Claudia kembali dari kamar kecil setelah merapikan dirinya. Dia menjadi lebih pendiam dan tidak memperhatikan Egnor yang juga berkutit dengan pekerjaannya. Claudia menuju patry untuk membuat minumannya sebelum ia kembali bekerja. Tak berapa lama Grace kembali membawa tumpukan fotocopy yang hendak ia siapkan untuk presentasi nanti malam. Claudia yang tidak lagi berhasrat untuk menggoda Egnor membantu Grace menyiapkan bahan presentasi.
"Claudia! Cepat hubungi Lexa kalau aku bersedia membantunya!" Perintah Egnor tanpa memalingkan pandangannya pada berkas berkasnya.
Claudia akhirnya menyadari kalau dirinya harus profesional. Kejadian tadi karna terbawa suasana saja tida lebih.
"Baik Tuan!" Claudia menuju telepon kabel Grace untuk menghubungi Lexa dan memberitahu persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk penanganan kasus ini.
Egnor mendengarnya pelan. Claudia sudah mengetahui semua persyaratan pengajuan kasus. Padahal waktu itu Egnor hanya memberitahunya satu kali. Entah, kepintaran apa lagi yang membuat dirinya makin mengagumi wanita itu.
Egnor melihat ke arah Claudia yang masih berbicara dengan Lexa via telepon. Grace memperhatikan tuannya dengan tersenyum kecil.
"Grace! Berikan dia data pembelian tanah ayahku di pinggiran Honolulu dan suruh dia buat transaksi pembeliannya secara rinci! Kirim email padaku malam ini juga sebelum pukul 7 malam!" Perintah Egnor yang semakin gemas dengan Claudia yang menyimpan banyak rahasia.
"Eng, tapi Tuan, bukankah Frank sudah membuatnya? Laporan transaksi itu sudah kau setujui dan tinggal di survey Tuan. Tuan Besar Jovanca juga sudah menerimanya. Dan, sekarang Tuan Besar meminta anda secepatnya mensurveynya Tuan." Jawab Grace sedikit terbata dan takut tuannya akan meledak.
"Kau hebat sekali Grace! Mulai besok kau gantikan tugasku iya?!" Kata Egnor pelan namun sangat mengena di hati Grace.
"Bukan begitu Tuan --" sela Grace hendak berkeringat.
"Kerjakan!" Perintah Egnor lagi.
"Ba - baik Tuan.." jawab Grace menuju lemari kaca penyimpanan berkas berkas.
~Sabar sabar demi pernikahanku, di mana lagi aku bisa mendapatkan gaji sebanyak ini selain bekerja bersama si Tuan tidak jelas itu!~ umpat Grace dalam hati.
Sebenarnya, dia agak kasihan dengan Claudia yang selalu menjadi pelampiasan marah tuannya itu. Namun, Grace memperhatikan Claudia juga terkadang yang memancing. Grace agak membantah karna pengerjaan laporan transaksi tersebut membutuhkan waktu yang lama. Frank mendapatkan 2x revisi dari Egnor dan Johanes. Lalu, bagaimana dengan Claudia yang hanya tamatan diploma.
"Ada apa Grace? Sepertinya seringaian srigala itu terpampang lagi.." kata Claudia terkekeh.
"Sssttt! Dia bisa mendengarnya." Bisik Grace dan benar, Egnor kini sedang bersandar di kursi kerjanya dan memandang Claudia sangat tajam. Claudia yang melihatnya tertunduk. Dia masih takut dengan kejadian tadi.
Ternyata Egnor yang sekarang agak sedikit buas pikirnya. Dia harus lebih berhati hati dalam merayunya.
"Ada apa Grace? Kau membuatnya kesal?" Bisik Claudia sangat pelan.
"Tidak! Aku malah curiga kau yang membuatnya! Ini kau kerjakan ini. Ini data pembelian tanah Tuan Besar Jovanca. Kau harus membuatkan laporan transaksinya secara rinci Clau." Kata Grace pelan pelan.
Claudia melihatnya. Claudia seperti mengingat sesuatu. Sepertinya dia pernah melihat laporan keuangan ini. Dia lalu menatap Egnor lagi dan menyipitkan matanya.
"Ada apa? Kerjakan dan berikan padaku malam ini via email! Aku pulang!" Kata Egnor menyeringai. Dia lalu melewati meja kerja Grace dan keluar dari ruangan.
"Grace! Ada apa dengannya?! Bukannya Frank sudah membuatnya? Semua sudah selesai kan? Tinggal mengadakan survey dan pembangunan kan? Aku melihat laporan itu! Aku tidak mau membuatnya!" Claudia menggerutu. Dia lalu duduk di kursi Grace, melipat tangannya dan wajahnya masam.
Grace menggaruk garuk pelipisnya. Dia benar benar bingung dengan sikap pasangan pengacara dan asisten ini. Sejak kedatangan Claudia, Egnor memang terkesan selalu marah marah dan menumpahkan kekesalan pada Claudia. Egnor juga sering menyuruh Claudia melakukan hal yang sebenarnya bukan urusan Claudia. Salah satunya seperti membenahkan dasi tuannya itu. Jika ada kesalah sedikit, dia menyuruh Claudia yang memakaikannya. Tidak wajat menurut sekertaris Egnor itu.
"Claudia, bersabarlah. Kerjakan saja, nanti dia akan memberikanmu bonus." Grace mencoba merayu karna kalau Claudia tidak mengerjakannya, dia yang akan kena amukan atasannya.
Claudia menarik napas. Dia akhirnya kembali ke meja kerjanya dan mengerjakan apa yang diperintahkan bos tercintanya.
"Untung aku mencintainya. Hal seperti ini adalah hal yang sepele!" Dengus Claudia pelan dan mulai mengerjakannya.
Waktu terus berjalan dan sudah menunjukan pukul 7 malam. Sedikit lagi penjumlahan dan Claudia menyelesaikannya. Di luar sudah tampak gelap. Grace menemani Frank melakukan persentasi di lantai bawah ruang kerjanya. Claudia segera mengirim hasil laporannya ke email Egnor.
"Selesai! Sekarang aku akan pulang! Semua pekerjaan tidak masuk akal ini membuatku lapar!" Decak Claudia dan bersiap untuk pulang. Namun, nampaknya dia harus mengundur sebentar karena Egnor membalasnya.
📝Egnor.Victor@Eg.com
INI SALAH! BIAYA PAJAK DAN AKTA JUAL BELI HARUS DIPISAH! MENGAPA DIGABUNG! ULANG DAN KIRIM LAGI!
Begitulah pesan sang pemimpin firma hukumnya. Claudia mendelik. Claudia hampir mati kesal dan langsung menghubungi atasannya itu.
Claudia menelepon tapi tidak ada jawaban. Akhirnya dia membenarkannya lagi sambil menebar umpatan kepada atasannya yang dia anggap tidak masuk akal. Dan ketika selesai Claudia mengirimnya lagi.
Karna perutnya sudah berbunyi tak karuan, dia sudah tidak peduli lagi. Dia langsung mematikan komputernya dan beranjak dari tempat kerjanya. Dia tidak peduli sudah benar atau belum. Besok dia akan menghadapi atasannya itu.
...
Pagi hari Egnor sudah disibukan dengan sebuah kasus pembunuhan di bilangan salah satu apartemen terkenal di pusat kota Honolulu. Pembunuhan melibatkan seorang artis terkenal dan teman tidurnya. Orang tua artis tersebut menuntut keras perbuatan keji kekasih dari anaknya.
"Cepat minta cctv apartemen! Minta data data pelaku, latar belakang, pendidikan, alamat, dan tempat yang biasa dia datangi! Dan kemana Claudia?! Ini sudah jam berapa?! Seharusnya dia yang menyiapkan semua ini!" Perintah Egnor sedikit menaikan nadanya ketika menyebut nama Claudia.
Semalam wanita itu disibukan oleh memasak, mencuci pakaian, dan membenarkan lagi laporan transaksi yang Egnor inginkan. Pada kenyataannya laporan tersebut masih salah. Egnor menghubunginya malam malam dan mengatakan kalau penghitungannya kurang benar. Dengan cahaya lampu yang agak minim pada apartemen mininya, dia mengerjakan dengan ketekunan juga dengan menggunak komputer tua yang ada di apartemennya.
Claudia memakan waktu lama untuk mengerjakannya, jadi dia pun menjadi kurang tidur sehingga dia bangun terlambat. Claudia memasuki ruangan pukul 09.30 membuat Grace dan Frank menatap kasihan dirinya karna pasti akan mendapat amukan dari Tuannya.
Sedangkan Egnor menatapnya tajam. Dia menarik napas.
"Suruh dia yang mengerjakan semuanya dan ikuti aku!" Perintah Egnor pada Grace tanpa memalingkan tatapannya ke Claudia. Dia lalu melewati meja kerja Grace dan melewati Claudia yang menatapnya heran.
"Ppsstt Grace, ada apalagi dengannya?!" Tanya Claudia polos.
Frank terkekeh dan Grace memukul dada kekasihnya.
"Claudia, kerjakan ini dan ikuti dia! Hari ini ada kasus pembunuhan dan saat ini juga dia harus menemui pelaku, cepat cepat!" Kata Grace menyerahkan berkas laporan dan rincian yang dibutuhkan Egnor.
"Gunakan ini untuk mencari tahu rincian yang dikehendaki Tuan Egnor!" Tambah Grace memberikan sebuat ipad mini.
Tanpa bertanya lagi Claudia meraihnya dan mengejar Tuannya yang entah sudah sampai mana. Ternyata Egnor menunggu di lift.
"Se-selamat pagi Tuan, maaf saya terlambat." Sapa Claudia yang akhirnya dapat menyusul Egnor.
"Bagiku ini sudah siang! Pemalas!" Umpat Egnor dan ting! Pintu lift terbuka. Mereka berdua masuk ke dalam.
Claudia mulai mengerjakan apa yang diperintahkan Egnor dengan mencari data pelaku di internet terlebih dahulu. Namun, karna banyaknya kertas yang Claudia pegang, dia menjatuhkannya beberapa. Ketika Claudia hendak mengambil, Egnor pun tanpa sadar juga hendak mengambilnya dan dahi mereka bersentuhan. Mata mereka bertatapan dan ada getaran hangat yang menyantuni hati mereka masing masing, namun tak lama Egnor kembali menegakan diri.
"Di mobil saja kau kerjakan! Tidak usah mencari perhatian di depanku!" Decak Egnor membuat Claudia melipat lipat bibirnya dan mengambil beberapa kertas nya yang jatuh.
Sesampainya di mobil Claudia langsung mengerjakannya. Sesaat Egnor suka mencuri curi melihat Claudia yang tampak manis ketika sedang serius melakukan sesuatu. Dia juga beberapa kali meneguk ludahnya karna melihat paha mulus Claudia yang mengenakan rok mini.
Terkadang, ketika Claudia sadar, Claudia mengedipkan matanya pada Egnor sehingga membuat Egnor salah tingkah dan memalingkan wajahnya ke arah luar mobil.
"Tuan! Ini semua data yang anda butuhkan, selamat bekerja!" Kata Claudia memberikan data data pelaku kepada Egnor sebelum pria itu menemui pelaku di kantor polisi.
"Yayaya! Kau tunggu sini jangan kemana mana!" Kata Egnor tanpa mengucapkan terimakasih yang sudah mulai terbiasa oleh Claudia. Claudia mengangguk dan duduk di depan ruangan tahanan baru di kantor polisi.
Tak berapa lama Claudia menunggu, ada sepasang mata pria yang menatapnya sangat seksama. Claudia menyadari dan sepertinya ia mengenalnya. Dia lalu memalingkan wajahnya. Dia berdiri dan hendak keluar dari kantor polisi. Namun, sepertinya pria itu mengikutinya.
"Dapat! Kemana saja kau selama ini?!" Pria itu berhasil meraih tangan Claudia ketika di luar kantor polisi.
"Jangan macam macam! Ini di kantor polisi! Aku bisa berteriak kapanpun!" Ancam Claudia menghempaskan tangan pria yang usianya skitar 40 tahunan.
"Mana pamanmu?! Dia bahkan belum melunasi bunganya!" Kata pria tersebut.
"Kau bisa membohongi pamanku tapi tidak membohongiku! Semua sudah lunas, kau jangan meminta lagi! Sebaiknya kau pergi dari sini, jangan mengangguku!" Kata Claudia bengis.
"Hem! Sombong sekali kau! Kulihat tadi kau bersama Tuan Jovanca kan? Kau siapanya? Simpanannya?!"
Dan, pak! Claudia menampar keras pria itu.
"Jaga ucapan anda! Aku bisa saja menuntutmu atas ketidak adilan terhadapku dan pamanku!" Claudia menunjuk kasar wajah pria itu dan kembali masuk ke kantor polisi.
"Claudia! Tunggu saja, aku akan meraup keuntungan besar dari kekasihmu Tuan Egnor, hahahaha!" Teriak pria itu tanpa malu malu.
Sementara Claudia sudah kembali duduk menunggu Egnor dengan mengepalkan kedua tangannya. Dia bertemu dengan rentenir yang megharuskan dirinya pergi luntang lantung seperti ini. Apa yang harus dia lakukan jika Egnor mengetahuinya?! Claudia benar benar panik. Kringatnya mulai bercucuran. Dia menyadari kalau dia seperti ini karna prilaku pamannya sehingga dia seperti buronan padahal dia tidak melakukan apapun.
"Claudia! Kau kenapa?!" Egnor menyadari dengan menepuk bahu asistennya itu.
Claudia tersadar. Dia mendongakan wajahnya ke Egnor yang sudah memucat.
"Kau kenapa? Mengapa wajahmu pucat pasi begitu? Kau sudah tahu ya kesalahan apa yang kau buat?!" Tanya Egnor lagi berasumsi.
Claudia langsung berdiri ketika terdapat kesalahan lain yang ditemukan Egnor. Dia mengesampingkan sesaat masalah pamannya.
"Ada apa Tuan?! Di mana letak kesalahanku?!" Tanya Claudia menerima berkas yang Egnor berikan.
"Cih! Seharusnya aku memang tidak terlalu mengandalkanmu!" Decak Egnor dan meninggalkan Claudia menuju ke mobil. Claudia menyusulnya dan mereka kembali ke kantor terlebih dahulu.
"Jika besok kau tidak datang tepat pukul 08.30, kau tidak usah datang! Besoknya lagi saja kau kembali! Jika terus kau telat, ya kau tidak usah datang! Tenang saja, aku akan tetap menggajimu, Clau! Gaji bulananmu tidak ada apa apanya bagiku ketimbang kesalahan yang kau buat pagi ini! Semua data yang kau berikan padaku salah! Terbalik! Bagaimana kau bisa membaca tersangka menjadi korban dan korban menjadi tersangka! Kau ini bodoh atau buta atau apa Clau?! Kau tidak serius! Kau hanya menggoda, merayu, bergosip! Aku tahu apa yang kau lakukan dengan Grace! Aku tidak mau lagi terulang memalukan seperti ini! Bersyukurlah aku Egnor Victor tamatan Doctor jadi aku bisa mengatasi kesalahan asistenku yang hanya tamatan diploma." Egnor meledak. Dia benar benar terkejut ketika Claudia mencari data data korban bukan pelaku yang hendak ia temui.
Mungkin, karna Claudia kurang tidur dan terburu buru jadi dia tidak konsentrasi. Frank, Grace hanya menatap Claudia yang tertunduk kasihan. Egnor memarahinya seperti anak kecil meskipun hanya di depan Frank dan Grace yang sudah mengetahui sifat tuannya.
Mata indah Claudia sudah berkaca kaca, betapa dia agak lelah sejak semalam. Sementara Egnor dengan seenaknya terus memarahinya.
"Maafkan aku Tuan." Kata Claudia pelan menahan tangisnya. Dia masih tertunduk karna tidak mau wajah memelasnya terlihat oleh Egnor.
"Pergi! Sampai hari ini berakhir kau bekerja di ruang sebelah saja! Aku tidak mau melihatmu!" Perintah Egnor tanpa melihat Claudia.
Claudia lalu berbalik dan meninggalkan ruangan. Air matanya kini telah berurai di wajahnya.
Sementara Frank yang menyenggol Grace untuk segera membuatkan kopi kedua Egnor agar amarahnya tidak meluap lagi. Grace langsung membuatnya dan memberikannya pada Egnor. Ketika Grace meletakannya di depan Egnor, Egnor melirik Grace.
"Kau saja yang minum atau untuk Frank, mulai sekarang aku minum kopi satu kali." Kata Egnor dan kembali mengecek berkas berkas.
Meski dia marah terhadap Clau, namun dia tidak akan melupakan pesan bermanfaat dan penuh cinta dari wanita itu.
...
Halo apa kabar?
Bagaimana episode kali ini?
Next part 8
Apakah Claudia tetap bertahan?
Masalah apalagi yang mulai muncul antara mereka berdua?
Staytune guys 😍😍
.
Jangan lupa LIKE KOMEN
thankyou lafyou all 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
acih aja
sabar clau,,,,,,,
2022-03-23
0
AfiQa
heh egnor jangan keras keras Napa .. kasihan Claudia
2021-04-18
0
ARA
😱namanya pemula disuruh cari data tanpa panduan jelas jadi kebalik dech datanya😌yg diminta data pembunuh yang di sipkan Clau data korban..alamaaak😊yang sabar ya Clau n Eg😜
2020-10-27
1