Hari demi hari berlalu, rumah terasa sepi sekarang. Kedua mertua dan kedua orangtuanya Melody, sudah pulang kerumah masing-masing. Mereka tidak bisa lama-lama tinggal di rumah Vino,karena memiliki kesibukan masing-masing juga.
Selama seminggu ini, Melody tidak merasakan sesuatu yang aneh-aneh. Bahkan tidurnya nyenyak, tidak ada mimpi buruk.
Vino, tersenyum manis melihat sang istri baru selesai mandi. Memperlihatkan paha mulusnya, sungguh menggoda iman sang suami. Apa lagi dirinya, sudah lama tidak dilayani oleh Melody.
Vino,mendekap tubuh istrinya aroma sabun dan sampo menyeruak masuk ke hidung. "Mas,aku masih nifas". Gumamnya pelan, menghentikan gerakan sang suami.
"Sialan,kenapa aku lupa". Vino, menghela nafas panjang karena lupa dengan keadaan sang istrinya.
Melody,menahan tangan suaminya ingin menjauhkan diri. "Aku bantu yah,mas". Tatapan Melody, sangat menggodanya.
Vino, tersenyum sumringah dan menarik lengan sang istri masuk kedalam kamar lagi.
Beruntung sang buah hati,masih terlelap dalam tidurnya.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara lenguhan Vino.
"Terimakasih, sudah membantuku". Vino, membantu membersihkan tubuh istrinya yang di penuhi cairan kepemilikannya.
"Aku,aku,aku tidak berpengalaman tentang itu.Jadi, service ku kurang memuaskan". Melody, tertunduk malu dan berpegangan pada lengan kekar suaminya.
Vino, memutar kran shower dan membiarkan tubuh mereka berdua basah kuyup. "Tidak apa sayang,yang penting ada usahanya. Aku ingin sekali lagi". Bisik lembut Vino,namun dengan cara berbeda.
Melody, pasrah apa yang di lakukan suaminya. Sudah sepantasnya dia, melayani Vino.
Beberapa menit kemudian, Melody sudah berpakaian rapi dan keluar kamar menuju dapur.
Vino,yang cuti satu mingguan full menemani istri dan anaknya.
"Non,ini odot nak Narend. Bibi, letakan di sini yah. Sarapan pagi sudah siap non,kalau ada perlu bantuan panggil saja. Misi dulu,non". Pamit bi Darna, ingin mengerjakan tugas lainnya.
"Iya,bi". Jawab Melody, tersenyum manis. Setelah selesai membuatkan kopi untuk suaminya,dia langsung kembali ke dalam kamar.
"Mas,ini kopi dan kuenya" Melody, meletakkan napan di atas meja. Akan tetapi,dia terkejut melihat sang suami mengambil gunting di laci.
"Mas,buat apa kamu gunting? Mas!". Teriak Melody, ingin mencegah sang suami.
Namun Vino, mengangkat gunting ke udara dan menusuk sang buah hati tengah menangis kencang.
Suara tangisan bayi semakin pecah,namun Vino tidak memperdulikan seakan-akan bukan dirinya.
"Mas! Hentikaaaan...!Mas! Aaaaaaaaa....!". Teriak Melody,dia tidak sempat menyelamatkan sang buah hati tak ada lagi tangisannya.
"Non!". Bi Darna, menepuk pundak Melody.
Deg!
"Ha...Bi,bi Darna". Gumam Melody, kebingungan apa yang terjadi. Calingukan melihat sekeliling, rupanya masih di dapur dan membuatkan kopi untuk suaminya.
"Kenapa non,kaya orang kebingungan? Dari tadi cuman diam,gak menyahut bibi". Kekehnya bi Darna, tersenyum.
Melody, mengusap wajahnya dan duduk di kursi. Kepalanya nyut-nyutan memikirkan kejadian tadi, seakan-akan nyata sekali. Otaknya langsung bleng mendengar ucapan,bi Darna.
"Non, Istighfar!Jangan berpikir aneh-aneh,tenang non". Bi Darna, menyodorkan segelas air putih. Mengelus lembut punggung Melody,masih keheranan tenang kejadian tadi.
Melody, langsung mengambil dan meminumnya. "Aku cuman melamun bi,tapi aneh saja". Kata Melody,menyeka air matanya.
"Jangan melamun non,gak baik tau.Hindari non,takut kesambet makhluk halus". Bi Darna, menasehati Melody.
"Makasih bi,aku ke kamar dulu". Melody, beranjak berdiri dan meninggalkan dapur. Kepalanya masih terasa sakit, mengingat kejadian tadi.
Berlahan-lahan Melody, menuju pintu kamar dan melihat sang suami tengah sibuk dengan laptopnya. Rupanya Dina,tengah menggendong anaknya.
Deg!
Melody, berusaha berpikir jernih apa yang dilihatnya. Karena dia tau, Vino menganggap Dina sebagai adik kandung sendiri.
"Sayang,lama sekali di dapurnya? Aku sibuk sebentar,tadi meminta bantuan sama Dina. Bos mas,mengirim email dan mengerjakan sedikit tugas". Kata Vino, tersenyum manis.
"Iya,mas. Dina,sini biar aku gendong. Aku tau kok, kamu sibukkan. Din,kamu tidak menceritakan apapun kepada mas Vino?". Bisik Melody, langsung di angguki Dina.
"Maaf, lancang masuk kedalam kamar ada pak Vino. Sebenarnya,aku masih takut non". Bisik Dina, mengulum senyumnya.
"Kalian tengah berbisik apa? Kayanya serius banget, Kepo jadinya". Sahut Vino, seketika Melody dan Dina saling bertatapan.
"Kepo,ini masalah wanita mas. Gak ada sangkut pautnya dengan laki-laki, fokus dengan pekerjaan mas saja". Alibi Melody, mengangguk pelan ketika Dina pamit keluar dulu.
Ketika Melody,keluar dari kamar dan melihat Dina calingukan di depan pintu rumah.
"Kamu lagi ngintip apa, Din?"Tanya Melody, mendekatinya sambil menggendong sang buah hati.
"Itu,bi Darna ngomong sama siapa yah? Akhir-akhir ini,bi Darna seringkali keluar non. Pasti pulangnya ada yang di bawanya, kalau gak sabun atau bumbu dapur. Padahal yah, bumbu dapur masih lengkap". Jawab Dina, masih mengintip sang bibi tengah mengobrol di depan pagar.
Kini Melody, ikutan mengintip juga. Benar sekali,bi Darna tengah asyik mengobrol dengan seseorang."Terus,kamu ada nanya bi Darna kemana?".
"Iya, jawabnya dari warung depan non". Jawab Dina, langsung masuk kedalam rumah dan menarik tangannya Melody. "Bi Darna, sudah selesai berbicara dengan orang itu. Jangan gelagat aneh,nanti curiga kita ngintip". Bisik Dina,kepada Melody yang mengangguk pelan.
Benar sekali,bi Darna masuk kedalam dengan pintu belakang rumah. Membuat Melody, mencurigai beliau saja.
Deru mesin mobil, berhenti di depan rumahnya. Keluarlah Raya, mengibas-ngibas rambutnya dan berpenampilan menarik.
Kedatangan Raya, membuat Melody merasa risih. Akan tetapi, berusaha santai dan bersikap biasa saja.
"Ya ampun, anakmu ganteng banget Mel. Persis sama ayahnya,yang ganteng banget". Kekehnya Raya, memuji suami temannya itu.
"Iya, pasti produknya gak bakalan gagal. Toh,dady nya ganteng, mommy cantik dan gak di ragukan lagi" sambung Melody, biarkanlah sahabatnya merasa tidak nyaman mendengarnya.
"Hehehehe...Benar sekali, Mel. Aku iri sama kamu,sini aku gendong anakmu". Pinta Raya, tersenyum sumringah dan Melody menyerahkan anaknya ke dalam gendongan sahabatnya itu.
"Kamu cocok loh,kalau punya anak. Jangan lama-lama lagi, cepat nikah deh. Jangan terlalu pilih-pilih lah, kamu suka sekali gonta-ganti pasangan". Kata Melody, tersenyum kecil.
"Nantilah,aku sudah ada target". Jawab Raya, tersenyum manis ke arah buah hati Melody.
Raya, menyerahkan bayi dalam gendongannya kepada Melody. Mengambil secangkir jus jeruk,yang di buat oleh Dina.
"Ray,tapi target mu bukan suami orang kan?". Tanya Melody, memancing reaksi sahabat itu.
"Uhukkk.... Kamu ngomong apa sih, Mel? Gak masalah kan aku bersama suami orang, asalkan aku paling di sayangi dan di nomor satukan. Toh,semua pria sama saja". Jawab Raya, dengan entengnya.
"Astagfirullah,jangan berpikiran jadi pelakor Ray. Zaman sekarang yah,kamu bisa di laporkan oleh istri pertama loh. Hati-hati Ray, biasanya pria doyan seperti itu banyak harta milik istri. Aku gak setuju loh,kamu jadi merebut suami orang. Ingat Ray,harga dirimu mahal". Nasehat Melody,namun Raya nampak acuh saja.
Deg!
Melody, semakin memanas melihat sikap Raya yang tak senonoh. Ingin sekali dia, mengusir sahabatnya sekarang juga. Akan tetapi,dia harus sabar dan mengikuti permainannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
❤️Nurjehan❤️
jadi curiga sama bi darna🤔🤔🤔🤔
2023-08-19
0