Bertengkar

Pukul dua dini hari, barulah ketiga orang itu pulang ke rumah setelah segala pengurusan tentang kejadian di swalayan tadi terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan.

Di bantu oleh Komandan Arya, semua masalah malam itu cepat diselesaikan. Beberapa anggota polisi yang menolak menerima video bukti dari Papi Ali, kini sudah di hukum dan akan skors sementara karena sudah melalaikan tugas yang seharusnya, mereka pikul.

Komandan Arya meminta maaf akan hal itu. Papi Ali memakluminya. Toh, kedua tersangka itu sudah tertangkap, bukan?

Damian dan Mila/Fitria, kini sudah dalam penanganan hukum. Secepatnya, keduanya akan di proses setelah semua bukti dan saksi siap dihadirkan saat persidangan nanti. Terutama ketiga pelaku pelecehan Al.

Ketiganya juga akan kembali di sidang setelah tersangka utama ditemukan. Kemungkinan, mereka akan mendapatkan remisi hukuman. Hukuman mereka akan di persingkat mengingat semua bukti kini tertuju pada otak atau pelaku utama dari kejadian nahas itu.

Ketiganya tetap akan di hukum. Namun, itu terjadi setelah putusan hakim tentang kedua pelaku utama dan juga saksi yang akan mengungkapkan segalanya di sana.

Gading menghela napasnya saat mereka masuk ke dalam rumah yang di sambut dengan wajah cemas sang mami. Wanita cantik berusia matang itu langsung duduk disamping putra sulungnya itu untuk bertanya padanya akan kejadian tadi.

Apa yang bisa Gading katakan kalau semua itu karena ketidak pekaannya pada seorang gadis kecil yang dulu ia abaikan saat Al masuk rumah sakit karena terbakar.

Penolong Al dan Gading itu ternyata terbakar hingga menaruh dendam padanya. Sehingga terjadilah kejadian nahas yang tidak mereka inginkan saat ini.

Tertegun dan tercenung mami Kinara mendengar ucapan Gading baru saja.

"Kok, bisa, ya? Ada manusia yang seperti itu? Kenapa harus memilih jalan itu jika masih memiliki jalan lain? Misalnya, jujur, gitu?" ucap mami Kinara setelah beberapa saat lama ketiganya terdiam dengan pikiran melalang buana entah kemana.

Gading menghela napas lagi. "Namanya juga manusia yang sudah dikuasai oleh dendam di hatinya? Jika ia tidak dendam, mana mungkin semua ini terjadi?" Balas Gading yang diangguki oleh Papi Ali.

"Benar, semua itu sudah terjadi. Tak ada gunanya di ingat lagi. Semuanya sudah pada tempatnya. Jika sekiranya kita tahu akan kejadian ini, pastilah kita sudah menyiapkan diri, bukan?" Keduanya mengangguk membenarkan. "Sudah, semua itu sudah menjadi takdir. Segala sesuatu yang terjadi itu memiliki maksud dan tujuan. Istirahatlah, besok Abang tidak usah ke swalayan dulu. Biarkan orang kita yang melakukannya." Timpal Papi Ali yang diangguki patuh oleh Gading.

Ketiganya pun berpisah di undakan tangga menuju ke lantai dua. Mami Kinara dan Papi Ali tetap di lantai bawah. Di kamar mereka dulunya saat pertama kali pindah ke rumah itu.

Gading menghela napas panjang saat ia masuk ke dalam kamar Al. Ia terkejut melihat Al yang kini sedang melamun melihat ke depan pintu di mana dirinya berada saat ini.

Gading perlahan mendekati Al yang menatapnya dengan dingin. Terlihat jelas buliran bening itu mengalir di pipinya yang membuat Gading khawatir akan keadaan istrinya itu.

Gading semakin cepat melangkahkan kakinya menuju Al yang kini menyadari kedatangannya.

"Berhenti di sana, Abang!"

Deg!

Deg!

Kedua tungkai jenjang itu terpaku di tempatnya saat mendengar suara Al dan juga satu jari menunjuk dirinya. Gading menatap terkejut pada istrinya itu.

"Dek.. Kenapa-,"

"Jadi... Semua masalah yang terjadi itu akibat ulahmu, Bang Gading?"

Deg!

Deg!

Gading terkejut mendengarnya. "Ma-maksudnya?" balasnya tergagap.

Gading semakin khawatir kala melihat tawa hambar dengan air mata berderai di pipi adik kesayangan serta istrinya itu.

"Kamu!" tunjuk Al padanya yang membuat Gading terkesiap kala melihat sesuatu di tangan Al kini mengacung dihadapannya.

"I-itu.. Bu-bukan seperti yang ka-kamu pikirkan Dek! Bu-bukan Abang-,"

"Kalau bukan kamu, lantas siapa pemuda ini? Kenapa kamu begitu tega Bang Gading? Pantas saja aku dinodai oleh mereka! Ternyata.. Semua ini berasal darimu!"

Deg!

"Kamu penyebab diriku hancur!"

Deg!

"Kamu penyebab diriku terluka!"

Deg!

"Kamu penyebab semua ini terjadi! Tega kamu, Bang! Jahat! Gara-gara kamu, aku yang menanggung akibatnya! Apa salahku padamu, Bang Gading?! Adakah aku memintamu untuk lebih memprioritaskan diriku dibandingkan kehidupan pribadimu?! Huh?!"

Deg, deg, deg..

Jantung Gading berdegub bertalu-talu saat ucapan Al padanya. Tatapan mata Gading buram seketika. Pertanda, rinai indah dari pelupuk matanya akan segera meluncur. Gading menggelengkan kepalanya dengan bibir bergetar.

"Nggak.. Bukan abang, Sayang. Abang bersumpah atas nama Allah! Abang tidak tahu dengan gadis itu! Abang tidak terlalu mengenalnya! Dia hanya adik kelasku dulu yang sering mengejarku. Sedang diriku, tidak pernah sekali pun menerima semua ucapannya itu. Bagiku, hanya kamu! Kamu satu-satunya gadis di dalam hidupku setelah mami kita! Baru ketiga adikku yang lainnya! Demi Allah! Abang tidak berbohong!" ucap Gading jujur pada Al yang kini terkekeh samar dan sumbang.

Pengakuan Gading baru saja membuka mata dan hatinya. Dan ia meyakini, jika memang benar Gadinglah penyebab yang terjadi pada dirinya saat ini. Al kecewa, benar-benar kecewa pada abang angkat sekaligus suaminya itu.

"Sayang," cicit Gading mencoba mendekati Al yang bergeming melihat kedatangannya.

Al mendongak melihatnya dengan pancaran mata terluka dan sangat kecewa. Hati Gading tercubit melihat tatapan mata itu.

"Nggak! Menjauh dariku! Kamu hanya menjadi petaka di hidupku! Pergi! Pergi kamu! Karena kamu! Aku sampai dinodai oleh mereka! Semua ini karena kamu! Pergi kamu, Gading! Aku tidak ingin melihatmu! Aku akan meminta papi untuk menceraikan kita berdua! Aku benci kamu, Bang Gading!! Pergi!! Pergi kataku!! Aku tidak ingin menjadi istrimu!!!" pekik Al begitu menggelegar di dalam kamarnya yang membuat tubuh Gading terjingkat kaget dengan jantung mencelos mendengar ucapan istrinya.

Buliran bening itu sudah tumpah membasahi pipinya. Gading tergugu di tempatnya berdiri. Ia ingin mendekati Al untuk memeluknya. Akan tetapi, ucapan Al baru saja menyadarkan dirinya. Jika benar, penyebab Al ternoda semua itu karenanya yang tidak peka pada perasaan gadis itu.

Lantas, apakah salah jika Gading tidak menanggapinya? Gading hanya mencoba memprioritaskan istrinya daripada gadis yang tidak ia kenal itu. Kenal, sih. Tapi, hanya sebatas teman satu sekolah saja. Tidak lebih.

Gading menggeleng lagi masih dengan tersedu dan tergugu melihat Al yang terpuruk karena ulahnya.

"Hiks.. Nggak gitu, Sayang! Abang akui, abang salah karena tidak peka. Tapi, abang tidak peka itu karena tidak memikirkan tentang pacaran yang dilarang dalam agama kita! Abang sengaja menutup diri dari semua orang karena abang lebih mementingkan dirimu! Lantas, apakah abang salah karena lebih mementingkan dirimu dibandingkan gadis lain? Apa yang akan kamu lakukan saat kamu tahu abang memiliki pacar? Apakah kamu rela?"

Deg!

"Apakah kamu ikhlas, Sayang? Jika iya, kenapa selalu marah tiap kali teman sekelas abang yang wanita sering datang kesini walau hanya datang berkunjung saja?"

Deg!

Deg!

"Di mana letak kesalahan abang? Hem? Hiks. Apakah karena abang terlalu hina untuk bisa bersanding denganmu? Apakah abang terlalu buruk untukmu? Hiks.."

Deg!

Deg!

"Abang sadar diri, jika diri ini bukanlah siapa-siapamu. Akan tetapi, salahkah aku lebih mementingkan bidadari kecil yang sedari bayi aku dampingi hingga ia dewasa? Di mana letak kesalahanku? Katakan Al!"

...****************...

Sedikit cekcok yang akan menyatukan keduanya kelak dan juga sesuai dengan judul ye?

Terpopuler

Comments

aryant

aryant

slalu ditunggu updatenya kak

2023-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!