Karena dendam masa lalu

Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Sebulir keringat menetes di dahi Rio yang membuat Gading tersenyum tipis. Ia yakin, jika semua ini pasti ada hubungannya dengan seseorang. Seseorang yang sudah lama ia tinggalkan karena merasa tidak membuat apapun dan memiliki hubungan apapun dengannya.

"Bagas Putra Dewantara, putra Bungsu dari seorang pengusaha Indra Putra Dewantara yang memiliki kakak sulung bernama Liliana Putri Dewantara yang saat ini sedang ke luar negeri demi melanjutkan studi S2-nya di sana. Apa itu benar?"

Deg, deg, deg..

Wajah Bagas pucat pasi saat ini. Begitu juga dengan kedua orangtua Bagas yang sedang di tatap lekat oleh papi Ali dan Komandan Sam.

Gading tersenyum lagi. Ia menegakkan tubuhnya dengan tangan saling bertaut dan ia letakkan di dagunya serta meja di bawah sikunya sebagai tumpuan sambil menatap lekat pada Bagas dan Dion.

"Kenapa diam Bagas? Tebakan saya benar bukan? Katakan, sebelum saya sendiri yang mengatakan apa motif dan tujuanmu melecehkan adik saya!" tukas Gading dengan mata menyipit tajam dan sangat dingin.

Dion semakin menunduk. Tubuhnya bergetar.

Apakah aku harus mengakuinya? Bang Gading marah nggak, ya? Aku 'kan cuma ikutan doang? Yang punya ide tuh si cunguk! Haisshh.. Kakak dia yang punya dendam, malah melibatkan kita berdua dalam masalah ini! Jika sudah seperti ini, lebih baik aku mengakuinya. Paling tidak, hukumanku sedikit berkurang?

Batin Dion semakin gelisah tidak menentu. Ingin jujur, takut persahabatan mereka putus. Jika tidak jujur, hukuman berat akan menimpanya. Dion memejamkan kedua matanya bertekad ingin mengakuinya. Jika Bagas marah padanya, terserah! Pikir pemuda tanggung itu.

Gading tersenyum tipis melihat Dion ingin jujur padanya. Gading bisa melihat jika Dion sangat tertekan dengan perkataannya baru saja. Gading yakin, pasti masalah ini ada hubungannya dengannya. Terutama Bagas.

"Ehmm, emm.. B-bang Gading, ma-maafkan saya, sa-saya ingin jujur ka-kalau saya h-hanya mengikuti Bagas saja. S-saya tidak memiliki motif untuk itu," ujarnya sambil menunduk tidak ingin melihat Gading dan Bagas yang spontan menoleh padanya.

Tubuh Dion begitu panas saat ini hingga ke wajahnya.

"Benarkah? Jika demikian, kenapa kamu kabur saat itu? Apa ada alasan lain Dion?" balas Gading masih menatap lekat pada Dion, bagas dan Rio yang kini menatap padanya.

Dion tetap menunduk. Kedua tangannya saling memelintir dengan erat di bawah meja. "Emm.. A-anu Bang. S-saya.. I-itu.. A-anu.. Kakaknya B-bagas saat ini koma di karenakan ia mencoba u-untuk b-bunuh diri lantaran Abang m-menolak cintanya s-satu tahun yang lalu!"

Ddduuaarr!

Bagas tersentak mendengar pengakuan Dion. Ia gelagapan kala mata sipit Gading menyipit melihat padanya.

"Benar Bagas?" tanya Gading pada Bagas yang kini menatap dingin dan marah padanya.

Bagas menatap marah pada Gading. "Benar! Semua itu karena Abang! Kakak saya harus dilarikan ke rumah sakit karena mencoba untuk bunuh diri! Dia kecewa dan terluka karena penolakanmu! Kamu pikir, kamu siapa sampai kamu menolak kakakku?! Dia cantik, modis, pintar dan juga tidak sederajat denganmu yang hanya seorang anak angkat! Kamu pikir, kamu siapa?! Huh?! Tahukan kamu bang Gading? Kakakku sampai koma karena berulang kali mencoba bunuh diri akibat penolakan yang kamu lakukan hingga berulang kali! Kau, bajingan! Biadap! Tidak punya perasaan! Laki-laki macam apa kau yang tega melukai wanita?! Huh?! Semua yang aku lakukan itu pantas untuk adikmu yang ja lang itu!" teriak Bagas begitu membahana di dalam ruangan itu.

Papi Ali sampai syok mendengarnya. Gading tetap tenang di tempatnya. Ia malah tersenyum tipis melihat kemarahan pemuda labil itu.

"Hem, dengan kata lain, apa yang kakak kamu lakukan itu karena salah saya, begitu?"

"Ya! Kamu pantas mendapatkannya! Bagaimana rasanya saat tahu adikmu di lecehkan? Enak bukan?" balasnya dengan tersenyum sinis pada Gading.

Rio dan Dion terpaku di tempat mendengar pengakuan Bagas yang diluar pemikiran mereka. Mereka pikir, Bagas tidak memiliki dendam pada Al, tapi ternyata, mereka salah.

"Pantas saja ia begitu ngotot menyuruhku untuk merusak Al? Tapi.. Jika dia yang punya masalah, kenapa kami yang di libatkan?" lirih Rio begitu kecewa pada sahabtnya itu.

Gading terkekeh pelan mendegar ucapan Bagas dan juga gumaman Rio baru saja.

"Kamu yakin, kakakmu mencoba bunuh diri karena penolakan dari saya? Sudah kamu tanyakan padanya? Saya sangat mengenal siapa Liliana, Bagas! Kakak kamu memang pernah menyukai saya. Tetapi, saya menolaknya dengan cara yang baik. Dia paham akan kondisis saya. Akan tetapi, mencoba membunuh diri karena saya menolaknya berulang kali, apa itu mungkin? Sementara Liliana selama ini sudah menerima dengan ikhlas penolakan dari saya? Apa kamu yakin, jika LIliana mencoba bunuh diri karena hal itu? Sudah kamu tanyakan padanya, Bagas?" ujar Gading pada Bgas yang membuat pemuda itu tertegun sejenak memikirkan ucapan laki-laki yang pernah di sukai oleh kakaknya itu.

"Saya bisa menebaknya Bagas, kamu pasti tidak menanyakannya! Saya yakin, kamu hanya menangkap dari apa yang kakak kamu gumamkan pada saat dia mencoba untuk bunuh diri, bukan?" ucap Gading lagi yang membuat Bagas terkejut bukan main dengan ucapannya.

"Bagaimana Abang tahu?" tanya Bgas pada gading yang kini terkekeh lagi.

"Kamu salah sasaran Bagas! Bukan saya yang menyebabkan Liliana sampai bunuh diri! Sekiranya kamu tahu, kamu pasti tidak akan melakukan hal ini pada saya! Kamu salah Bagas! Kamu salah besar! Bukan saya pelakunya! Melainkan abang kandung Dion yang melakukannya! Kakak kamu di nodai hingga hamil di luar nikah! Di saat ia meminta tanggung jawab abangnya Dion, ia menolak dan menyuruh Liliana untuk menggugurkan kandungannya itu! Kamu salah Bagas! Dendammu salah sasaran! Saya sendiri yang menemani kakak kamu ke rumah sakit saat abangnya Dion memaksa kakak kamu untuk melakukan aborsi!"

"Sayalah penolong itu! Saya yang bertanggung jawab pada Liliana hingga saat ini! Kamu salah sasaran membuat adik saya demikian Bagas! Saya tidak pernah melukai kakak kamu! Melainkan Damian yang melakukannya! Jika kamu mendengar kakak kamu menggumamkan nama saya, itu artinya, dia tahu, jika sayalah yang menolongnya! Dan sekarang? Kamu melakukan pelecehan untuk adik saya melalui orang lain untuk membalaskan rasa sakit hati kakakmu pada saya? Huh?" teriak Gading begitu emosi yang membuat semua orang di dalam ruangan itu terkesiap mendengar suara lengkingan Gading hingga bergaung di dalam ruangan luas itu.

Bagas terkesiap mendengar ucapan Gading baru saja. Begitu pun dengan Dion. Mulutnya sampai menganga menatap pada Gading. Kedua orangtua Dion menekan dadanya yang terasa sakit. Apalagi kedua orangtua Bagas. Ibunda Bagas sampai pingsan karena syok mendengar pengakuan dari Gading tentang putrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!