Siang hari begitu terik. Matahari tepat menaungi setiap kepala yang memutuskan harus menempatkan dirinya di luar. Begitu sesak dan penat. Sama penatnya seperti di sebuah kedai roti di sudut kota Oriental. Seorang wanita dengan paman dan bibinya mengandalkan kedai roti itu sebagai tugasnya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian. Mencari nafkah dari sebuah kepulan tepung yang mereka ubah menjadi sebuah roti.
"Siren! Cepat siapkan kue dan kopiku, sudah siang begini mengapa kau belum juga membuatkan kopi untukku!!" Panggil seorang pria paruh baya sangat kasar sambil menduduki kursi makan di belakang kedai. Belakang kedai merupakan tempat tinggal mereka yang tidak terlalu besar.
"Hem! Kau saja baru bangun! Begini saja kerjamu setiap hari, main kartu, mabuk, marah marah! Sementara lihat keponakanmu itu, dari pagi bahkan satu keping biskuitpun belum ia makan! Ini kopimu dan jangan berteriak lagi, hari ini aku dan Claudia mendapat pesanan cukup banyak!" Jawab Siren tidak mau kalah dengan perkataan suaminya.
"Aaahhh!! Berisik sekali kau! Hah, jangan lupa uangnya untukku ya?!" Kata Jack menimpali. Ya nama paman itu adalah Paman Jack Gie.
"Sayang, makanlah ini dulu, kau belum menyentuh makanan sedikitpun, ini sisa kue dari pamanmu." Siren memberikan dua buah kue chocochip berukuran sedang pada keponakannya yang sedang membanting banting adonan roti.
"Terimakasih bibi, taruh di mulutku, aaaa .. " perintah keponakannya manja.
"Kau ini Clau, masih saja manja, seharusnya kau mencari kerja di luar sehingga akan mendapatkan seorang pria yang akan menikahkanmu sayang! Jangan nanti kau menjadi perawan tua!" Decak Siren menyuapi kue itu sedikit demi sedikit ke mulut keponakannya.
Ya, dia adalah Claudia Stephanie Gie. Wanita berdarah campuran india dan asia itu sudah hampir 8 tahun tinggal di Oriental mengadu nasib bersama paman dan bibinya. Pamannya terjerat hutang besar di Honolulu, kota asal paman dan bibinya setelah Claudia pindah dari Legacy kota asalnya. Mereka mengasingkan diri karna tidak sanggup membayarkan semua utang pamannya. Padahal mereka sudah menyerahkan rumah peninggalan ayah dan ibu Claudia di Legacy. Claudia terpaksa melakukan apa yang paman dan bibinya perintahkan karna dia sudah tidak mempunyai ayah dan ibu lagi. Dia adalah seorang wanita yatim piatu yang mengandalkan kebersamaan hanya dengan paman dan bibinya. Satu satunya saudara yang dekat dengannya.
Setelah memotong dan menimbang adonan untuk dijadikan beberapa roti, Claudia memasukannya ke dalam oven. Wanita yang telah berpeluh tepung terigu itu menyelesaikan pekerjaannya 30 menit sebelum pesanan di ambil oleh sebuah kantor kecil pengacara yang hendak membuat sebuah acar pembukaan kantor pengacaranya. Kantor pengacara tersebut terdapat di beberapa ruko deretan dekat dengan kedai roti tersebut.
"Selamat siang, apakah pesanan kantor Eg. Lawyer sudah selesai?" Tanya seorang pria berpakaian jas rapi lengkap dengan dasinya pada Siren yang telah mengepak semua pesanan.
"Sudah Tuan, semuanya 300 ribu. Ini sudah saya pak dengan rapi." Kata Siren menyebutkan nominal roti berjumlah sekitar 50 buah pada pria tersebut.
"Ini uangnya Nyonya. Kalau kantor kami terus berjalan, aku akan terus memesan ke kedai ini. Oke? Terimakasih." Kata sang pria hendak mengambil pesanannya namun terhenti sesaat ketika ada panggilan masuk di ponselnya.
"Halo! Iya Grace, ada apa? -- Tuan membutuhkan asisten? -- Asisten kemarin kemana? -- Ah, tidak mudah mencari asisten seperti yang dia harapkan! Sementara aku masih mengurus kantor pengacara disini. -- Ya ya baiklah, aku akan mencarinya disini. -- Perempuan saja? -- Baiklah aku akan mencarinya -- Ya, kau tenang saja -- Aku akan menghubunginya. -- Ya ya sampai jumpa." Pria tersebut menutup panggilannya.
Tanpa sadar, Siren mendengarkan apa yang pria itu permasalahkan. Dia jadi mengingat keponakannya agar bisa bekerja lebih baik lagi. Keponakannya masih muda. Dia tidak akan tega melihat keponakan yang bahkan bukan keponakan kandungnya hidup dan mati di kedai roti usang ini. Claudia memang merupakan keponakan dari suaminya. Siren dan Jack tidak bisa memiliki anak. Jadi, ketika ayah dan ibu Claudia mengalami kecelakaan pesawat ketika hendak pulang ke Honolulu menghadiri ulang tahun anaknya ke 17, Siren dan Jack memutuskan mengurus Claudia seperti anaknya sendiri.
"Emm Tuan, permisi?" Siren angkat bicara ketika sang pria mengambil pesanan rotinya.
"Ada apa bibi?"
"Bolehkah aku mengetahui syarat syarat menjadi asisten itu?" Tanya Siren perlahan namun sedikit takut.
"Kenapa bibi? Kau memiliki seseorang yang bisa menjadi asisten?" Tanya pria itu lagi.
"Tentu, tapi dia hanya lulusan diploma bahasa. Aku tidak sanggup lagi membiayai kuliahnya. Tapi, aku jamin dia akan menjadi asisten yang sangat baik dan juga disiplin. Jadi apakah aku bisa mengetahuinya?" Siren meyakinkan.
"Sebenarnya syaratnya hanya berpenampilan baik dan menarik, emm lalu bisa beberapa bahasa karna Tuan Egnor selalu pergi kemana mana. Dan, -- " pria itu memberi penjelasan tapi terpotong oleh Siren.
"Siapa Tuan mu? Tuan Egnor?"
"Ya, Dr. Egnor Victor Jovanca dan banyak gelarnya aku lupa. Apa kau mengetahuinya bibi?"
"Sepertinya aku pernah mendengarnya, di mana ya? Ah sudah lupakan, jadi apa lagi persyaratannya. Aku akan mengatakannya pada keponakanku. Dia wanita yang sangat cantik tuan." Bisik Siren agar Claudia jangan mengetahuinya dulu atau wanita bertubuh sintal itu akan keluar dari makan siangnya dan menghentikan tujuannya.
"Ah begini saja bibi, aku sudah terlambat. Suruh dia datang ke kantor lawyer ku di deretan ini besok untuk menemuiku. Perkenalkan, nama ku Frank Leonard. Panggil saja Frank. Oke bi? Sampai jumpa!" Frank undur diri.
Siren tersenyum senyum sendiri. Akhirnya Claudia akan mendapatkan duniannya jadi dia tidak harus berlelah lelah disini dan mendengarkan pamannya yang setiap hari selalu marah marah.
...
Dengan sejuta alasan dan dukungan dari bibinya, akhirnya Claudia menyetujui permintaan bibinya untuk mendapatkan pekerjaan yang bibinya katakan. Dan, karna pamannya memaki makinya tadi malam agar bisa menghasilkan uang yang lebih banyak sehingga dirinya tidak harus merepotkan paman dan bibinya lagi. Claudia memang berhutang sangat banyak pada kasih sayang paman dan bibinya. Bibinya lebih tepatnya.
"Kantor siapa kau bilang kemarin bi?" tanya Claudia yang sudah bersiap dengan blazer dan rok nya yang ternyata masih muat di tubuhnya yang sintal itu. Tubuhnya memang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu mungil dan pendek. Standar untuk ukuran seorang wanita produktif sepertinya.
"Emm apa ya? Eg eg --" jawab bibinya terbata. Bibinya agak lupa karna usianya yang telah lanjut.
"Egnor?" Tiba tiba Claudia menyeletuk sebuah nama yang selalu ada di ingatannya. Dia hanya asal menyebutkan karna dia merasa pria itu selalu hinggap di mimpinya beberapa malam ini. Dia lalu terkekeh sesaat.
"Ya itu, sepertinya itu, namanya panjang sekali Clau. Dia memiliki gelar yang sangat banyak. Pekerjanya saja sampai pusing mengurusinya. Sudahlah kau datangi saja dulu menemui Tuan Frank, ya Tuan Frank, pria yang kemarin memesan roti pada kita. Kau sudah siap kan?" Siren memastikan keponakannya yang selesai mengenakan sepatu fantovel berhak itu.
"Sudah bi, bagaimana penampilanku? Sudah seperti pengacara?" Claudia berdiri memperlihatkan penampilannya ke bibi tercintanya.
"Waaah, kau benar seperti pengacara papan atas Claudia. Andai saja pamanmu tidak terbelit hutang, mungkin harta warisan ayah dan ibumu bisa membuatmu sarjana sayang." Siren berdiri menghampiri Claudia dan menyapukan tangannya ke bahu keponakannya.
"Tidak apa Bibi, aku sudah senang bisa hidup bersamamu dan tidak sendirian." Claudia tersenyum.
"Maafkan aku tidak bisa menjadi istri yang baik bagi pamanmu." Mata Siren mulai berkaca kaca.
"Jangan pikirkan. Aku sudah sangat bahagia memiliki bibi yang penuh kasih sayang seperti ibuku, ya meskipun dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya." Claudia memegang wajah sang bibi.
"Baiklah, saatnya kau memikirkan masa depanmu. Tuhan memberkati.." Siren mengecup kening Claudia dan memberkatinya.
Wanita itu lalu beranjak menemui Frank.
...
Claudia tiba di kantor pengacara yang bibinya maksud. Dia menggeser pintu kaca tersebut dan menghampiri meja resepsionis. Dia bertanya tentang seorang bernama Tuan Frank. Sang resepsionis memberitahukan agar ke ruangan atas untuk menemui Tuan Frank.
Claudia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum Frank menyuruhnya masuk. Frank menoleh sesaat dan hendak kembali ke berkas berkasnya karna dia hanya merasa keponakan bibi itu hanya wanita biasa. Ternyata mata Frank terpaku pada wajah Claudia yang terbilang cantik dan seperti memiliki inner beauty yang terpancar sangat kentara. Tak lama dia menggelengkan kepalanya karna dia sudah memiliki seorang tunangan.
"Permisi Tuan.." Claudia membuka pintu ruang kerja Frank.
"Masuklah, kau keponakan bibi kedai roti itu kan?" Frank mempersilahkan.
"Benar Tuan. Beliau mengatakan kalau kau mencari seorang asisten untuk atasanmu." Claudia bertanya sangat lantang dan tegas. Terdengar seperti wanita berpendidikan sampai Frank merasa kalau Claudia bukan seperti keponakan pembuat roti.
"Ah iya benar. Duduklah dulu." Frank menyuruh Claudia untuk duduk terlebih dahulu agar pembicaraan lebih nyaman.
FRANK : "Hem, jadi nampaknya kau sangat rapi dan berpendidikan. Apa pendidikan terakhirmu?
CLAUDIA : "Hanya pendidikan diploma bahasa Tuan karna paman dan bibiku tidak sanggup membiayai sarjana ku."
FRANK : "Apa kau punya pengalaman kerja?"
CLAUDIA : "Waktu itu sekali di Honolulu menjadi resepsionis tapi tak lama karna pemiliknya sangat mesum. Dia melecehkanku. Aku tidak suka. Aku keluar saja. Aku tidak perduli aku bisa makan besok atau tidak. Aku tidak rela Tuan. Perempuan mana yang rela yang menyerahkan dirinya pada tua bangka seperti dia. Huh!" (Claudia terbawa perasaan membuat Frank terkekeh)
CLAUDIA : "Eh maaf Tuan aku terbawa suasana." (Menundukan kepalanya.)
FRANK : "It's oke. Emm, sepertinya aku menyukaimu dan bos ku juga pasti menyukaimu. Dia tidak akan berbuat mesum padamu, tapi jika dia berbuat kau tidak akan keberatan, hihihi."
CLAUDIA : "Apa maksudmu Tuan?"
FRANK : "Kau tidak keberatan kan jika bekerja dengan beliau? Beliau memang sudah kepala tiga tapi masih semangat dan kuakui dia tampan. Beliau adalah Dr. Egnor Victor Jovanca, S. H, M. H." (Menyodorkan foto Egnor)
Seketika jantung Claudia berdetak. Ini seperti peringatan atas mimpi mimpinya belakangan ini. Apa ini takdir atau jodoh? Wajah Claudia memerah melihat hanya sebuah foto Egnor mengenakan jas dan dia tampak tampak lebih tampan dari sebelumnya terakhir kali Claudia melihat wajah kakak kelasnya itu. Wajah pria yang selalu menemaninya dulu. Wajah pria yang sangat berpendirian teguh dan tegas itu sudah menggapai mimpinya menjadi seorang lawyer hebat dan handal.
...
Next part 2
Claudia goes to Honolulu
😍😍😍😍
Hay semua jumpa lagi sama aku di novel ketiga ku yang baru ini masih fresh from oven hehe .. 1 part dulu .. semoga bisa crazy up ..
Tolong penuhi like dan kolom komen yang banyak .. kasih rate bintang 5 dan tip juga boleh untuk mendukung penulisan author
Thankyou all laf you ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
acih aja
kangen egnor claudia, baru ketemu lg 😊
2022-03-22
0
zhifa93
baca dari awal.lagi aku kak🤭setelah 2tahun yang lalu..kangen egnor😍😍😍🙈🙈🙈
2021-09-24
0
AfiQa
gk pernah bosan baca Claudia
2021-08-12
0