Keluar dari kantor polisi, Gading melajukan mobilnya menuju ke swalayan mami Kinara. Papi Ali baru saja menghubunginya untuk mampir kesana dulu sebelum pulang ke rumah menemui Al. Gading menurut.
Cukup setengah jam saja Gading sudah tiba di swalayan di dalam komplek yang sama tetapi melalui jalur belakang. Jalur pintas masuk ke komplek mereka.
Gading turun langsung menuju ke dalam swalayan. Kasir di meja swalayan menyapanya seperti biasa. Gadin cantik berlesung pipi itu sangat menyukai Gading dari pertama ia masuk sebagai pekerja di sana. Namun, Gading tidak menggubrisnya.
Gading mengetuk pintu dan mengucapkan salam setelah mendengar kata masuk dari dalam. Gading tersenyum teduh melihat papinya menggunakan kaca mata baca miliknya. Saat ini beliau sedang memeriksa laporan bulanan yang selalu Gading kirimkan melalui emailnya.
"Bagaimana? Apa yang pecundang itu inginkan? Apakah dia meminta keringanan hukuman? Kedua pelaku yang kabur itu apakah sudah tertangkap?" tanya papi Ali mencecar Gading dnegan banyak pertanyaan.
Gading yang masih berdiri terkekeh mendengar pertanyaan papi angkatnya itu. Papi yang sudah menyelamatkan hidupnya sedari ia berusia enam tahun hingga saat ini.
"Duduk dulu," lanjutnya saat melihat Gading hanya berdiri saja di hadapannya sambil terkekeh-kekeh.
Papi Ali pun ikut terkekeh menyadari kelakuannya yang terus menghujani putra sulungnya itu dengan banyak pertanyaan.
"Ck. Papi, sih, gitu! Udah lama abang berdiri, baru Papi suruh duduk? Belum lagi abang duduk, Papi udah serbu abang dengan banyak pertanyaan!" ucap Gading sambil tersenyum simpul mengejek papinya itu.
Papi Ali tergelak keras saat mendengar ucapan Gading yang menyindir dirinya baru saja.
"Oke, oke! Maafkan papimu ini yang terburu-buru. Bagaimana? Ah, sudah bisa papi tanya bukan?"
Kini gantian Gading yang tergelak keras. Suara gelak tawa di dalam ruangan direktur itu sampai terdengar hingga keluar sana. Khususnya di meja kasir yang dekat dengan pintu ruangan itu. Gadis berlesung pipit itu pun ikut terkekeh.
"Tentu, Papi sudah boleh bertanya. 'Kan abang udah duduk?" jawabnya masih dengan tertawa.
Papi Ali terkekeh lagi. "Baiklah, jelaskan! Apa yang kamu dapatkan saat kamu ke kantor polisi tadi?"
Gading menghela napas panjang sebelum menjawab. "Rio meminta ingin menikahi Al karena rasa bersalahnya. Abang bilang, tidak perlu. Lebih baik bertanggung jawab dengan cara memberinya keadilan dan menjebak kedua pelaku yang kabur itu agar bisa di tahan. Untuk Al sendiri, dia sudah memiliki pendamping dunia dan akhiratnya!" jawab Gading yang di tatap lekat oleh papi Ali padanya.
"Kamu yakin, Nak?"
Gading menoleh pada papinya. "Apakah Papi keberatan?" balasnya. Bukan menjawab malah balik bertanya.
"Papi hanya ingin yang terbaik untukmu," balas papi Ali sembari menghela napas berat.
"Al yang terbaik untuk abang jika papi dan mami setuju! Pernikahan bukan ajang permainan, Pi. Abang ikhlas menerima Al. Mungkin, inilah takdir abang. Bukan tanpa sengaja Allah menitipkan abang sama Papi jika bukan karena memiliki tujuan? Abang ikhlas lillahita'ala, Pi! Abang serius!" balas Gading lagi yang membuat pemuda matang yang hampir paruh baya itu menatap lekat padanya.
"Papi tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Tak pernah sedikit pun terpikir oleh papi, jika kamulah yang manjadi pendamping Al. Papi sudah menganggapmu anak, Sayang. Papi sangat sayang padamu melebihi diri Papi sendiri. Kamu putra sulung papi sebelum Adam dan Ijal dilahirkan." Ujar papi Ali membalas ucapan Gading yang membuat pemuda tampan itu mengangguk dan tersenyum.
"Abang tahu. Untuk itu, izinkan abang yang mendampingi Al dalam suka dan dukanya. Abang akan berusaha menjadi abang, suami, teman, sekaligus sahabat untuk Al. Abang akan berusaha menyembuhkan luka dari trauma yang ia alami. Abang ikhlas menerima dirinya. Entah sedari kapan, Al sudah begitu penting untuk abang. Al sudah menjadi prioritas abang sedari ia dilahirkan sampai saat ini. Jadi, Papi tidak perlu khawatir. Abang siap menerima Al apapun kondisinya saat ini. Kekurangan dan kelebihan setiap manusia itu memiliki pasangan, Pi. Jangan jadikan Al tidak perawan lagi hingga Papi menyuruh abang untuk mundur. Itu tidak akan pernah terjadi!" tegas Gading dengan suara lembutnya mengalun indah hingga ke telinga seorang wanita cantik berdiri di depan pintu dengan mata berkaca-kaca.
Beliau masuk dengan cepat langsung menuju Gading dan memeluk putra sulungnya itu. Ia menghadiahi kecupan bertubi-tubi di wajah Gading yang membuat Gading terkejut bukan main.
"Lah, loh? Mami di sini? Kok?" tanya Gading dengan raut wajah bingung.
Papi Ali terkekeh melihat mami Kinara menyerbu putranya itu dengan banyak kecupan sayangnya. Gading melongo saja mendapat kecupan berulang dari mami kesayangannya.
"Hiks.. Mami setuju! Tak apa jika Al sama kamu! Jika Al merupakan kebahagiaanmu, mami ikhlas! Mami rela! Mami tidak akan memisahkan kalian berdua! Kamu bukan hanya sekedar anak bagi kami berdua. Kamu segalanya untuk kami. Posisi kamu sama dengan ke tujuh adikmu!" katanya pada Gading yang kini terharu lantas memeluk mami tersayangnya itu.
Papi Ali pun ikut bangkit dan memeluk kedua orang itu. Ia juga berpikir demikian. Mereka pikir, Gading terpaksa menerima. Tapi, ternyata. Gading malah menerima putri mereka apa adanya. Bagaimana mungkin mereka akan memisahkan keduanya jika keduanya saling membutuhkan dann saling melengkapi satu sama lainnya?
Kedua orang itu yakin, bahwa Gading bisa menjadi abang, suami, teman serta sahabat yang baik untuk putri mereka. Walau harus menunggu dan membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk keduanya bisa seperti pasangan lainnya.
Tiga hari kemudian, pihak kepolisian memanggil Gading kembali untuk melanjutkan rencana penjebakan yang akan Rio lakukan hari itu. Rio sudah setuju untuk melakukan rencana itu.
Untuk sementara, Rio harus pulang ke rumahnya di temani salah satu perwira polisi sebaya dengan Gading yang berperan sebagai sahabat baru Rio saat di kantor polisi. Rio akan menggunakan sahabat barunya itu untuk memancing kedua pelaku pelecehan terhadap Al yang kini masih kabur dan buron.
Keduanya sudah menjadi tersangka dari kasus pelecehan itu. Gading membuat rencana matang untuk memancing keduanya keluar dari persembunyian mereka.
Pihak kepolisian setuju. Untuk sementara ini, Rio harus pulang ke rumahnya dan menjalani hari-hari seperti biasanya. Rio di nyatakan bebas dari kasus pelecehan itu.
Gading sudah mengatakan rencananya seperti apa. Ia pun akan terlibat dalam penangkapan keduanya di kediaman Rio. Kalau perlu di hadapan kedua orangtua pelaku. Untuk itu, Rio membuat rencana untuk bisa menjebak keduanya dengan alasan makan malam di rumah Rio karena kebebasan yang Rio dapatkan saat ini.
Rencana itu sudah Rio jalankan saat ini. Ia sudah menyuruh kedua orangtuanya itu menhubungi kedua orangtua sahabat karibnya untuk menghadiri undangan mereka.
Awalnya kedua orangtua itu menolak. Karena takut malu akan tertangkapnya putra mereka karena kasus asusila. Akn tetapi, ucapan gading melalui sambungan telepon, membuat keduanya tidak bisa berkutik dna memilih untuk mengikuti rencana yang sudha di susun Gading dengan matang.
Malam besok, kedua pelaku akan tertangkap dan Gading akan menjalankan rencana selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments