Bayangan

 "Pak Hermon,tolong periksa semua sudut di rumah ini. Tadi melihat beberapa bayangan seseorang,ketika aku susul bayangan seseorang itu. Nyatanya hilang tanpa jejak,hebat sekali dia bersembunyi". Kata Vino, wajahnya sudah berkeringat. "Tolong, periksa semua sudut rumah dan kunci semua pintu dan jendela. Aku mau mandi dulu, bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit". Lanjut Vino, matanya melirik ke dalam rumah.

"Baik,akan aku periksa semua sudut rumah". Jawab pak Hermon, mengikuti Vino masuk kedalam rumah.

Vino, bergegas menuju kamar dan membersihkan diri. Sedangkan pak Hermon, mengendap-endap menelusuri rumah majikannya.

"Aneh,semua pintu rumah dan jendela terkunci rapat. Tidak ada jejak seseorang pun, mungkin pak Vino salah liat kali". Gumam pak Hermon, merasakan bulu kuduk berdiri. "Kenapa hawanya jadi dingin,kok seram yah. Berrr....Kabur ah".

Pak Hermon, kembali ke pos di depan lagi.

Vino, merasakan tubuhnya sudah segar dan berpakaian rapi. Lagi-lagi Vino, melihat seseorang lewat di pintu kamarnya.

"Ahh.. Palingan pak Hermon,yang lewat". Gumamnya pelan, menyiapkan apa yang di bawanya ke rumah sakit.

Prang!

Vino, melonjak terkejut mendengar sesuatu yang jatuh.

Deg!

"Pak Hermon, hati-hati!". Teriak Vino, sambil mengenakan pakaiannya.

Krek..Krek...Krek...

Vino, mendengar suara aneh di sudut ruangan sebuah kardus. "Palingan kucing liar di dalam sana,huss...Husss..".

Vino,membawa beberapa pakaian dan memasukkan ke dalam tas sudah berisi pakaian istrinya. Semuanya sudah beres tidak ada tertinggal apapun,dia keluar dari kamar dan mendengar suara aneh lagi.

Krek.... Krek...Krek..

Vino, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sudut ruangan tersebut. Ketika berjalan mendekati, tiba-tiba ponselnya berdering tertera nama ayahnya.

"Iya, ini masih berangkat ke sana". Jawab Vino, membalikkan badan dan menutup pintu kamarnya.

Terlihat jelas rambut panjang menjuntai ke luar dari kardus, tangannya mulai terlihat.

Rrrrggghhhhhh....

 ****************

Tiba sampai di ruangan, Vino melihat sang istri sudah bisa berbicara dengan keluarga.

"Maafkan aku sayang, terlambat datang. Tadi,ada seseorang memasuki rumah kita dan meminta pak Hermon memeriksanya". Kata Vino, sontak membuat Melody dan Dina bergidik ngeri mendengarnya.

"Bukan seseorang mas,tapi hantu". Kata Melody, dengan nada pelan.

"Benar sekali!". Sahut Dina, lumayan keras. Bi Darna, langsung memukul pelan di lengan Dina.

"Hantu". Ucap mereka bersamaan, keheranan mendengar ucapan Melody.

"Seriusan mas, Dina pernah liat setannya menyerupai aku. Satu lagi,aku pernah melihat setannya menyerupai Dina. Kami sangat ketakutan mas,kamu mana pernah percaya dengan ucapan ku". Kata Melody, matanya sudah berkaca-kaca.

"Istighfar nak, mungkin kamu salah liat. Bi Darna, bilang tidak melihat apapun. Kamu tengah hamil besar kemarin, pasti melihat yang aneh-aneh menang wajar sayang". Kata bu Mega, mengelus lembut tangan menantunya.

"Jangan membicarakan tentang hal itu,gimana nanti mamah mendengarnya. Kamu gak mau kan,aku di salahkan lagi?". Vino, memohon kepada istrinya agar tidak membicarakan tentang apa yang di lihatnya.

Melody,nampak kecewa dengan sikap sang suami. Dia lebih mementingkan dirinya,takut di salahkan ibu kandungnya.

"Benar nak,kamu berusahalah membujuk mamah mu. Kasian bunda, melihat Vino di salahkan terus-terusan". Kata bu Mega, mengelus lembut pucuk kepala menantunya.

Vino, menjauhkan diri mendekati ayahnya dan ayah mertua.

Barulah ibu kandungnya Melody, mendekatinya di tepi ranjang pasien. "Yang sabar nak,kamu jangan berpikir aneh-aneh yah. Fokus dengan kesembuhan ini,jangan memikirkan anakmu. Ada mamah dan bundamu,yang menemani mu".

"Jeng, lebih baik kalian pulang kerumahnya Vino dan Melody. Bukankah perjalanan kalian lumayan jauh, pasti capek banget kan. Aku dan lainnya,bisa menjaga Melody". Kata bu Mega, tersenyum ke arah besannya.

"Besan,aku bisa beristirahat di sini. Kalau tidak Jeng dan suami saja pulang,gak masalah kami menjaga Melody. Ajaklah Vino,pulang dan beristirahat. Lihatlah, wajahnya kusut sekali jangan sampai di kelelahan. Takutnya dia malah sakit loh,gak kamu kenapa-kenapa sama dia". Bu Sonya, membujuk besannya agar pulang dan membawa Vino.

"Baiklah,akan aku bicarakan kepadanya". Akhirnya bu Mega,tak lagi mengelak perkataan besannya itu.

Vino, beberapa kali menolak ajakan sang bunda untuk pulang dan beristirahat. Sudah pasti mereka akan bergantian menjaga Melody dan anaknya nanti.

Melihat tatapan tajam dari ibu mertuanya, akhirnya Vino mengangguk pasrah.

Akhirnya bu Sonya,merasa lega atas kepulangan mereka. Cuman ada sang suami dan anaknya,masih berbaring lemah di ranjang pasien.

"Pah,haus". Lirih pelan Melody, meminta bantuan kepada ayahnya.

"Sebentar yah,nak". Pak Sanjaya, langsung menuangkan air ke dalam gelas.

"Pakai sedotan saja pak,kasian Melody kesusahan". Kata bu Sonya, langsung mengambil sedotan di meja.

"Mas mau keluar dulu,cari makan. Jangan kemana-mana yah, tungguin Melody. Mau minta belikan apa mah?". Tanya sang suami,kepada bu Sonya.

Tibalah mereka cuman berduaan saja,bu Sonya mengelus lembut rambut anaknya."Katakan nak,beban apa yang kamu pikirkan? Ceritakan semuanya kepada mamah,janji ini adalah rahasia kita".

"Mah,bibi Fatma gak di ajak? Aku kangen sama bi Fatma". Melody, membiarkan air matanya luruh. Bi Fatma, pasti bisa melihat makhluk halus di dalam kamar ku.

"Sebenarnya mamah,mau ajak beliau nak. Kamu tau sendirilah, suamimu tak menyukai bibimu katanya aneh. Lalu,bibi merasa tersinggung dengan perkataan nak Vino. Kata bi Fatma, bakalan ke sini tapi nanti".

"Mah, sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal setiap hari-hari ku. Namun, untuk saat ini aku tidak bisa menceritakannya mah. Maaf,aku tidak siap menceritakan sekarang". Melody,mengulum senyumnya dan di angguki sang ibu.

"Istirahat dulu,mamah mau ke kamar mandi. Kebelet kayanya nih,gak papa kan di tinggal sebentar?". Tanya sang ibu, langsung di angguki Melody.

Melody,menghela nafas panjang dan menatap langit-langit ruangan tersebut. Matanya mulai terpejam, merasakan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.

Deg!

Melody, membuka matanya perlahan dan menatap ke arah jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Mah! Mamah! Mah,mamah!". Melody, memanggil sang ibu tak kunjung keluar dari kamar mandi. Dia merasakan bulu kuduk seketika berdiri, lampu hidup-mati-hidup-mati.

Dia merasakan ketakutan jadinya, di tambah lagi sang ibu tak keluar juga. "Mah!Mamah! Papah! Mamah,pah!". Teriak Melody, sekencang-kencangnya.

"Aaaaaaaaaaaa....!".

Bruukkkkk...

Deg

"Ya Allah,Mamah!Mamah!". Melody, berusaha turun dari ranjang pasien untuk menghampiri sang ibu di dalam kamar mandi. Dia sudah panik mendengar teriakkan sang mamahnya, pasti terjadi sesuatu.

Bruuukk..

Melody, terjatuh di lantai karena kakinya masih lemas tak berdaya. Air matanya mengalir deras, terus-terusan memanggil ibunya.

"Aaaaaaaaaaaaaa....!". Lagi-lagi bu Sonya, berteriak keras.

Sreeettttt.....

"Mamaaaah...!". Teriak Melody, melihat pintu kamar mandi terbuat dari kaca. Terlihat jelas darah segar, muncrat mengenai pintu kaca tersebut.

"Mamaaaah...!".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!