Gading tersenyum tipis melihat gelagat dari kedua pelaku pelecehan istrinya itu. Kedua sahabat Rio itu langsung duduk di meja makan berseberangan dengan Gading yang kini duduk tepat di hadapan keduanya.
Acara makan malam itu berlangsung khidmat. Akan tetapi, bagi kedua pelaku itu, tubuhnya sudah dibanjiri keringat saat tatapan Gading seakan mengoyak tubuh keduanya.
Papi Ali mengelus punggung Gading agar tidak menekan kedua pelaku itu. Takutnya, karena tatapan Gading itu keduanya akan kabur lagi. Gading tersenyum tipis dan mengangguk kecil pada sang papi yang juga tersenyum di sela-sela makan malamnya.
Jamuan makan malam itu tidak main-main. Mereka di suguhi makanan enak ala eropa. Sebab kedua orangtua Rio merupakan keturunan belanda asli dan ibu keduanya merupakan orang Indonesia.
Selesai dengan makan malam, semua orang berkumpul di sebuah ruangan khusus untuk membicarakan hal itu dengan mereka semua. Gading tetap diam. Ia menunggu bagiannya untuk berbicara.
Kedua orangtua sahabat Rio ketar ketir ketika salah satu perwira polisi masuk ke dalam ruangan itu. Tubuh kedua bocah itu semakin bergetar hebat.
"Selamat malam semuanya! Maaf, saya mengganggu acara makan malam kalian. Gading!"
Deg!
Spontan saja Gading menoleh pada perwira itu. Gading terkejut. Papi Ali menepuk lembut pundak putranya.
"Beliau sahabat papi dan Uwakmu. Sekarang, kami serahkan padamu. Ayo!" titahnya pada Gading yang masih mematung melihat seorang pria paruh baya yang dulu pernah ia datangi rumahnya karena putrinya.
"Nak?" tegur papi Ali lagi karena melihat putra sulungnya itu terdiam dengan menatap lekat pada Komandan Sam.
"Eh. Iya, Pi! Abang kesana!" jawabnya segera beranjak dan menuju ke tempat di mana Komandan Sam berada.
Komandan Sam tersenyum hangat padanya. "Bagianmu," katanya sambil berlalu dan duduk di kursi yang sama dengannya duduk tadi bersama papi Ali.
Gading mendekati ketiga pemuda yang kini menunduk tidak ingin melihat padanya. Gading ingin mencari tahu dulu penyebabnya hal nahas itu. Pasti ada sesuatu di balik semua itu. Dan malam ini, Gading akan tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Takkan ada api tanpa asap yang lebih dulu menyala di sana. Inilah yang ingin Gading tahu. Ia ingin mengetahui motif kedua pemuda itu sampai menyuruh Rio untuk menodai istrinya.
Gading menatap lekat padanya. "Kenapa kalian kabur saat saya datang kesana?" pancing Gading langsung pada intinya.
Komandan Sam mengernyitkan dahinya bingung dengan pertanyaan Gading.
"Kenapa kalian kabur jika kalian tidak bersalah? Bukankah waktu itu, kalian hanya bertugas memegang dan merekam saja? Yang berbuat adalah Rio?" pancing Gading lagi yang membuat kedua pemuda itu mendongak melihatnya.
Rio pun demikian.
"Jelaskan! Sebelum saya membebaskan kalian berdua!" pancing Gading lagi. Wajahnya begitu serius terlihat saat ini.
Komandan Sam tersenyum tipis.
"Abang tidak bohong?" tanya salah satu pelaku yang bernama Dion itu.
Gading menggeleng.
"Cih! Mana kita percaya dengan ucapanmu! Saat adikmu berhasil di jebol Rio saja kamu seperti orang kesetanan? Apalagi kalau kamu tahu apa alasan kami menyuruh Rio melakukan itu!" ucapnya sinis yang membuat tangan Gading ingin sekali meninju wajah tidak merasa bersalah itu.
Gading tersenyum. "Saya belum tahu apa motif kalian berdua dengan menyuruh Rio. Jika Rio sendiri sudah menjelaskannya. Bisa kalian jelaskan? Kenapa sampai tega berbuat asusila seperti itu pada adikku?"
"Karena kami membenci adikmu!"
Deg!
"Gas!" seru Rio pada sahabatnya itu karena terkejut dengan ucapan sahabatnya itu.
Gading tersenyum lagi. "Benci? Benci kenapa? Apakah adik saya pernah membuat masalah dengan kalian berdua?"
"Adik kamu tidak membuat masalah dengan kami! Akan tetapi, kelakuannya yang sok alim dan sangat baik itu membuat kami muak padanya! Kau tahu bang Gading? Adikmu itu tidak sepolos yang terlihat! Munafik! Mura han!"
Deg!
Deg!
Terkejut Gading mendengarnya. Jantungnya berdegup tidak karuan saat memikirkan sesuatu.
"Mura han katamu? Dari segi apa sampai kamu menuduh adik saya mura han?" tanya Gading masih dengan tenang, padahal darahnya berdesir hebat saat ini. Takut, pikirannya itu benar adanya.
Pemuda yang bernama Bagas itu tertawa keras dengan angkuhnya. "Alkira, adikmu itu gadis termurah yang pernah kita lihat! Dia bermanja denganmu, tetapi dia mengobralkan tubuhnya pada laki-laki dewasa sebaya dirimu! Kami bertiga melihatnya sendiri saat di dapur restoran waktu itu! Kami sengaja melakukan hal ini untuknya. Bukankah dia sudah tidak suci lagi bang Gading?" ucap Bagas yang membuat semua orang terkejut dengan ucapan Bagas baru saja.
Gading tertawa. "Darimana kamu tahu jika adik saya tidak suci lagi? Tanyakan pada Rio, benar jika adik saya tidaksuci lagi? Apakah tuduhan Bagas benar adanya Rio?"
Rio yang ditanya menggeleng. "Pertama kali aku menyentuhnya, Al masih tersegel. Ia masih perawan. Akulah yang merusaknya. Ya, walau tidak sepenuhnya sih. Tetap saja, selaput itu robek." Aku Rio dengan jujur.
Gading mengangguk-ngangguk. Sementara Bagas menelan ludahnya kasar.
"Ada hal lain! Saya tahu itu! Jelaskan, atau saya cari tahu dengan cara saya sendiri? Kamu ingin mengakuinya atau saya yang membuatmu mengakui Bagas Putra Dewantara?! Kenapa kamu begitu membenci adikku? Apakah ada hal yang tersembunyi hingga kedua temanmu tidak tahu?" lagi dan lagi Gading memancing sesuatu yang tersembunyi yang membuat jantung semua orang berdegup kencang menunggu jawaban Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Astiti
ceritanya makin asik
2023-11-07
2