Salah

Uwak Lana yang masih belum terima akan keputusan Gading terus menerus memojokkan dan menuding Gading dengan perkataan pedasnya. Gading diam saja. Ia tidak ingin meperkerus suasana.

Uwak Lana berubah menjadi orang lain setelah putri sulungnya menghilang dan menyalahkannya tidak bisa mencari jejak Ziana ada di mana saat itu. Gading sudah terbiasa dengan tudingan uwak Lana untuknya.

Akan tetapi, Mami Kinara tidak pernah terima kalau putra sulungnya itu terus di sudutkan oleh abang kandungnya sendiri.

"Baiklah, kalau begitu, Al masih tetap harus sekolah. Besok, kamu harus ke sekolah Bang. Jangan katakan jika Al mengalami hal buruk itu. Katakan saja, kondisi Al saat ini sedang drop. Kedua saudaranya tidak tahu akan hal ini. Mereka sibuk menuntut ilmu sambil hafal Quran di sana." Ucap Papi Ali yang diangguki oleh Mami Kinara.

Uwak Lana tidak bisa menerima keputusan Gading begitu saja. Baginya, kedua orangtua Al lah yang lebih berhak memutuskannya.

"Kenapa kalian berdua begitu percaya dengannya? Tidakkah kalian lihat, karena perbuatannya menyuruh Al sekolah di sana hingga menyebabkan Al dilecehkan? Seharusnya, sebagai orangtua, kalian berdua yang memutuskan tentang masa depan Al. Bukan dia!" tunjuk Uwak Lana pada Gading yang kini terdiam terpaku. "Kalian itu kedua orangtua Al. Jadi, sudah seharusnya, kalau kalian yang memutuskan. Ini kenapa pula jadi dia yang memutusknanya? Benar jika dia sudah menikah dengan Al. Akan tetapi, Al itu masih di bawah umur. Secara hukum negara, Al belum sah menjadi istrinya. Yang artinya, Al masih tanggung jawab kalian berdua! Abang tidak masalah jika dia menikah muda. Putriku sendiri pun demikian. Hanya saja, kenapa segala keputusan sedari Al bayi hingga saat ini, Gading yang mengambil alih? Bukankah kalian berdua orangtuanya? Jika memang begini jadinya, kenapa nggak sedari bayi saja kamu nikahkan Gading dengan putrimu?" ketus uwak Lana dengan ucapan pedas terus menerus memojokkan Gading.

Astaghfirullahal'adhim...

Gading hanya bisa terdiam mendengarkan serentetan ucapan uwak istrinya itu. Gading sadar diri. Dia bukanlah bagian dari keluarga Bhaskara. Akan tetapi, apakah pantas Uwak Lana selalu menudingnya begitu?

Apa salahnya kalau dia yang mengambil keputusan untuk Al, adik yang sekarang istrinya? Toh, selama ini, kedua orangtua angkatnya setuju-setuju saja? Lantas, atas alasan apa Uwak Lana menudingnya begitu?

Jika untuk masalah sekolah Al, itu bukan pilihannya. Itu pilihan Al sendiri. Gading menatap nanar pada uwak istrinya itu.

Andai Uwak tahu.. Aku, bahkan lebih terluka dan tersiksa melihat adik kecil yang sedari bayi harus di lecehkan hingga dirinya mengalami trauma yang begitu berat. Apakah salahku juga kalau Al di lecehkan? Kenapa Uwak begitu membenciku? Sedari aku di pungut oleh papi, Uwak sudah tidak menyukaiku. Kenapa Wak?

Gading menatap nanar dan sendu pada uwaknya itu. Ingin sekali lidah tak bertulangnya membalas perkataan uwaknya itu. Akan tetapi, ia tidak bisa. Ajaran dari sang mami agar tidak melawan yang lebih tua masih melekat di ingatannya hingga saat ini. Jadi, cukuplah dirinya membatin saja.

Mata nanar dan hati yang terluka karena selalu di salahkan membuat jiwa Gading sudah terbiasa menerima hinaan dan tudingan dari siapa saja. Akan tetapi, jika itu keluarga istrinya yang mengatakan hal itu, bukankah hatinya bisa sakit? Gading manusia juga, loh. Masa iya, Uwak Lana tega mengatakan hal yang menyakiti hatinya?

Alkira yang terbangun karena bermimpi tetang pelecehan itu lagi, membuatnya sadar dan ingin mencari Gading. Tungkai jenjangnya mematung di tempat kala mendengar tudingan dari uwaknya untuk abang tersayangnya itu.

Alkira menunduk pilu. Tubuhnya bergetar. Benar, semua itu salahnya. Jika saja, dirinya menuruti ucapan Gading yang tidak bersekolah di sana, maka pasti tidak akan terjadi dengan hal yang seperti saat ini ia lihat. Di mana Gading selalu di salahkan karena keputusannya itu, padahal tanpa Uwak Lana tahu, keputusan yang Gading ambil untuknya merupakan keputusan terbaik di dalam hidupnya.

Gading tidak pernah salah dalam mengambil keputusan. Jika saja ia menuruti ucapan Gading tiga tahun yang lalu untuk tidakbersekolah di sana, pastilah hari itu tidak akan terjadi padanya.

Namun, sekuat apapun ia mencoba untuk kembali ke masa lalu, itu sudah tidak mungkin. Masa lalu akan tetap di sana. Akan tetapi, masa depannya kini bersama Gading. Alkira sadar, dirinya salah dalam hal ini.

Selama ia besar, baru pertama kali mengambil keputusan sendiri. Akan tetapi, keputusannya itu malah menjadi bencana untuk dirinya sendiri. Hidupnya hancur. Masa depannya rusak. Ialah Gading mau menikahinya. Lalu, bagaimana dengan sekolahnya?

Akankah Al sanggup kembali ke sekolah penuh luka itu? Akankah Al mampu bertemu dan bertatap muka dengan para pelaku pelecehan itu? Mengingat itu, kembali tubuh Al bergetar hebat. Ia kembali menggigil dan bergumam tidak jelas. Keringatnya di banjiri dengan keringat dingin.

Entah apa yang terjadi padanya, hingga tubuhnya melayang dan aroma maskulin itu menguar dari tubuh orang yang dua hari lalu menyelamatkannya dari musibah kelam itu.

Al terisak di pelukan orang itu.

"Maaf, adek salah. Adek salah karena mengambil keputusan ini. Jika saja hiks.. Adek tidak membantah Abang, pastilah saat ini aku masih suci. Dan Abang tidak akan di hina dan di tuding seperti itu oleh Uwak Lana. Maaf, maafkan aku, Bang Gading. A-aku salah. A-aku nakal! A-aku tidak pantas hidup! Tidak! Pergi! Lepas! Aarrgghht.. Jangan sentuh aku! Mami!! Papii!! Bang Gading!!!" teriaknya dengan mata terpejam.

Sugesti dari alam bawah sadarnya membuat dirinya kembali teringat dengan kejadian buruk itu hingga kembali berteriak dan mengigau kembali.

Gading segera memeluk erat tubuh kecil yang terus menerus meronta-ronta itu. Bisikan lembut terus ia bisikkan yang membuat tubuh sang empu kembali tenang. Gading menitikkan air matanya melihat kondisi adik serta istrinya ini.

Semua orang berdiri terpaku di tempat saat melihat keadaan Al yang begitu memprihatinkan. Mereka juga mendengar semua ucapan Al yang begitu jelas kalau dirinya mengakui salah karena tidak menuruti ucapan Gading.

Uwak Lana smapai tercenung memikirkan ucapan keponakannya itu. Dirinya pun baru tahu saat ini. Ternyata.. Dirinyalah yang salah dalam menilai Gading selama ini. Akibat rasa kesal dirinya pada Gading lantaran Gading tidak berhasil mencari keberadaan Ziana pada saat ia di culik dulu, membuat hati lelaki usia matang itu sedikit membenci putra angkat dari adik, rekan serta iparnya ini. Hingga terlontarlah semua ucapan pedas darinya untuk suami sah keponakannya itu.

...****************...

Hadeuuhh.. Uwak Lana nih, ya, suka sekali memancing di dalam air keruh?

Eh??

Terpopuler

Comments

Astiti

Astiti

smngat author...

2023-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!