Mendadak Nikah

"Tidak!!!! Pergi! Jangan ganggu aku! Lepas! lepas! Aarrkkh,"

Suara lengkinagn dari kamar lantai dua mengejutkan semua orang yang kini berada di bawah. Gading berlari lebih dulu meninggalkan kedua orangtuanya di sana. Ia membuka pintu dengan kuat hingga menimbulkan suara gaduh.

Dengan napas memburu, Gading mendekati Alkira dan memeluknya dengan erat. Adik kecil yang tak pernah ia sentuh lagi kini terpaksa ia sentuh kembali karena suatu hal.

Gadis kecil yang sedari bayi tidur dengannya hingga ia menjelang baligh. Baru beberapa tahun ini keduanya berpisah tidur lantaran Alkira bukan mahram untuknya.

"Ssstt.. Ini abang, Sayang. Cukup menyiksa dirimu, mereka tak akan bisa menyakiti kamu lagi. Kamu aman bersama abang, Sayangku! Cup," ia labuhkan kecupan hangat di kening Alkira yang kini berkeringat dingin.

Ya, Allah.. Begitu berat cobaan-Mu untuk adikku..

Bating Gading menangis pilu.

Alkira yang meronta-ronta akibat traumanya kambuh lagi, tiba-tiba saja terdiam di tempat. Tubuhnya membeku kala merasakan elusan lembut di punggungnya yang hanya terbalut piayama tipis. Rambut hitam ikalnya tergerai indah dan saat ini Gading sedang mengelusnya dengan lembut.

Rasa tenang, aman dan nyaman kini menulusup ke hati dan pikirannya. Alkira yang mendongak dengan mata terpejam segera menyurukkan wajahnya ke leher Gading. Aroma maskulin yang selalu Alkira inginkan di saat ia terlelap membuatnya semakin nyaman.

Abang..

Alkira semakin memeluk erat tubuh pemuda yang sudah menjadi candu untuknya itu. Ia terisak di sana. Gading semakin mengeratkan pelukannya di tubuh ramping adik angkatnya itu.

Ya, Alkira merupakan putri kandung mami Kinara dan Papi Ali yang sudah menyelamatkan Gading delapan belas tahun silam. Gading merupakan anak angkat Papi Ali dan Mami Kinara. ( Baca PENANTIAN KINARA agar kalian nyambung dengan cerita ini)

"Hiks.. Jangan pergi, Bang. Jangan tinggalkan adek. Adek takut! Mereka selalu datang dan mencoba ingin melecehkan ku lagi! A-aku su-sudah tidak suci lagi! A-aku ternoda Bang Gading! S-siapa yang mau menikah denganku nantinya?! Hiks.. Tidak! Tidak! Enggak! Lepas! lepas! Aku tidak mau! Aarrgghhtt sakitttt! Mami! Papi!! Sakit tubuhku! Arrggtt..." teriak Alkira meronta-ronta di pelukan Gading kembali.

Gading semakin menangis melihat itu. Buliran bening itu mengalir deras di pipinya. Gading terus berusaha membujuk Alkira untuk diam. Mami Kinara dan Papi Ali mematung di depan pintu kamar putrinya itu.

"Sayang! Dengarkan abang! Hei! Ini abangmu! Gading Jaber Al Bashri! Hentikan Alkira! JANGAN MENYIKSA DIRIMU! ABANG YANG AKAN MENIKAHIMU!!!"

Deg!

Deg!

Deg!

Ucapan Gading baru saja membuat Alkira berhenti. Matanya spontan terbuka dan menatap Gading yang kini ada di hadapannya dengan tubuh Gading menimpa tubuhnya. Air mata itu terus beruraian. Bibir Alkira bergetar. Begitu pun dengan Gading.

"Tenang, ya? Jangan takut. Abang akan menikahimu. Kamu 'kan tahu, kalau kita tidak sedarah? Jangan khawatirkan mami dan papi. Mereka pasti setuju. Ayo, duduk dulu." Ucap Gading yang membuat Alkira segera duduk dan menyeka air mata itu dengan cepat.

Deg!

Deg!

Tubuh Alkira membeku di tempat kala melihat mami Kinara dan Papi Ali ada di sana. Keduanya menatap terpaku padanya.

Lagi, buliran bening itu mengalir di pipi Alkira. Gading segera mengambil minum dan memberikannya pada Alkira. Baju piyamanya basah dengan air mata dan juga keringatnya. Gading bangkit dan menuju lemari untuk mengambil baju ganti dan membawanya pada Alkira.

Segera Gading lepas kancing baju itu satu persatu dengan mata menatap lurus pada mata Alkira yang kini menatap lurus pada kedua orangtuanya yang juga mengeluarkan air mata.

"Sudah, ayo, berbaring dulu. Abang akan ambilkan makan malammu. Tunggu sebentar, ya? Jangan menangis lagi!" peringat Gading pada Alkira yang kini semakin mengeluarkan air matanya.

Gading mendekati mami dan papinya dan mengajak keduanya untuk turun.

"Maafkan abang, Mi. Carikan penghulu malam ini juga. Abang harus menikahi Alkira. Abang mohon restu dari Mami dan Papi untuk menikahi adik kecilku dan juga putri kalian berdua. Semua ini demi trauma yang ia alami Mami, Papi. Abang mohon.. Izinkan abang menikahi Adek. Hanya abang yang bisa menenangkannya," lirih Gading bersimpuh dan meletakkan kepalanya di pangkuan mami Kinara dan Papi Ali yang semakin sesak dadanya melihat putra sulungnya itu walau bukan anak kandung mereka.

Mami Kinara mengelus lembut kepala Gading.

"Baik, akan Papi panggilkan penghulunya malam ini. Papi akan menghubungi Uwak kalian dulu. Uwak kalian harus tahu tentang pernikahan ini. Karena Alkira belum tamat sekolah, pernikahan kalian berdua harus di sembunyikan. Cukup tetua saja yang tahu. Bersiaplah! Sayang!" jawab Papi Ali sekaligus memanggil mami Kinara yang mengangguk padanya.

Mami Kinara memeluk Gading dengan tubuh bergetar. Gading pun demikian. Papi Ali segera menghubungi Uwak Lana dan Uwak Ira serta Mami Annisa. Ketiganya harus tahu hal ini. Untuk Papi Algi dan Papi Rayyan, mereka bisa menyusul nantinya.

Mami Kinara pun segera menghubungi dapur Kinara miliknya untuk membawa makanan yang ada di sana ke rumahnya. Lengkap dengan kue berasal dari toko kue milik almarhum sang mami yang masih berjaya hingga saat ini.

Pukul sembilan malam, akad nikah itu pun segera berlangsung dengan di saksikan kedua Uwak Alkira dan juga mami Annisa.

"Gading!"

"Saya, Pi!"

"Papi Nikahkan dan Papi Kawinkan kamu dengan putri kandungku, Sofia Alkira Bashri binti Ali Jaberl Al Bashri dengan mas kawin perhiasan emas murni seberat 32 gram di bayar dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" Papi Ali menyentak sedikit tangan Gading.

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Sofia Alkira Bashri binti Ali Jaber Al Bashri untuk saya, dengan mas kawin perhiasan emas murni seberat 32 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!"

"Bagaimana saksi? Sah?"

Kedua saksi dari kedua belah pihak mengangguk dan menjawab,

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillahirobbil 'alamin. Brakallahu 'alaikuma wabaroka 'alaikuma fi khair.." Pak Penghulu yang dipilihkan Papi Ali mendoakan kedua pengantin itu.

Tubuh Alkira meremang kala ucapan sah itu menggema di dalam ruangan itu. Matanya redup ketika melihat tatapan Gading padanya yang begitu lembut dan penuh kasih sayang padanya.

Kenapa Abang menikahiku? Kenapa Bang?

Mami Annisa memeluk keponakannya itu dengan erat. Ia baru tahu jika Alkira mengalami hal buruk sebab ia memaksa mami Kinara untuk jujur, kenapa Gading harus secepat itu menikahi Alkira sementara keponakannya itu masihlah kecil. Masih berusia 17 tahun. Masih di bawah umur.

Mami Kinara terpaka menjelaskan perkaranya kepada kakak tersayangnya itu. Mami Annisa sampai menangis tersedu saat mami Kinara menceritakan perihal pelecehan yang dialami Alkira dua hari yang lalu.

Semua yang ada di sana makan malam bersama dengan makanan yang sudah di hidangkan. Sementara Gading segera menuntun Alkira untuk menuju ke kamar mereka di mana dua malam ini Gading tidur di sana walau itu di sofa demi menjaga Alkira agar tidak selalu menjerit karena trauma itu kembali di dalam mimpinya.

"Istirahatlah, mulai malam ini. Abang akan melindungimu dari mereka. Jangan takut lagi. Cepat sehat agar abang bisa membawamu jalan-jalan, hem?" ucap Gading yang diangguki oleh Alkira dengan senyum manis sambil memeluk erat tubuh suaminya yang merupakan abang angkatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!