"Astaghfirullahal'adhim.. Jadi, mereka salah sasaran?" gumam Komandan Sam dengan wajah terkejutnya.
Papi Ali segera berlari mendekati Gading yang kalap mengamuk dan melempari semua barang menuju ke arah Dion dan juga Bagas yang kini terpaku melihat Gading sedang mengamuk melempari semua barang yang ada di sekitar mereka pada Bagas dan Dion.
Keduanya terkesiap kala lemparan Gading tempat mengenai dada kiri Bagas.
"Argghhtt," pekik Bagas karena merasakan sakit yang luar biasa di bagian bahunya akibat lemparan sebuah piring keramik yang saat ini sudah pecah berhamburan di lantai.
"APA YANG KAMU LAKUKAN BAGAS?! HUH?! BUKAN SAYA YANG MERUSAK KAKAK KAMU! BUKAN SAYA! DAMIAN YANG MELAKUKANNYA! KENAPA KAMU BALASKAN ITU PADA ADIK SAYA?!!! DIA TIDAK SALAH APAPUN DALAM HAL INI! TEGA KAMU! BAHKAN KAMU MENYURUH RIO UNTUK MELAKUKANNYA?! HUH?! BIADAP! SIALAN KAMU! AARHGTT... APA SALAH ADIKKU HINGGA KAMU YANG MENGHUKUMNYA!! SAYA TIDAK PERNAH MELUKAI GADIS MANA PUN, TETAPI KENAPA DIA TEGA MENGHUKUM ADIK SAYA YANG TIDAK PERNAH MELAKUKAN KESALAHAN?! ARRGGHHT, SIALANN!! BAJINGAN!! sSEKARANG APA YANG BISA KAMU LAKUKAN UNTUK ADIK SAYA? HUH? TAHUKAH KAMU BRENGSEK! ADIK SAYA TRAUMA! DIA TERLUKA KARENA KEJADIAN ITU! DIA SAKIT! DIA TERLUKA FISIK DAN BATINNYA! TEGA-TEGANYA KAMU MENGHUKUMNYA! SEHARUSNYA, ABANG DION YANG KAMU BALAS, BUKAN ADIK SAYA!! AAARGGHHTT," Gading berteriak sekuat yang ia bisa untuk meluapkan amarahnya.
Papi Ali sampai kewalahan membujuk Gading yang kini sedang mengamuk akibat kenyataan yang baru saja ia dengar. Kenyataan pahit yang membuat adik kesayangannya menjadi ajang balas dendam tidak tepat sasaran akibat ulah seseorang yang membuang semua masalah itu padanya sampai inilah yang terjadi saat ini.
Gading tidak menyangka, jika perbuatannya menolong Liliana, seseorang yang pernah mengakui persaaannya, tetapi Gading tolak karena sebuah alasan, menyebabkan adik kecilnya menaggung akibat itu.
Dirinya bukan tersangka kejahatan. Melainkan penolong, penyelamat serta seseorang yang menjadi saksi atas kejahatan yang Damian lakukan.
Gading histeris dengan terus mengamuk saat kenyataan dirinya ikhlas menolong orang malah di balas dengan kesakitan yang luar biasa untuk adik kesayangannya.
Gading tidak terima akan hal ini. Dirinya bukan penjahat. Dirinya penyelamat, lantas kenapa Bagas yang ternyata adik kandung Liliana sampai tega melakukan hal keji pada adiknya? Sungguh Gading tidak habis pikir dengan semua itu. Hanya karena setiap kali Liliana sadar, ia selalu menyebutkan nama Gading, adiknya jadi salah paham begini yang berujung petaka untuk Gading sekeluarga.
Papi Ali sampai menangis membujuk Gading yang kalap menghancurkan semua isi di dalam rumah itu. Rio terpaku di tempatnya melihat keadaan Gading yang begitu menyedihkan. Apalagi Bagas dan Dion. Keduanya lebih tertegun mendengar kenyataan yang ternyata tidak sesuai dengan yang mereka lihat dan mereka lakukan.
"Ja-jadi... Ba-bang Damian yang bersalah?" lirih Dion tidak bertenaga.
Ia jatuh terhenyak di kursi tempatnya duduk tadi. Begitu juga dengan Bagas. Dia lah yang lebih bersalah akan hal ini. Niat hati ingin balas dendam untuk sang kakak, malah berujung dendam dan salah sasaran.
Air matanya mengalir begitu saja di pipinya kala mengingat, betapa kejinya dirinya sempat memukuli Al hingga berulang kali dan memaksa baju yang melekat di tubuh itu untuk terlepas, bahkan dengan teganya Bagas sempat meremat buah sintal milik Al yang pas di genggaman tangannya dengan kuat hingga meninggalkan jejak telapak tangan di sana.
Al berteriak kesakitan kala itu. Bukan itu saja, ia juga sempat menelusupkan dua jarinya ke pusat tubuh Al hingga Al berteriak kesakitan. Dengungan suara kesakitan Al bergema di kepalanya. Bagas menggeleng. Tubuhnya menggigil. Ia menutup kedua telinganya sambil berteriak histeris.
"Argghht.. Tidakkk!! Aku terpaksa melakukanya! Maaf Al! Maaf.. Aarghtt.. Tidakk!! Arghtt.." kini dirinya pula yang berteriak karena tidak tahan dengan gaungan suara teriakan Al pada hari itu begitu jelas terdengar di telinganya.
Papa Bagas mendekati putranya dan memeluk putranya itu dengan erat. Gading menoleh padanya dengan wajah basah air mata masih dalam pelukan erat Papi Ali yang terus berbisik lirih melantunkan ayat suci di telinganya sebagai penenang untuknya.
Gading tertawa tetapi, air mata mengalir deras di pipinya. "Bagaimana, hem? Hiks.. Sanggup kamu mendengar raungannya yang menyedihkan itu? Sanggup kamu mendengar gaungan suara Al yang begitu kesakitan karena ulahmu? Hiks.. Apa salah adikku padamu? Aku tidak merusak kakakmu! Aku mencoba menyelamatkannya! Akulah yang menolongnya. Demi menjaga privasi kakakmu, aku sengaja mengatakan pada pihak rumah sakit jika aku ini calon suaminya. Dan bayi yang keguguran itu janinku! Hiks.. Tidak ku sangka, semua penyelamatan itu berujung malapetaka untukku! Hiks.. Sekiranya aku tahu akan begini, aku tidak akan pernah menolong kakakmu! Hiks.. Kenapa jiwaku ini di berikan jiwa sosial yang begitu tinggi? Hiks.. Papi? Kenapa Papi mengajarkan abang untuk menolong orang jika pertolongan itu berujung petaka untukku? Hiks.. Adikku, Pi! Alku! Alku menderita! Dan itu semua karenaku! Hiks.. Bunuh abang, Pi! Abang tidak sanggup untuk melihat luka Al, abang tidak sanggup! Biar abang saja yang menanggungnya, asal jangan Al," lirih Gading semakin tersedu di dalam pelukan papi Ali yang juga ikut merasakan sakit seperti yang putra sulungnya itu rasakan.
Papi Ali pun tidak menyangka, jika niat baik Gading menolong Liliana malah berujung malapetaka untuk putrinya, padahal waktu itu, saran darinyalah hingga Gading melakukan hal itu. Papi Ali semakin tersedu saat melihat Gading yang begitu terpuruk karena merasa bersalah.
Komandan Sam dan beberapa perwira lainnya terpaku di tempat saat mengetahui fakta yang sebenarnya. Motif pelecehan itu yang akhirnya terkuaklah sebuah rahasia yang Gading dan Papi Ali sembunyikan dari semua orang. Niat hati ingin menolong, malah malapetaka yang mereka dapatkan.
Kedua anak dan ayah itu saling tersedu dalam pelukan. Gading begitu terluka saat ini. Ia tidak menyangka jika kebaikannya di balas dengan keburukan hanya karena pengakuan darinya demi menutup rahasia yang Liliana tanggung seumur hidupnya.
Apa yang bisa mereka lakukan saat ini selain hanya bisa pasrah? Semuanya sudah terjadi dan apa yang sudah terjadi tidak mungkin bisa kembali lagi.
Solusinya hanya satu. Selesaikan masalah ini sampai tuntas dan hukum yang sudah bersalah agar ke depannya tidak ada lagi yang mengulangi hal yang sama.
Ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Belum tentu yang terlihat itu sesuai dengan kenyataannya. Terkadang, apa yang tersembunyi itulah kebenarannya. Menolong itu baik. Baik itu terang-terangan ataupun secara sembunyi-sembunyi.
Semuanya baik dan bertujuan mendapatkan pahala. Akan tetapi, ada kalanya mata manusia tidak seperti mata Tuhan yang lebih jeli. Mana yang baik dan mana yang tidak, Tuhan lebih tahu dari manusia itu sendiri. Terkadang yang baik jadi buruk dan buruk menjadi baik. Inilah yang terjadi bagi orang yang melihatnya dengan mata tanpa hati dan juga tidak mencari bukti sebelum melakukannya.
Semuanya sudah terjadi. Apa yang sudah terjadi, tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments