Tiga hari berlalu setelah perdebatan itu. Kini Alkira sudah beraktivitas seperti biasa. Walau setiap malam ia selalu menjerit dan berteriak lantaran ketakutan akan mimpi yang terus menghantuinya, ia tetap berusaha menjadi normal kembali.
Terkadang, Gading tidak sanggup melihat adik sekaligus istrinya itu. Ingin sekali dirinya meghukum kedua pelaku yang masih buron hingga saat ini. Menurut pencariannya dna papi Ali, kedua pelaku itu sudha kabur dna keluar dari sekolah itu. Sementara pelaku utama, saat ini sedang dalam penanganan polisi. Kedua orangtua mereka tidak bisa melepaskannya, sebab Gading memiliki bukti saat pemuda itu menodai Alkira.
Rekaman cctv di dalam kelas itulah sebagai buktinya. Gading ingin sekali menghajar ketiga pemuda itu, tetapi papi Ali mengatakan, tidak perlu mengotori tangan untuk menghukum keduanya. Cukup dengan bukti, ketiganya akan segera ditindak lanjuti.
Setiap malamnya, Gading selalu terkejut dengan aksi Alkira saat ia bermimpi tentang kejadian itu lagi. Gading tidak habis pikir dengan kakak kelas Alkira itu. Kenapa harus Alkira dari sekian banyaknya gadis cantik di sana. Gading ingin tahu apa penyebab kejadiaan nahas itu.
Ingin bertanya pada Alkira, tetapi istrinya itu masihlah trauma. Besok, Kedua sepupu mereka akan datang ke rumah itu mengobati Alkira dari depresinya itu. Rasa trauma yang Alkira alami begitu berat. Ia masuk dalam tahap yang begitu berat untuk bisa kembali seperti sedia kala.
Bukan Gading tidak tahu. Setiap kali dirinya bekerja, Alkira lebih sering melamun duduk di hadapan jendela kamarnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Tatapannya kosong. Sudah lima hari ini seperti itu.
Gading tahu semuanya karena dirinya memiliki cctv yang khusus ia pasang untuk memantau keadaan Alkira saat ia bekerja di swlayan milik papi Ali dan Mami Kinara yang berada di komplek itu. Dirinya di tugaskan di sana sebagai direktur di swalayan itu dengan gaji yang lebih dari cukup untuk membiayai sekolah serta kuliahnya hingga tamat dulunya.
Ya, Gading tidak pernah meminta uang pada kedua orangtua angkatnya. Ia sadar diri siapa dirinya di dalam keluarga itu. Walau dirinya sudah dianggap anak kandung oleh mami Kinara dan papi Ali, tetap saja. Dirinya punya perasaan untuk tidak selalu bergantung pada kedua angkatnya itu.
Sedari ia kelas satu SMP, Gading sudah mengurus swalayan itu seorang diri. Terkadang Mami Kinara ikut juga kesana. Terkadang tidak. Sebab ketiga adik kecilnya waktu itu masih membutuhkan kasih sayang dari maminya itu. Pada waktu itu, Papi Ali belum juga kembali. Beliau kembali pada saat Gading sudah duduk di kelas dua SMP.
Sedari bayi hingga ia tumbuh besar, Alkira selalu tidur bersamanya. Sering Oma Alisa mengambil Alkira darinya ketika sudah terlelap. Akan tetapi, bayi kecil itu seakan tahu jika dirinya di pisahkan dari Gading. Ketika sudah berada dalam pelukan Gading, bayi kecil itu kembali terlelap. Oma Alisa sampai bingung di buatnya. Mami Kinara hanya tertawa saja. Itulah yang terjadi jika keduanya di pisahkan.
Untuk itu, Alkira tidak pernah pisah tidur dengan Gading hingga ia berusia sepuluh tahun. Gading yang sudah remaja melarangnya untuk bersamanya lagi yang membuat adik kecilnya itu mengamuk dan merajuk. Demi membujuk Alkira, Gading terpaksa tidur sekamar lagi dengannya, tetapi Gading harus tidur di bawah. Tidak satu ranjang lagi seperti dulu.
Walau sempat menolaknya, Alkira tetap patuh. Karena Gading mencoba menjelaskan dengan perlahan larangan untuk keduanya. Untuk melindungi keduanya, Adam dan Ijal pun harus tidur sekamar dengan adik bungsu serta abang sulungnya itu.
Sedari kecil Gading selalu bersama Alkira. Baik itu mandi, ganti baju, makan, sekolah sampai tidur pun bersama. Alkira tidak bisa dipisahkan dari Gading. Begitu pun dengan Gading. Ia merasa kehilangan jika tidak ada Alkira di sisinya. Keduanya akan berpisah jika sedang sekolah saja. Ketika pulang, keduanya kembali bersama sebab Gading segera menjemput ketiga adiknya itu dengan mobil milik Mami Kinara.
Kemana pun Gading pergi, Alkira selalu ikut. Bahkan ketika MOS di kuliahnya, Alkira ikut pun bersamanya dan sabar menunggu hingga abangnya itu selesai dari MOS-nya.
Alkira tidak bisa dipisahkan dengan Gading. Gading ada untuk Alkira dan Alkira ada untuk Gading. Keduanya saling berkesinambungan dan saling membutuhkan. Mami Annisa sempat mengatakan jika kisah cintanya dengan Papi Tama akan kembali terulang pada Alkira.
Akan tetapi, karena kejadian nahas itu, membuat mami Annisa sedikit syok. Walau begitu, ia tetap senang akhirnya, keponakannya itu menikah juga dengan Gading. Satu hal yang beliau katakan kemarin pada mami Kinara dan Gading.
"Tidak perlu menyesali kejadian itu. Gading dan Alkira sudah ditakdirkan untuk bersama. Melalui kejadian itu keduanya akhirnya bersatu. Jangan salahkan takdir dalam hal ini. Semua itu sudah menjadi goresan takdir untuk keduanya. Ingat? Mami dan papi juga demikian dulunya. Walau mami tidak mengalami hal demikian, tetap saja kami dipersatukan, bukan? Jadi, jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Terlepas dari masalah yang Al alami beberapa hari ini, semua itu sudah menjadi kertetapannya."
"Gading tidak mungkin hadir di dalam kehidupan Alkira jika dia memang sudah ditakdirkan bersamanya. Alkira merupakan tulang rusuk Gading. Makanya sedari bayi, hingga ia remaja, keduanya selalu bersama dan tidak bisa dipisahkan. Jika untuk cinta, biarlah Gading dan Alkira sendiri yang merasakannya. Mami bisa melihat jika Gading sudah mencintai Al sedari bayi. Cinta itu tumbuh sedari Al lahir ke dunia. Bukan begitu, Nak?" tanya mami Annisa yang membuat Gading tertegun dan tercenung memikirkannya.
Mami Annisa mengusap kepala Gading. "Tak usah dipikirkan. Cinta itu akan hadir karena terbiasa. Jaga Al untuk kami semua. Mulai saat ini, kewajibanmu untuk melindungi dan mengayominya. Kamu pemuda yang baik, Nak. Sekilas, mami lihat kalian berdua itu mirip, loh?" ujarnya lagi yang membuat Gading terkekeh.
Benar, banyak yang mengatakan jika keduanya mirip. Keduanya memang diketahui oleh semua orang sebagai adik dnan abang karena kemiripan keduanya. Hal yang tidak Gading ketahui ialah jika keduanya mirip bukan karena saudara kandung, melainkan karena keduanya jodoh.
Kita tidak pernah tahu dengan jodoh kita. Bisa jadi, orang yang selalu kita urus sedari bayi, bisa menjadi masa depan kita kelak. Seperti Gading dan Alkira ini. Ingatkan saja mami Annisa dan Papi Tama? Keduanya juga demikian bukan?
Kisah mami Annisa dan Papi Tama kembali terulang pada keponakannya. Akan tetapi, jalan cerita, kisah percintaan keduanya berbeda. Keduanya bersatu karena suatu hal. Hal yang memang sudah ditakdirkan untuk keduanya bersatu hingga akhir hayat keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments