Egnor bersama ayah dan aunty-nya keluar dari bandara dan menggunakan kacamata hitamnya karna siang hari di Honolulu begitu terik. Dia tidak langsung pulang. Dia harus bertemu dengan Claudia di kantor pengacaranya. Dia juga harus berbicara pada Grace dan Frank mengenai masalah Claudia.
"Dad, kau pulanglah dengan taxi ini bersama aunty. Sebentar, Frank akan menjemputku." Kata Egnor memberhentikan taxi yang melintas di depan bandara.
"Baiklah, sampai ketemu di rumah. Atau kau akan mengerjakan sesuatu sehingga menginap di apartemenmu?" Johanes memastikan sebelum menaiki taxi yang didahulukan oleh Anne.
"Ya Dad, nanti akan kukabari aku pulang atau tidak." Jawab Egnor menepuk pelan punggung ayahnya.
"Titip salamku pada Claudia. Katakan padanya, Viena menitip salam dan dia diundang pada pernikahan Viena nanti jika berlangsung!" Pesan Johanes menaiki taxinya.
"I know dad!" Tutur Egnor singkat dan membantu ayahnya menaiki taxi lalu menutup pintu mobil berwarna kuning itu. Hatinya sedikit bergetir mendengar nama Claudia. Dia sangat merindukan wanita itu mengingat mendengar suaranya yang penuh kepanikan kemarin.
Dia menatap sinar matahari yang begitu menyengat matanya meskipun ia sudah menggunakan kacamata hitam. Apa yang sedang kau lakukan sekarang, Clau? Pikir Egnor dalam hati. Tak berapa lama Frank tiba menjemputnya. Egnor menaiki kursi depan dan melepas kacamata hitamnya.
"Bagaimana Frank?" Tanya Egnor to the point.
"Nicolas malah memberikan ancaman baru, Tuan." Jawab Frank yang mengetahui maksud tuannya.
"Ancaman apa?"
"Dia menunjukan video Tuan Jack Gie, paman dari Claudia sedang melakukan pelecehan pada gadis belia. Dia hendak menunjukannya pada Claudia agar Claudia mau menuruti apapun yang ia inginkan. Kalau Claudia tidak menurutinya, dia akan menyerahkan video tersebut kepada pihak berwajib untuk menuntut Tuan Jack." Tutur Frank membuat Egnor melirik tajam wakil direktur kantor pengacaranya itu.
"Joe sudah membayar lunas semua hutang dan bunga Tuan Jack namun dia seperti ingin memiliki Claudia. Sekedar info Tuan, Nicolas juga merupakan mucikari kelas kakap di Honolulu ini. Dia dilindungi orang orang yang menyuruhnya mencarikan wanita wanita bayaran padanya." Tambah Frank.
Egnor menarik napas. Wanitanya dalam bahaya. Dia harus melakukan sesuatu. Namun, dia tidak boleh salah melangkah. Dia bukan orang satu satunya terhebat di Honolulu.
"Untuk sementara terus awasi dia. Aku benci mengusut kasus prostitusi. Tidak akan ada ujungnya. Berikan pengawasan juga untuk Claudia. Aku tidak mau terjadi apa apa dengannya. Kau mengerti?" Akhirnya itu yang Egnor perintahkan.
"Baik Tuan!"
Dia tidak boleh gegabah. Dia tidak mau berurusan dengan orang orang di belakang Nicolas. Dia yakin kalau orang orang itu mungkin salah satu client nya. Selama Nicolas belum berbuat macam macam pada Claudia dia akan membiarkannya terlebih dahulu.
Mereka lalu tiba di kantor pengacara dan Egnor langsung menuju ruang kerjanya sementara Frank memarkirkan mobilnya di basement.
"Dimana Claudia, Grace?" Tanya Egnor menyeruak masuk dan melihat Claudia tidak pada meja kerjanya.
"Dia kembali pergi setelah mendapatkan uang lembur waktu itu Tuan. Aku mau mengikutinya namun aku ingin bertemu denganmu untuk memberitahumu apa yang kudapat setelah satu hari kemarin mengawasinya Tuan." Jawab Grace beranjak dari duduknya dan berdiri di depan meja kerja tuan nya.
"Katakan Grace!"
"Ya, Claudia kemarin menuju ke bank setelah ia menerima telepon yang mencurigakan Tuan. Katanya dari temannya, tapi yang kudengar dia memanggil paman. Aku sudah bertanya pada manager bank tersebut dan ternyata dia mengirim uang untuk seorang pria bernama Jack Gie. Begitulah nama rekening yang menjadi tujuan Claudia." Grace melaporkan dengan detail.
"Jack Gie?" Egnor menyipitkan matanya. Dia mengingat Frank mengatakan nama yang sama tadi. Ternyata Jack benar berhubungan dengan Claudia. Pikirnya.
"Ya, Jack Gie. Mungkin dia masih ada hubungan dengan Claudia mengingat nama belakang Claudia juga Gie, Tuan?" Grace meyakinkan.
"Dia pamannya Claudia." Jawab Egnor singkat.
Bersamaan dengan itu Frank memasuki ruangan. Egnor mengusap wajahnya kasar. Dia cukup frustasi mendengar permasalahan Claudia yang menggunung dan wanita itu bahkan tidak mengatakannya sedikitpun. Dia jadi sangat merindukan wanita itu.
"Ada apa Grace?" Frank yang menyadari kegusaran hati bos nya bertanya pada tunangannya.
"Claudia mengirimi uang untuk pria yang bernama Jack Gie. Apa kau tahu?" Cerita singkat Grace. Frank menjadi mengerti apa yang menggandrungi pikiran tuannya.
"Sepertinya dia sumber permasalahan semua ini Tuan. Apa perlu ku selidiki, Tuan?" Tawar Frank.
"Ya selidiki dengan cepat Frank!" Jawab Egnor menuju pantry kecilnya untuk menegak segelas air putih.
"Baik Tuan! Permisi saya akan menghubungi kantor pengacara di Oriental." Frank segera menjalankan perintah tuannya.
"Frank, tunggu!" Egnor berbalik dan menuju ke meja kerjanya lagi. Frank masih menunggu perintah tuannya.
"Lacak keberadaan Claudia sekarang!" Perintah Egnor menggabungkan kedua tangannya.
...
"Piuft, sudah habis semua uangku. Sekarang aku hanya mengharapkan uang harian dan stok makananku di kulkas. Untung untung Kak Egnor mengajakku makan, hihi.. kapan dia pulang ya? Aku sangat merindukannya." Gumam Claudia duduk di kursi tunggu halte bus di depan bank.
Dia tidak menunggu bus. Dia sedang meratapi nasibnya. Dia tidak menyangka kalau bibinya akan sakit sepeninggalnya. Dia belum bicara pada bibinya. Jika pamannya menghubunginya, dia akan meminta pamannya untuk berbicara pada bibinya.
Dia beranjak sesaat menatap matahari siang yang begitu menyengat. Dia harus berjalan menuju kantor pengacara. Dia berharap Egnor belum kembali meskipun ia sangat rindu. Kalau hanya menghadapi Grace itu hal mudah. Claudia terkekeh mengingatnya. Dia lalu menjajaki kakinya menyusuri trotoar dan merasakan terik matahari namun seketika dia merasa ada sebuah bayang bayang di belakangnya. Bayang bayang tersebut seperti menutupinya dari sinar matahari yang menyoroti kepalanya. Dia menoleh dan melihat sesosok pria mengenakan jas lengkap dengan tangan di sakunya.
"Kak Egnor?" Panggil Claudia dan membalikan tubuhnya memandang sumringah pria yang kini menetap di hatinya.
"Hay!" Sapa Egnor tersenyum tipis.
"Kau sudah pulang kak? Mengapa tak memberitahuku?" Tanya Claudia menyipitkan matanya.
"Aku baru saja pulang mau ke kantor dan lewat sini tak sengaja melihatmu berjalan seperti tak tentu arah, ada apa?" Jawab Egnor berbohong. Frank sudah melacak keberadaan Claudia dan memberitahu posisinya kepada tuannya. Egnor langsung membawa mobilnya menuju ke bank dan ternyata melihat Claudia sudah duduk di halte depan bank.
"Tidak apa apa kak, aku habis dari bank. Menabung." Jawab Claudia juga berbohong. Dia menundukan kepalanya menyembunyikan wajahnya, takut Egnor merasakan kegundahan yang ia rasakan.
"Menabung?" Egnor mendelikan alisnya.
"Ya, menabung untuk masa depan." Jawab Claudia lagi linglung sambil kakinya menendang nendang batu batu kecil di dekat kakinya.
"Baiklah, lalu untuk apa kau berjalan? Kau tidak menaiki bus?" Tanya Egnor lagi bermaksud mengorek ngorek, siapa tahu Claudia berbicara tanpa sadar tapi ternyata Claudia berpikir lebih cepat untuk menjawab dengan baik semua penyelidikan sang pengacara yang lihai.
"Engg, aku hanya ingin menikmati jalan jalan ini, mengingat kau belum pulang, jadi aku agak memperlambat hihi, maafkan aku kak.."
Benar kan? Claudia menjawab dengan sangat tenang sambil memberikan gurauan pada Egnor.
"Aneh! Menabung namun tidak menyisihkan sedikit uang untuk menaiki bus!" Decak Egnor menyindir Claudia dan menatap jalan besar. Egnor memicingkan matanya karna terik sinar matahari yang keterlaluan.
Claudia terdiam. Dia merasa bersalah untuk selalu membohongi Egnor. Entah kapan dia berani menceritakan semuanya.
"Ini sudah siang. Kau sudah makan siang?" Tanya Egnor lagi dan kini untuk memperhatikan wanitanya itu.
"Belum!" Jawab Claudia namun dia menutup mulutnya seperti tak sadar mengatakannya.
"Maksudku sudah kak!" Claudia membenarkan. Egnor pasti akan curiga jika sesiang ini dirinya belum makan siang. Egnor menggelengkan kepalanya dan berbalik.
"Claudia, Claudia, kau mau membohongi pengacara sepertiku! Cepat naik ke mobil kita makan siang!" Perintah Egnor menuju ke mobilnya yang diikiti Claudia dari belakang.
~Benarkan? Aku bisa makan siang ditraktir kak Egnor, hihi!~ gumam Claudia dalam hati sambil terkekeh pelan.
...
Mereka memasuki restoran bergaya oriental yang agak eksklusif. Ruang makan mereka seperti bilik bilik kayu sederhana namun elegan. Restoran ini dirancang bagi mereka yang menginginkan privasi untuk menikmati santapannya. Claudia cukup takjub menyusuri koridor restoran tersebut menuju ke bilik ruangan yang diinginkan Egnor. Seorang pelayan menunjukan ruang biliknya.
Egnor sudah memesan beberapa macam shusi, dua mangkuk udon dan green tea karna Claudia hanya menjawab apapun ketika Egnor menanyai ingin memesan apa.
"Kak, memang tidak bisa makan di tempat tempat biasa? Ini pasti sangat mahal!" Claudia berdecak kagum yang masih memperhatikan ornamen bilik ruangan yang berwarna coklat muda bercampur coklat tua.
"Lebih baik uangnya untukku agar aku tidak nelangsa lagi.." gumam Claudia lagi pelan dan ternyata Egnor mendengarnya.
"Ehem, apa katamu Clau?" Egnor berdehem menanggapi gumaman Claudia.
"Ah tidak kak! Aku hanya kagum dengan semua design restoran ini. Begitu privasi dan elegan. Eh, mengapa kau mengajakku kesini? Kau tidak sedang berpikir macam macam kan kak?" Tiba tiba Claudia memandang Egnor menggoda namun menutup dadanya dengan kedua tanganya.
"Kau mau?" Tanya Egnor balik menggoda.
"Kau tidak lihat di pojok sana terdapat cctv?" Claudia melirik ke arah cctv di pojok atas ruangan.
"Aku bisa mengakalinya, kau mau coba?"
"Halah, tempat ini begitu sempit kak, kita tidak akan leluasa melakukannya! Nanti saja di apartemenku!" Jawab Claudia menarik turunkan alisnya seraya menanggapi godaan pengacara cinta nya itu.
"Em, jadi kak bagaimana keadaan Viena? Kau sudah menyampaikan salamku padanya?" Tanya Claudia menopang dagunya dan menatap Egnor.
"Ya, aku sudah menyampaikannya. Dia juga titip salam untukmu." Jawab Egnor dan ikut menatap Claudia.
"Ada apa kak? Mengapa kau memandangku seperti itu?" Tanya Claudia yang merasa tatapan Egnor memburunya.
"Bagaimana keadaan Paman dan Bibimu? Bukankah kemarin kau tinggal bersama mereka? Kau tidak menghubunginya, hah?" Egnor balik bertanya membuat Claudia menampilkan mimik tegang dan tak percaya kalau Egnor menanyakan hal ini. Egnor sengaja menanyakan ini berharap Claudia berbagi masalahnya kepadanya. Namun, nampaknya Claudia tak ada niatan untuk mengatakannya.
"Hah? Paman dan Bibiku? Mereka, mereka baik baik saja kak!" Jawab Claudia agak terbata. Dia lalu menundukan kepalanya dan memikirkan bibinya yang saat ini sedang sakit. Ingin rasanya ia memberitahu Egnor namun mengapa sangat tertahan.
Bersamaan dengan itu, Frank menghubungi Egnor.
"Ya?"
"Tuan, Joe baru mengetahui, katanya wanita tua yang menyarankan Claudia bekerja denganmu, Bibinya Claudia sedang sakit dan di rawat di rumah sakit Tuan. Satu pekerja kantor pengacara kita di Oriental yang aku tanyakan juga mengatakan sudah hampir satu bulan ini kedai roti itu tutup. Dia mengatakan lagi pemilik kedai tersebut sedang sakit. Tidak salah lagi, itu Bibi dari Claudia, Tuan. Nyonya Siren Gie." Kata Frank di sebrang sana.
"Ehem!" Egnor berdehem sesaat. Dia tidak menyangka ternyata Claudia menyembunyikan semua kecemasan terhadap bibinya padanya. Dia menatap Claudia yang masih menundukan kepalanya dan tampak muram. Egnor benar benar merasa wanita yang di depannya ini sungguh luar biasa kuat.
"Terus selidiki lebih dalam sekarang! Temui aku di apartemen ku satu jam lagi." Hanya itu balasan Egnor dan menutup panggilan. Tak lama makanan mereka datang.
Mereka makan dalam diam dengan tatapan Egnor yang tak berpaling memandang wajah Claudia yang tampak sendu dan muram.
Setelah selesai makan, ketika mereka keluar dari bilik, Egnor menggandeng tangan Claudia keluar dari restoran. Jantung Claudia berdegup merasakan tangan Egnor yang mampu meraup semua tangan kecilnya. Ada sedikit ketenangan menggandrungi Claudia yang memikirkan biaya rumah sakit Siren.
Egnor lalu menurunkan Claudia di depan gerbang gedung kantor pengacaranya. Tanpa mengatakan apapun Egnor langsung menuju apartemennya. Claudia memandang mobil Egnor yang menjauh dengan hati perih. Ingin sekali ia menahan Egnor lalu memeluk dan bersandar pada Egnor namun nampaknya ada urusan penting yang harus Egnor kerjakan, pikirnya. Akhirnya, ia kembali ke ruang kerjanya.
Sesampainya di apartemen, Egnor langsung menyeruak masuk karna ia yakin Frank sudah di dalam. Frank memiliki kunci cadangan apartemen Egnor.
"Beliau sakit apa?" Tanya Egnor tampak gusar.
"Endokarditis, infeksi lapisan jantung." Jawab Frank. Seketika Egnor mengingat almarhum ibunya.
"Apakah parah?"
"Sepertinya sudah terjadi komplikasi ke otak dan kerusakan pada ginjal, Tuan." Tambah Frank.
"Oh God!" Egnor memegang dahinya. Dia benar benar trauma dengan penyakit yang mengarah pada komplikasi. Dan semua ini sedang ditanggung oleh wanita yang ia cintai.
"Begini, segera kau buat rekening atas nama Jonathan untuk membayar semua biaya penanganan rumah sakit Nyonya Siren. Lakukan dengan rapi, jangan sampai ada yang mengetahui kalau ini perintahku! Dan kau harus menemui dokter yang menangani beliau agar memberikan penanganan yang terbaik bagi Bibi Claudia itu, jangan sebutkan namamu, hanya ada nama Jonathan, Kau mengerti?" Perintah Egnor menatap tajam dan tegas Frank.
...
...
...
...
Set dah Clau kuat amat dikau?!
Aku mah no way dah 😭😭
.
Next part 17
Hal apa lagi yang Egnor untuk meringankan semua masalah Claudia?
Staytune jan kemana mana 😝😝
Tetap favoritkan novel ini, vii janji akan buat semakin menarik 😎😎
.
Biasa ya hehe jangan lupa LIKE dan KOMEN untuk kisah perjalanan cinta EgClaud 😁😁
Kasih RATE dan VOTE di depan profile novel
Kasih TIP juga boleh monggo 😇😇
.
Oke thanks for read and i love you 💕💕
Mohon maaf jika ada kesalahan pengetikan typo karna sejatinya kesempurnaan hanya milik Tuhan 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Feby Andrea Arifa
kasihan nasib Claudia ..
2020-09-26
1
Lili Hindratno
luv u egnor
2020-09-14
1
Mariyati Pasaribu
hancur hati adk Thor... kasihan clau..bibi sakit, Pama sibuk di meja judi..
2020-08-19
3