Satu minggu berlalu sejak kebebasan yang Rio dapatkan. Pemuda itu tunduk dan patuh pada peraturan pihak kepolisian. Ia mengikuti semua saran Gading dan pihak polisi yang tetap harus bersekolah demi bisa memancing kedua pelaku lainnya.
Rio sudah sekolah seperti biasanya. Ia juga sudah kembali bergaul dengan temannya tanpa ada yang tahu dirinya sedang apa dan kenapa seperti ini. Statusnya sebagai tersangka pelecehan tidak ada yang tahu di sekolah itu.
Rahasia pelecehan itu tertutup rapat. Gading sengaja melakukan hal itu demi menjaga marwah istrinya yang sudah ternoda akibat di lecehkan. Semua rekaman cctv hari itu sudah ia amankan. Setelahnya baru ia hapus sebagai bukti pelecehan yang terjadi terhadap istrinya.
Dari semua pihak sekolah yang tidak tahu, hanya satu orang yang tahu tentang masalah itu. Yaitu satpam pihak sekolah. Beliaulah yang menjadi saksi saat Gading menghantam Rio hingga babak belur. Dan juga kedua pelaku yang kabur setelah berhasil mengelabuinya. Gading meminta satpam itu untuk tutup mulut guna menjaga nama baik Al di sekolah itu.
Gading terpaksa melakukan ini. Semua itu ia lakukan demi melindungi Al dan juga nama sekolahnya. Pak satpam sangat berterima kasih akan hal itu. Ia sangat beruntung bisa berhadapan dengan pemuda seperti Gading yang lebih menutup daripada membuka. Sebenarnya, itu aib untuk sekolah. Akan tetapi, lantaran Gading merasa adiknya juga akan tercemar, maka ia memilih jalan ini.
Empat hari Rio berada di sekolah, hari kelima target yang mereka tunggu akhirnya keluar juga dari persembunyiannya. Bripda Agus yang menemani Rio selama di sekolah melaporkan hal itu pada anggotanya dan juga Gading selaku pelapor dari kasus pelecehan itu.
Rio kembali berteman baik seperti biasa dengan keduanya. Sama sekali tidak ia tunjukkan gelagat aneh pada keduanya. Semuanya natural seperti yang Gading sarankan padanya. Sungguh, Bripda Agus salut dengan ide Gading ini. Demi bisa memancing kedua pelaku lagi, Gading rela melepaskan pelaku utama dari pelecehan itu. Ia tidak takut dengan konsekuensinya saat melepas Rio yang bisa saja kabur setelah ia lepas walau dalam pengawasannya.
Akan tetapi, Gading pernah berkata.
"Saya percaya pada Rio, Bripda Agus. Rio pemuda yang baik. Saya bisa merasakannya. Mungkin, ini hanya tebakan saya. Jika benar, bukan Rio otak dari pelecehan ini. Pastilah ide ini muncul dari kedua temannya ini. Maka dari itu, untuk mendapatkan bukti dan menjawab tebakan saya ini benar adanya, maka saya putuskan untuk mengambil langkah ini. Saya tidak sembarangan mengambil langkah ini Bripda Agus. Saya sudah membaca situasi dan juga keterangan yang Rio katakan pada saya. Saya percaya. Untuk itu, mari kita bekerja sama untuk menjebak keduanya. Jika benar tebakan saya ini, maka kita tidak akan rugi waktu dan tenaga demi bisa membantu pihak kepolisian untuk menangkap kedua pelaku supaya di hukum demi keadilan adik saya! Mereka tidak akan keluar dari persembunyian jika tidak di pancing!"
Bripda Agus sangat kagum dengan pikiran cerdas Gading. Setelah ini, ia akan mengajak Gading bergabung bersamanya di dalam kepolisian sebagai intel atau sebagai pihak eksekusi tersangka. Sebab ide yang Gading berikan benar-benar membantu pihak kepolisian dalam menagkap pelaku utama yang masih buron.
Tiba waktu yang sudah di tentukan. Besok malam, keluarga Rio akan mengadakan makan malam bersama. Makan malam untuk merayakan kebebasan ketiga anak mereka.
Rio pulang bersama Bripda Agus yang diakuinya pada kedua sahabatnya itu sebagai supir sekaligus asistennya saat di kantor sang papi nanti. Keduanya percaya saja. Tidak sedikit pun keduanya curiga akan ucapan Rio yang memang terkesan natural itu.
Bripda Agus memuji kehebatan salah satu tersangka krminal itu. Sepanjang perjalanan, ketiganya terus berbicara hal yang seru. Sesekali keduanya membahas tentang Al yang kini tidak lagi datang ke sekolah. Rio dengan santainya hanya menjawab jika Al trauma karena ulah mereka bertiga.
Rio tidak sedikit pun takut mengungkapkan apa yang terjadi hari itu hingga semua percakapan ketiganya terekam jelas dalam sebuah rekaman yang sengaja Bripda Agus letakkan di sana.
Dirinya yang bertindak sebagai supir sekaligus asisten gaduingan memilih diam dan tidak ikut campur, padahal ia sedang menyimak mendengarkan apa yang ketiganya paparkan saat ini.
Benar kata Gading. Bukan Rio otak dari pelecehan itu. Rio hanya terpengaruh karena terus menerus di hasut oleh keduanya. Banyak yang mereka bahas sampai tiba di rumah Rio. Rio tidak mengizinkan keduanya kembali ke rumah mereka. Keduanya harus menginap di sana. Kedua orangtua mereka pun akan datang sore nanti untuk memenuhi undangan makan malam dari kedua orangtua Rio. Keduanya mengangguk tanpa curiga sedikit pun.
Rio mengangguk kecil memberi kode pada Bripda Agus yang tersenyum dan mengangguk padanya. Bripda Agus segera menghubungi anggota kepolisian dan juga Gading untuk menghadiri acara makan malam itu.
Gading yang sudah tahu akan kabar itu, segera bersiap. Ia dan Papi Ali akan datang kesana demi bisa melihat dua pelaku pelecehan yang kabur itu. Kali ini, Gading pastikan keduanya tidak akan kabur lagi seperti tiga minggu yang lalu.
Malam harinya.
"Sudah siap?" tanya Papi Ali pada Gading yang kini menatap datar dan dingin ke dalam kawasan rumah Rio.
Di sana sudah terlihat beberapa mobil terparkir dengan jelas mobil siapa itu. Gading mengangguk dan segera turun dari mobil milik mami Kinara.
Papi Ali merangkul bahu putra sulung sekaligus menantunya itu. "Tahan amarahmu. Jangan terpancing saat keduanya mengakui kepada pihak polisi nanti. Kamu cukup duduk, diam dan dengarkan! Paham?" peringatnya pada Gading yang diangguki dengan senyuman olehnya.
Keduanya melangkah masuk dan bertemu pemilik rumah. Pemilik rumah itu menyambut keduanya dengan ramah dan hangat. Yang membuat ke empat paruh baya itu cukup terkejut kala melihat Papi Ali ada di sana.
"Loh? Pak Ali juga di sini, toh?" sapa ayah pelaku kedua pelecehan Al.
Papi Ali tersenyum dan mengangguk. "Ya, saya juga diundang oleh pemilik rumah ini." Sahutnya santai.
Kedua laki-laki paruh baya itu tiba-tiba saja gugup saat melihat senyum di wajah papi Ali yang begitu tulus.
Gading menatap lekat pada kedua orangtua itu. Mami Rio segera menyuruh pelayannya untuk memanggil ke tiga pemuda yang saat ini di kamar Rio.
Pemuda tanggung itu segera turun setelah pelayan mengabarkan tentang makan malam akan segera terlaksana. Langkah ketiganya terpaku di tempat kala melihat Gading dan Papi Ali berada di sana. Tiba-tiba saja tubuh keduanya bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi keduanya.
Rio tetap tenang yang membuat kedua sahabatnya itu keheranan. Ia menarik lengan Rio dan berbisik lirih.
"Kamu membohongi kami, Rio?" bisiknya dengan rasa ketakutan.
Rio menggeleng polos. "Nggak, aku tidak membohongi kalian. Mana ku tahu kalau mami dan papi memanggil kedua wali Al untuk makan malam ke rumah ku? Sekiranya aku tahu, aku pun akan kabur saat ini!" balas Rio masih berusaha tenang.
Kedua temannya itu semakin ketakutan kala langkah kaki Rio turun ke bawah yang terpaksa keduanya turuti. Kedua sahabat Gading itu terkesiap kala melihat tatapan Gading yang seakan ingin menerkam keduanya saat ini.
Mati aku!
Mampus!
Batin keduanya gemetaran dan sangat ketakutan.
...****************...
Like,
Komen,
Favorit,
Hadiah dan
Bintang lima ye?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments