hancur. Seram bi,aku takut sekali". Melody,menangis kesegukan di pelukan bi Darna. Sesekali da menengok ke belakang, takut setan tadi mengikutinya.

"Dina,kamu cek di kamar non Melody. Ayo, cepat!". Perintah bi Darna, kepada keponakannya itu.

Dina, menggeleng pelan dan tangannya di tahan Melody. Meminta agar bi Darna,jangan menyuruh Dina ke sana.

"Aku,aku,aku takut bi". Lirihnya pelan Dina, mengingat kejadian siang tadi.

"Astagfirullah,nduk. Kita minta perlindungan kepada Allah SWT,jangan takut Dina. Ada Allah yang melindungi kita, semakin kita takut. Maka makhluk halus itu, semakin menakuti kita". Bi Darna, langsung memarahi Keponakannya.

"Tidak! Aku tidak mengijinkan Dina,masuk kedalam kamar itu. Aku gak mau bi,dia kenapa-kenapa. Aku gak mau,bi". Kata Melody, mencekram lengan bi Darna.

"Ya sudah, hubungi nak Vino. Suruh dia secepatnya pulang,kalau begitu". Perintah bi Darna, langsung.

"Jangan bi,mas Vino gak bakalan percaya masalah ini. Aku yakin sekali,dia malah marah-marah gak jelas. Tolong, rahasiakan saja bi".Melody, memohon kepadanya.

"Bibi, mendapatkan pesan dari ibumu non. Katakan besok baru ke sini,mobil tiba-tiba mogok katanya. Dari tadi ibumu, menelpon ke nomormu. Tapi, gak kamu jawab-jawab". Ucap bi Darna, membawa Melody duduk di kursi meja makan.

"Makasih,bi. Tadi aku mandi,gak dengar ada panggilan dari ibu". Melody, menyeka air matanya.

"Bibi, akan mencek kamarmu non. Tunggu lah di sini, Dina akan menemani mu". Bi Darna, melepaskan cengkalan tangan Melody.

Akhirnya Melody dan Dina,malah berpelukan dan ketakutan. Mereka berdua calingukan melihat sekeliling,takut ada sesosok menyeramkan di dekat mereka.

"Aku takut non,tadi pagi setannya menyerupai wajah non. Tau-taunya non,malah jalan-jalan pagi sama bi Darna. Aku takut non, bertahun-tahun lamanya di sini. Baru kali ini, ketemu setan beneran". Kata Dina, tangannya gemeteran sudah.

"Hussssttttt... Kita sama Dina,aku baru sekarang melihat wajah setan. Aku kira itu kamu loh,tapi di panggil-panggil gak menyahut. Ee...Malah wajahnya hancur,iiihh...!". Melody, semakin erat berpegangan pada Dina.

"Takut non,takut banget". Lirih pelan Dina, merasakan hawa dingin.

"Bi Darna,balik bi! Bi Darna,bi!". Teriak Melody,tak kunjung bi Darna menyahut panggilannya.

"Aduh...Apa jangan-jangan,bi Darna pingsan yan?". Dina, asal tebak saja. "Bibi! Bibi!Bibi!". Dina, ikut-ikutan memanggil bibinya sama sekali tidak ada sahutan juga.

Prang!

"Aaaaaaaaaaa...." Pekik Melody dan Dina,ketika cangkir jatuh dari meja. Tepat di belakang mereka, berlahan-lahan membalikkan badan dan memejamkan matanya.

"Bi Darna! Tolong kami,bi!". Teriak Melody, sudah panik dan ketakutan.

Wussshhhhh....

"Apa,itu?". Kata Dina, merasakan sesuatu melintas di belakang mereka.

Tiba-tiba saja, sesuatu memegang pundak mereka berdua. Sudah pasti Dina dan Melody, ketakutan dan mengontrol diri masing-masing.

"Aaaaaaaaaaaaaa....!". Teriak mereka bersamaan, pasti sesosok menyeramkan yang memegang pundak mereka.

"Astagfirullah! Ini bibi, ngapain kalian berteriak-teriak!". Bentak bi Darna, menggeleng kepalanya.

"Astagfirullah,bi Darna kenapa harus megang pundak kami? Bisakan ngomong apa kek,menyahut panggil kami". Melody, bernafas lega jadinya. "Ssshhhhttt...Sakit,bi". Melody, merasakan sakit di bagian perutnya.

"Astagfirullah,kenapa non? Mau ngelahirin kah?". Akhirnya bi Darna,juga ikutan panik.

"Aku hubungi pak Vino dulu,bi". Dina,yang ketakutan kemana-mana. Kini berani mengambil ponsel di dalam kamar,dalam sendirian.

"Ayo, kita keluar dari sini non. Siapa tau,ada bantuan dari tetangga". Bi Darna, membantu Melody berjalan.

"Ssshhhhttt... Astagfirullah,sakit bi". Kata Melody,padahal belum saatnya dia melahirkan. Merasakan sesuatu yang keluar dari pangkal pahanya. "Bi,ini apa bi?". Akhirnya Melody, semakin panik saja.

"Astagfirullah,pecah ketuban non. Ayo,kita keluar dari sini. Dina! Dina! Cepetan Din!". Teriak bi Darna,susah payah membantu ibu hamil berjalan.

Allahuakbar, akhirnya aku akan melahirkan. Ya Allah, lindungilah hamba ini dan berikan kekuatan kepada hamba. Melody, merasa lemas tak berdaya.

Beruntung para tetangga sigap menolong Melody, mengantar ke rumah sakit. Dina, melongos masuk kedalam kamar mengambil kebutuhan di rumah sakit yang sudah di sediakan sejak lama.

Dina, beberapa kali menghubungi Vino yang tak kunjung mengangkat panggilannya. Tak lupa juga, menghubungi ibu mertuanya Melody dan ibu kandungnya.

"Aaaarrgghh...Bibi!" Melody, mencekram kuat tangan bi Darna. "Huuuu...Huuu...Huu.." Merasakan tubuhnya di bagian punggung sangat sakit,meringis sambil mencekram apapun di sampingnya.

Bi Darna, merasa kasian kepada Melody karena tidak ada sang suami mendampinginya.

Dina, menggeleng kepala untuk memberitahu tentang Vino. Merasakan kasian sekali kepada Melody,yang meringis kesakitan sepanjang perjalanan.

"Aaaaaarrrgghhh....Ibu!". Teriak Melody, mengadu apa yang di rasakannya. "Bibi! Aaaarrgghh....Huu...Huu...Huu".

"Sabar non, sebentar lagi kita sampai. Sabar yah,non". Bi Darna, mengelus-elus pucuk kepalanya. Merasakan genggaman tangan Melody, begitu kuat di tangannya.

Dina,tak kuasa menahan air matanya dan menangis kesegukan jadinya.

"Ibuuuuuuu....!". Teriak Melody, kecewa mengetahui sang suami tak kunjung mengangkat panggilannya. "Bi,huuu...Huuuu...Huu... Aku harus kuat bi,demi anakku".

Bi Darna,mengangguk pelan dan ikutan menangis juga. Entah, dimanakah keberadaan Vino?.

"Ya Allah,dimana nak Vino?". Gumam bi Darna,kasian melihat Melody kesakitan namun tak ada suami yang mendampinginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!