Dada Melody, naik turun mengontrol dirinya. Betapa terkejutnya melihat kepala sang suami, berputar ke belakang. Yang lebih mengejutkan lagi adalah badannya masih di posisi yang sama,sontak membuat dirinya berteriak histeris.
"Aaaaaaaaaaaaaa.....!" Melody, langsung berlari sekencang mungkin. Dia bersembunyi di balik tembok, ngos-ngosan mengatur nafasnya. "Ha...Ha...Ha...Ha...Bukan mas Vino,bukan". Gumamnya pelan, sambil menggelengkan kepalanya.
"Aaaaaaaaaaaa.... Tidaaaakkkk...!". Teriak Melody, ketika suaminya melayangkan pisau tajam ke arahnya.
"Aaaaaaaaaaa....Mas Vino!". Teriak Melody, rupanya dia tengah bermimpi lagi. Wajahnya penuh dengan keringat, tubuhnya gemeteran ketika mengingat mimpi tadi.
"Hiks... Hiks...Hiks.. Melody, menangis kesegukan meratapi nasibnya sendiri. Selalu bermimpi menyeramkan, menjadi beban pikirannya saja.
"Tidak! Aku tidak boleh seperti ini,kasian anakku". Kata Melody, menghapus air matanya. "Maafkan mamah,nak. Maaf, sudah mengguncang mu di dalam sana". Lirihnya pelan, sambil mengelus perutnya yang besar.
"Pasti mimpiku ini, sesuatu tanda buruk yang menimpa kami. Tapi apa, haruskah aku mencari tahunya? Tapi,sama siapa aku mengadu dan mempercayai ucapan ceritaku?". Melody, menghembuskan nafas beratnya. Tidak ada satupun yang bisa mempercayai mimpinya,di sisi lain Melody yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Dia beranjak pergi keluar dari kamar, berjalan menuju teras rumah. Matanya tertuju kepada Dina,tengah asyik menyiram bermacam tanaman di halaman.
Melody,duduk di kursi tengah memikirkan dengan siapa dia bercerita tentang mimpinya itu.
Dina, menoleh ke belakang dan melihat istri majikannya tengah melamun. Teringat dengan ucapan bi Darna,ibu hamil jangan sampai melamun karena bahaya.
"Non...Non Melody,non!". Dina, menggoyangkan lengan Melody untuk membuyarkan lamunannya.
"Eee...Ada apa, Dina?". Tanya Melody, memijit pelipisnya.
"Non,jangan melamun sendiri. Nanti bahaya loh, takutnya kesambet makhluk halus". Bisik Dina, bulu kuduk seketika berdiri mendengar bisikannya.
Plak!
Melody,refleks memukul halus lengan Dina. "Kamu ini,bikin aku merinding mendengar bisikan kamu. Seram tau, bagaimana coba? Makhluk halusnya berada di samping mu, rasakan kamu". Kekehnya Melody, tersenyum kecil.
"Iiihhh...Non Melody, ada-ada saja. Bikin takut tau,mana malam Jum'at lagi. Pak Vino,gak lembur lagi kan? Pasti bi Darna, meminta ku menunggu kepulangan beliau datang". Dina, mengelus kedua lengannya. Tiba-tiba saja,hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Makanya jangan ngomong aneh-aneh dong,tapi aneh yah. Suasana kamarku tiba-tiba berubah, Din. Kamu merasakan sesuatu yang aneh gak?". Tanya Melody, sepertinya dia memancing reaksi Dina.
"Sesuatu yang aneh,non? Kayanya gak ada deh,biasa aja tuh". Jawab Dina, tersenyum kecil.
"Ya sudahlah,kamu sudah sarapan pagi? Kalau belum,kita sarapan sama-sama yuk". Ajak Melody, langsung di angguki Dina.
Inilah membuat Dina,betah berlama-lama bekerja di rumah ini. Melody dan suaminya sangat baik dengannya. Bahkan tidak pelit sama sekali, apapun yang di makan majikannya tidak marah.
Ting...
Sebuah pesan masuk, rupanya Melody akan kedatangan temannya.
Dia tersenyum membaca pesan tersebut, mungkin bisa menceritakan tentang mimpinya yang aneh.
**************
Sekitar jam 2 siang, sahabat Melody datang juga. Dia di sambut hangat oleh Melody,saling berpelukan dengan mesra.
"Kapan nih, kira-kira melahirkan?". Tanya seorang wanita,di samping Melody.
"Perkiraan 1 mingguan lagi,akan aku kabari nanti. Kapan kamu pulang dari luar kota, semuanya lancar Ray?". Tanya Melody, tersenyum ke arah sahabatnya Raya.
Raya, seumuran dengan Melody. Mereka berteman semenjak di bangku SMA sampai lulus kuliah.
Raya,menghela nafas beratnya dan bersandar pada sofa."Aku sudah tidak bekerja lagi,capek banget tau. Kasian ibuku,di tinggal terus ke luar kota. Semoga saja,aku mendapatkan pekerjaan di kota ini. Jadi gak bolak-balik ke luar kota,bisa jaga ibu ku".
"Oh,aku tanyakan mas Vino nanti. Siapa tau,ada lowongan pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja". Kata Melody, menyentuh punggung tangan Raya.
Raya, mendengar ucapan sahabatnya langsung berbinar seketika. "Kamu serius, Mel?". Tanyanya, langsung di angguki Melody."Makasih banyak, Mel. Semoga saja, dapat lowongan pekerjaan di sana. Kalau memang rezeki,gak bakalan kemana deh".
"Tapi,aku gak janji loh. Nanti aku tanyakan ke Hira. Siapa tau, perusahaan kecantikan tempat bekerja ku ada lowongan. Masih ada 3 bulan,masa cuti melahirkan ku. Jadi,kita bisa sama-sama bekerja di sana". Melody, tersenyum manis. Melihat raut wajah sahabatnya, terlihat senang.
"Sumpah deh,aku bahagia banget tau. Memiliki sahabat seperti mu, apa-apa pasti kamu bantu". Raya, memeluk erat tubuh Melody.
"Raya,aku mau cerita nih". Kata Melody, berharap sahabatnya memberikan solusi nanti.
"Cerita saja,aku pasti mendengarnya". Jawab Raya, mengambil jus jeruk dan meminumnya."Jus jeruk nya enak". Kekehnya.
"Begini, beberapa hari ini aku mengalami mimpi menyeramkan. Apakah bertanda buruk,Ray?". Tanya Melody, bulu halus seketika meremang berdiri.
Deggg..
"Alahhhh... Cuman mimpi doang,biasa bunga tidur. Kamu tidak perlu memikirkan hal-hal itu,gak ada faedahnya". Ucap Raya, mengibas-ngibas tangannya.
"Raya,kamu percaya gak kalau ada makhluk halus?". Tanya Melody, sebenarnya sedikit kecewa dengan jawaban Raya.
"Hahahahha...zaman sekarang, percaya hal begituan. Sekarang zaman modern,mana mungkin ada makhluk halus. Yang ada makhluk halus, pada kabur Mel. Sudahlah jangan membahas yang tak masuk akal, sekarang kamu fokus dengan kehamilan mu yang mau melahirkan. Semoga kamu dan bayinya,sehat dan tidak kekurangan apapun". Raya, menggenggam jemari tangan Melody.
ponselnya Raya, berdering ada seseorang yang menelponnya. ketika Melody, ingin mengintip siapa menelponnya. Namun, Raya langsung beranjak pergi seakan-akan menghindari.
Kenapa Raya, tidak mau memperlihatkan siapa menelponnya? Padahal dia tidak seperti ini, tapi siapa yang menelponnya. Kenapa juga yah, aku kepoan seperti ini?Batin Melody, tersenyum sumringah ke arah Raya sudah selesai menelepon.
"Mel,aku pamit dulu. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan ku,biasa teman lama. kalau ada lowongan kerja di perusahaan suamimu, hubungi aku yah". Pinta Raya, langsung di angguki Melody.Terlihat buru-buru mengambil tas dan pergi meninggalkan, Melody setelah dia pamit.
Melody, tersenyum kecut melihat kepergian sahabatnya itu. Ada sesuatu yang di sembunyikan,tapi dia berpikir positif lagi. Kemungkinan Raya, tidak mau dirinya ikut campur dalam urusan pribadinya.
Matanya tertuju sebuah kado dari,Raya. Melody, langsung mengambil dan membukanya berlahan. Betapa terkejutnya apa isi, sebuah kain kafan berlumur darah. "Aaaaaaa.....!". Pekik Melody, melempar kado tersebut ke arah lain. Dia terlihat ketakutan, dadanya naik turun mengontrol dirinya.
"Non,kenapa? Non?". Tanya bi Darna dan Dina, panik mendengar teriakkan istri majikannya.
"Itu,bi". Melody, menunjukkan kado pemberian sahabatnya. "Kado isinya kain kafan bi,ada darah juga". Terlihat jelas dari raut wajah Melody, begitu ketakutan.
"Masa sih, biar aku cek bi". Kata Dina, langsung mengambil kado tersebut.
"Tenangkan dirimu,non. Ingat kehamilan non,yah". Pinta bi Darna, mengelus lembut punggung Melody.
Dina, berlahan-lahan mendekati kado tersebut dan mengintip secara sedikit demi sedikit. Sebenarnya,dia juga takut mengambilnya.
Degggg..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments