Vino,keluar dari kamar berniat menemui istri dan anaknya. Lagi-lagi terkejut melihat sesosok Raya,yang senyum-senyum tak jelas.
Bagaimana tak terpesona, dengan ketampanan Vino? Dia mengenakan baju kaos biasa berwarna hitam dan celana pendek. Aura ketampanannya keluar, mampu menghipnotis para kaum wanita.
"Sayang,sini aku gendong bayinya. Kamu ngobrol aja sama temanmu, takutnya ganggu". Vino, langsung mengambil alih anaknya.
"Ee... Gak ganggu kok, iyakan Mel. Malah bagus lagi, kalau ikutan gabung". Sahut Raya, langsung.
"Bawa aja mas,mau tidur dedeknya". Kata Melody,melirik sekilas ke arah Raya yang tak suka dengan perkataannya.
"Baiklah,biar mas minta bi Darna bikinkan susunya". Vino,membawa sang buah hati ke dalam. Dia enggan lama-lama melihat wajah Raya,di sudut hatinya masih marah kepada Melody.
"Mel, gimana ada gak pekerjaan buat aku". Rengeknya Raya, mendekati Melody.
"Gak ada,Ray. Aku rekomendasi di tempat kerjaku dulu,kamu gak mau. Di tempat kerja suamiku,lagi gak ada lowongan loh". Jawab Melody,terkesan tak suka dengan sikap sahabat satunya ini.
"Gak mau ah,malu sama teman-teman ku. Kamu tau sendiri lah, dulu aku kerja di perusahaan besar dan resign. Masa ganti kerja gak kantoran, sama aja merendahkan harga diri ku". Raya,mencebik bibirnya.
"Ya sudah,kamu bisa cari kerja di perusahaan lain kan? Bukannya kamu banyak teman,yang kerja kantoran. Pasti mereka pada bantu kamu,kan teman mu baik". Sindir Melody, tentu menyinggung perasaan Raya.
"Iiiss... Menyebalkan sekali, kapan aku bisa kerja di perusahaan tempat suamimu kerja? Aku butuh kepastian Mel,gak sanggup terus-terusan menunggu". Kata Raya,mulai kesal dengan Melody.
"Loh,aku gak pernah memberikanmu kepastian Ray. Aku sudah bilang ke kamu,gak ada lowongan pekerjaan di sana". Melody, memijit pelipisnya.
"Nyesal aku ke sini, rupanya gak dapat kerjaan yang aku mau" Gerutu Raya, langsung bangkit dari duduk dan meninggalkan Melody.
Namun, Melody membiarkan Raya pergi begitu saja. "Ada-ada saja, tingkah laku mu". Menggeleng pelan.
"Ck, sudah pulang juga temanmu itu". Ucap Vino,di belakang Melody. Sudah tau, apa niat kedatangan teman istrinya itu.
"Iya,mas. Anak kita mana, sudah tidur?". Tanya Melody, tersenyum melihat sang suami duduk di sampingnya.
Vino, mengangguk pelan. "Aku sudah bilang sama kamu dulu,jangan libatkan aku sama teman-teman mu. Apa lagi tentang pekerjaan, lama-lama temanmu ngelunjak bikin malu".
Mendengar ucapan sang suami, Melody nampak kebingungan jadinya. "Bikin malu,gimana maksudnya mas?".
"Ada, waktu itu aku gak mau bahas ini. Apa lagi kamu tengah hamil besar,gak mau jadi beban pikiran. Waktu itu,aku selesai meeting sama klien di sebuah restoran. Nah, waktu aku keluar dari restoran mau balik ke kantor. Temanmu tadi, mencegah kepergian di parkiran mobil. Mana ada rekan bisnis lagi, belum pergi dan pastinya mereka berpikir aneh-aneh.Yang lebih tak masuk akal lagi,dia langsung ngomong kapan mulai bekerja? Aku tau Mel, kalau dia berbohong kepada ku dan menjebak mu. Ketika pulang kerja nanti,aku bakalan marah-marah sama kamu. Kamu bilang sama dia,ada lowongan pekerjaan dan jadi sekertaris ku. Itu,yang di katakannya". Ucap Vino, panjang lebar.
Melody,menutup mulutnya karena syok. Begitu jahatnya kah, Raya mampu membuat skenario tak masuk akal. "Mas,aku tidak pernah ngomong sama dia soal ada lowongan pekerjaan di tempat mu apa lagi jadi sekertaris. Aku sudah beberapa kali bilang,gak ada lowongan cuman itu saja. Aku tau,dia marah sama aku dan mengada-ada segala di depanmu".
"Makanya lain kali,jangan melibatkan aku kepada temanmu. Takutnya seperti dia,gak punya sopan santun". Vino, terlihat marah kepada istrinya. "Malam ini, teman-temanku datang. Aku sudah memesan menu makanan,kasian bi Darna menyiapkan makanan untuk mereka. Jaga sikapmu nanti,ada Mona juga".
Deg!
Melody,tau siapa Mona yang di ucapkan oleh suaminya. "Kenapa dia datang mas?".
"Dia rekan kerjaku dan satu kantoran. Lagipula cuman masa lalu,di bangku sekolah Mel. Simpan rasa cemburu mu itu, bagus kan aku ngomong sejujurnya. Gak kaya kamu,acara aqiqah an anak kita tapi ustadz Agam. Entah kenapa, mamah mup kapan menerima ku sebagai menantu seutuhnya?". Vino, berlalu pergi meninggalkan istrinya.
Melody,menghela nafas panjang dan menatap kepergian sang suami. "Darimana mas Vino,tau? Apa jangan-jangan, mendengar percakapan sama mamah dari telepon".
*****************
Sekitar jam 8 malam, teman-teman Vino sudah berdatangan. Melody, membantu bi Darna dan Dina di dapur. Dia menyerahkan sang buah hati,kepada sang suami.
"Aku gak nyangka bi, temannya mas Vino banyak. kira tadi cuman sedikit doang, tau-taunya lebih dari 20 orang". Kata Melody, sebenarnya tak enak hati meninggalkan suaminya. Apa lagi ada mantan kekasihnya itu, sungguh cemburu menggebu di benaknya.
"Sudah non, biar kami mengerjakan semuanya. Cukup lama non, membantu kami". Kata Dina, mengantar beberapa minuman ke depan. "Non, lebih baik ke depan sana. Ada wanita temannya pak Vino, membongkar kardus yang berisi ayunan bayi".
"Astagfirullah, cegah sekarang non. Belum genap 40 hari,jangan biarkan anak non di ayunan takutnya sawan". Kata bi Darna, bergegas Melody ke depan dan hatinya memanas sudah.
Deg!
Melody, langsung melewati beberapa teman suaminya itu. "Astagfirullah,mas. Kenapa kamu biarkan anak kita,di rebahkan di ayunan ini?". Melody, langsung mengangkat buah hati nya itu.
"Gak papa Mel,malah bagus loh. Tadi anteng kok,anak kalian. Iyakan, Vino". Kata Mona, berparas cantik itu memandang suaminya.
"Iya,kamu jangan buat keributan sekarang. Gak enak sayang,di liat orang lain". Vino, mendekati suaminya dan mengelus pipi istrinya.
"Mas,apa kamu lupa apa perkataan bunda dan mamah. Jangan gunakan ayunan dulu, sebelum genap 40 hari. Kamu ini,lupa dengan nasehat orang tua". Melody, langsung melongos membawa sang buah hatinya. Dia benar-benar kecewa dengan sang suami, menuruti perkataan sang mantan.
Mona, tersenyum sumringah sambil melirik ayunan bayi di hadapannya. "Vino,aku nyusul istrimu yah. Aku akan minta maaf, sudah lancang sekali".
Vino,hanya mengangguk pasrah dan menurut saja. Mana mungkin mencegah Mona,karena tak enak dipandang teman-temannya.
Mona, menyusul Melody ke arah dapur membawa anaknya. Di tersenyum manis, ketika Melody memandang wajahnya.
"Maaf,aku sudah lancang tadi". Mona, mengulum senyumnya dan melihat sekeliling ruangan."Vino, tidak salah apapun soal tadi. Jangan libatkan Vino,kasian dia sudah banyak pikiran tentang pekerjaan".
Melody, meletakkan sang buah hati di stroller bayi. "Gak perlu kamu meminta maaf,karena ini tujuan mu kan. Melihat aku dan mas Vino bertengkar. Apa jangan-jangan ayunan bayi itu,hadiah dari kamu?".
Mona, nampak panik mendengar ucapan Melody. "Tidak! Aku cuman memberikan hadiah baju, keenakan sekali di berikan hadiah mahal".
Namun Melody, sudah menaruh rasa curiga kepada mantan suaminya itu. Akhir-akhir ini,dia malah curiga dengan ayunan itu. Masih misterius siapa yang memberikan kepadanya,ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
❤️Nurjehan❤️
ayunan bayi bersama penunggu nya..euuwwe..ngeri sekali 😓😓😓
2023-08-20
1