Claudia terkesiap melihat Egnor membuka tirai tempat tidurnya. Dia lalu mematikan panggilan pamannya dan menekan keras tombol mematikan ponselnya agar pamannya tidak bisa dulu menghubunginya. Dia benar benar tidak ingin Egnor mengetahui masalahnya. Dia mau mendekati Egnor dengan ketelusan hati bukan karna Egnor kasihan padanya atau orang menganggap Claudia memanfaatkan pengacara kondang itu.
"Kenapa diam?! Siapa yang meneleponmu?" Tanya Egnor masih berada di sisi tempat tidur.
"Bukan siapa siapa kak, ini hanya pamanku menanyakan kabarku." Claudia memegang erat ponselnya di belakang tubuhnya.
"Lalu mengapa kau seperti orang ketakutan?" Egnor mulai mendekati Claudia.
"Eng tidak apa apa, aku hanya terkejut kau tiba tiba membuka tirai itu!" Claudia menunjuk nunjuk Egnor dengan tangannya yang memegang ponsel.
Egnor lalu menarik tangan Claudia dan Claudia masuk ke dalam pelukannya.
"Kenapa kak?"
"Tidak apa aku hanya ingin memelukmu sebelum aku pulang." Jawab Egnor dan dia memeluk Claudia dengan sangat erat.
Claudia mengelus dada Egnor dan terasa kalau dada Egnor sangat bidang membuat dirinya ingin selalu memegangnya.
"Aku pulang. Jaga dirimu, besok jangan telat!" Kata Egnor menarik dirinya dan memegang kedua lengan Claudia. Claudia mengangguk dan menggigit bibir bawahnya karna terpana melihat wajah Egnor yang seketika menjadi begitu mempesona.
"Jangan pasang wajah seperti itu atau aku akan tidur di sini!" Kata Egnor menatap Claudia tajam.
"Dengan senang hati. Ting!" Claudia sedikit berjinjit dan berbisik kata kata yang sontak membuat hati Egnor merinding sampai pusat keintimannya.
"Belum saatnya!" Kata Egnor menyadarkan dirinya. Dia menghempaskan sedikit tubuh Claudia dan keluar dari tirai tempat tidur Claudia lalu meninggalkan apartemen Claudia.
Claudia tersenyum tapi juga matanya berkaca kaca. Tubuh dan kakinya terasa lemas dan dia tersungkur di samping tempat tidurnya.
"Haiz, untung saja dia mendengarnya! Dia tidak boleh tahu masalah renternir, hutang Paman dan.." guman Claudia terputus. Claudia menarik napas panjang.
"Argh! Mengapa orang itu masih mencariku?! Aku sudah melunasi hutang judi paman, tapi mengapa dia mencariku? Bahkan kita sudah bercerai! Oh God, Mom Dad, sampai kapan ujian ini?! Semoga Tuhan memberikan orang yang dapat membantuku, tapi kalau orang itu Kak Egnor, apakah dia dapat menerimaku?" Claudia bersungut sungut dan akhirnya dia menangis, mencurahkan seluruh kesedihan dan kegundahannya.
...
Siang hari begitu terik sehingga Grace terus bertengger di ruangan ac itu. Ruang kerja yang bersama Tuannya Egnor dan asisten Egnor, Claudia. Frank juga di sana karna sedang berkonsultasi dengan Egnor mengenai kasus terbaru.
Sementara Claudia bersiap untuk menuju pasar swalayan karna pesanan pizza tuannya semalam.
"Tuan Egnor, aku akan pergi menyiapkan pesananmu. Jam berapa kau akan mengambilnya di apartemenku?" Tanya Claudia pada Egnor yang sedang berbincang dengan Frank. Egnor melirik Claudia dan mengernyitkan dahinya.
"Dimana kau berbelanja?" Egnor malah menanyakan tempat belanja Claudia.
"Pasar swalayan pertigaan jalan ke arah kota sana Tuan." Jawab Claudia tanpa memikirkan apapun.
"Baiklah, pergi sana! Kau tunggu saja di apartemen, aku akan mengambilnya sore hari." Kata Egnor.
Claudia menekuk wajahnya berharap sesuatu.
"Ugh, aku pikir dia akan mengantarku ke pasar swalayan." Gumam Claudia pelan.
"Ada apa Claudia?" Egnor memastikan ketika Claudia berbalik mengoceh.
"Tidak apa! Aku pergi!" Jawab Claudia sedikit menoleh ke belakang lalu pergi. Sementara Egnor tersenyum penuh kemenangan melihat Claudia yang tidak mengetahui apa isi hatinya.
Claudia lalu menuju ke swayalan dengan supir perusahaan. Dia menjelajahi pasar swalayan dengan mengambil tepung gandum terbaik, ragi instant, saus tomat, telur, mentega putih, tomat dan berbagai toping pizza. Dia harus mempersembahkan yang terbaik untuk calon mertuanya mungkin, pikir Claudia tersenyum. Dia ingat dulu ia sering memberika kue bolu untuk Tuan Johanes dan Tuan Johanes sangat menyukainya. Dan ayah Egnor itu pernah juga memujinya, katanya dirinya sangat dewasa dan mandiri, cocok untuk anak prianya. Hem, Claudia selalu tersenyum malu jika mengingat kata kata Johanes, ayah Egnor. Secara tidak langsung beliau menyetujui hubungan mereka.
Setelah semuanya Claudia beli, dia harus segera kembali ke apartemen dan mengerjakan pizza nya agar dapat selesai tepat waktu. Ketika dia keluar dari swalayan tersebut dan hendak memanggil taxi, seorang pria menarik plastik belanjaannya. Claudia menoleh dan terkejut ternyata pria renternir yang kemarin bertemu di kantor polisi.
"Kau?!" Claudia menatap tajam Nico. Ya, nama renternir itu Nico Sander.
"Kita bertemu lagi. Ya, kalau jodoh itu tidak akan kemana Nona Gie." Kata Nico menyeringaikan senyumnya.
"Jangan ganggu aku! Aku tidak punya uang!" Kata Claudia ketus.
"Tidak masalah, aku bisa memintanya pada Tuan Jovanca." Gumam Nico mengusap usap dagunya. Dia lalu menatap Claudia dari atas sampai bawah. Tatapannya sangat jelalatan dan mesum.
"Jangan harap!" Decak Claudia dan hendak meninggalkan Nico namun Nico menahan tangannya.
"Hey! Lepaskan!"
"Claudia, sepertinya aku bisa memberikanmu pekerjaan tambahan jika bayaran Egnor kurang."
"Jangan kurang ajar ya! Aku tidak berminat, lepaskan kubilang!!!" Claudia berusaha menghempaskan tangan Nico tapi begitu sulit. Sampai dia meletakan satu bawaanya untuk melepaskan tangan Nico namun sangat sulit.
"Kau ikut aku dulu baru kulepaskan!" Nico menyeringai dan seketika satu tarikan kerah baju Nico dari seorang pria datang menghempaskan tubuh Nico sampai terjatuh.
"Kak Egnor?" Panggil Claudia terkejut melihat Egnor pujaan hatinya datang menyelamatkannya.
"Siapa dia?!" Tanya Egnor masih mengawasi Nico yang hendak beranjak.
"Dia, dia, dia mau melecehkanku kak!" Kata Claudia lebih dulu sebelum Nico mengatakan hal yang macam macam.
Dengan emosi yang meluap luap, Egnor melayangkan pukulan kerasnya ke pipi Nico yang sudah berdiri.
"Kau apakan wanita ku hah?!" Egnor kembali menyerang Nico dengan menarik kerah baju Nico yang sudah tersungkur lagi.
"Dia berhutang padaku!"
"Bohong kak! Aku bahkan tidak mengenalnya!" Claudia dengan cerdiknya menimpali ucapan Nico dengan cepat.
"Cuih, wanita murahan, bisa bisa nya kau berbohong pada pengacara pintar ini!" Nico membuang darah yang keluar dari mulutnya karna pukulan Egnor. Namun, bukan pembelaan dari Egnor yang ia dapat karna memuji pengacara itu, Egnor malah menambah satu pukulan lagi yang membuat Claudia sedikit takut.
"Sudah kak, dia memang tidak waras, ayo kita pergi kak, kak Egnor!!! Ayo!!" Claudia menarik lengan Egnor agar menghentikan serangannya. Akhirnya Egnor mengalah.
"Sekali lagi kulihat batang hidungmu menganggunya, bukan hanya penjara yang menjadi rumah terakhirmu, tapi pemakaman!" Umpat Egnor menunjuk nunjuk Nico dan membenarkan jasnya.
"Ayo pulang!" Ajak Egnor menggandeng tangan Claudia.
"Tunggu kak!" Claudia menahan sebentar mengambil belanjaannya, Egnor dengan sigap membantu dan menuju ke mobilnya.
"Heng, tunggu saja kau Claudia, aku akan menjualmu!" Kata Nico melihat kepergian Claudia dan Egnor.
...
"Siapa dia? Cepat katakan dan jujur!" Tanya Egnor dengan rahang rahang wajahnya menegang. Dia memegang setiran dengan erat dan melajukan mobilnya dengan cepat.
"Aku tidak tahu kak! Mungkin dia salah orang!" Bela Claudia dengan sangat meyakinkan.
"Lain kali kau harus pergi bersamaku atau Frank atau Grace, tidak boleh pergi sendiri!" Kata Egnor protectif. Seketika hati Claudia meluluh. Sudah lama sekali dia ingin diperhatikan seperti ini oleh Egnor. Meskipun mengatakannya dengan kasar namun memiliki maksud melindungi.
"Iya kak." Jawab Claudia pelan.
"Kau tidak apa apa?" Tanya Egnor menoleh sesaat.
"Tidak, tenang saja." Jawab Claudia tersenyum.
"Aku akan mencari tahu siapa dia!"
"Jangan kak!"
"Kenapa? Kau mengetahui sesuatu?"
"Bukan, aku hanya takut dia menyakitiku diam diam kalau kau mencari tahunya. Kumohon kak aku tidak ingin mempunyai musuh. Dia benar benar salah orang kak! Aku mohon kak, kau jangan mencari tahu ya?" Kata Claudia memohon. Egnor adalah orang hebat, pasti dengan cepat dapat mengetahui siapa Nico dan habislah dia. Hancurlah martabatnya di depan Egnor.
"Baiklah baiklah, tenanglah." Kata Egnor namun dia tetap harus mencari tahu. Ini demi keselamatan wanitanya.
Egnor lalu menghentikan mobilnya di depan gerbang apartemen Claudia.
"Aku akan menjemputmu pukul 6. Acara makan malam sederhana di rumah ku pukul 7. Kau harus ikut! Berpakaian dengan benar dan jangan lupa Pizzanya yang lezat." Kata Egnor sebelum Claudia menuruni mobilnya.
"Siap kak! Kutunggu ya? Dan, cup!" Claudia memberanikan diri mengecup pipi Egnor.
"Terimakasih kak telah menjemputku!" Tambah Claudia dan keluar dari mobil. Seketika Egnor terperangah mendapat perlakuan menggemaskan Claudia.
...
Claudia memilih milih baju yang tepat ia gunakan untuk bertemu dengan Tuan Johanes supaya pandangan orang tua itu masih sama sehingga menyetujui kalau kalau Claudia akan berhubungan dengan Egnor. Claudia terkekeh.
Akhirnya dia memilih blouse hitam putih dan dipadukan dengan rok hitam. Dia menguncir rambutnya kebelakang dan menganakan bando tipis.
Dia memadukannya dengan riasan sederhana agar tetap tampil natural. Dia tahu kalau Egnor tidak terlalu wanita yang terlalu banyak riasan di wajah. Claudia tampak manis dan mempesona.
Tepat pukul 6 sore, Egnor menekan bel apartemen Claudia. Claudia membukanya dan terkejutlah Egnor melihat Claudia yang wajahnya seperti peri dengan tatanan pakaian sederhana namun terlihat fashionable.
"Kak Egnor, apa aku terlihat buruk?" Tanya Claudia membuyarkan Egnor yang terperangah padanya.
"Tidak! Sudah bawa pizzanya. Aku takut terkena traffic jam." Kata Egnor lalu berbalik berjalan lebih dulu. Ia meneguk ludahnya yang sudah tertahan melihat Claudia yang tampak berbeda.
Secepat mungkin Claudia mengambil pizzanya lalu mengunci apartemennya sebelum menyusul Egnor.
Sesampainya di rumah Egnor, asisten rumah tangga telah menyelesaikan pekerjaannya dan hendak pulang sekalian membukakan pintu Egnor.
"Selamat malam Tuan Egnor. Semua makan malam sudah tersedia. Tuan Johanes masih di kamar. Dan, tadi Nona Viena menelepon telah mengirim bingkisan untuk Tuan Johanes. Bingkisannya sudah saya letakan di meja makan juga. Nyonya Anne akan datang sebentar lagi bersama kenalannya. Saya permisi Tuan." Kata sang asisten rumah tangga melaporkan pekerjaannya sebelum pulang ke rumahnya.
"Ya Terimakasih, Leah. Hati hati di jalan." Pesan Egnor.
"Ayo masuk!" Ajak Egnor pada Claudia yang masih terpaku di depan rumah Egnor. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan Johanes. Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan pria paruh baya itu.
Egnor menyuruh Claudia untuk duduk di meja makan terlebih dulu karna ia akan membersihkan dirinya dan mengganti baju. Tak lama Egnor meninggalkan Claudia, Johanes keluar dari kamar yang berada di samping ruang makan.
"Excuse me, who are you?" Tanya Johanes pelan.
Claudia menoleh dan sangat terharu melihat Johanes yang masih seperti dahulu namun sudah agak berkerut di bagian wajahnya.
"Tuan Johanes, selamat malam. Aku Claudia. Sudah lama tidak bertemu." Claudia langsung berdiri dari kursi makannya dan menundukan badannya memberi hormat pada Johanes.
"Seriously? Claudia? Oh God, long time no see.." saut Johanes dan membuka tangannya hendak memeluk Claudia. Claudia yang sudah menganggap Johanes adalah ayahnya sejak dulu memeluknya.
"Kau masih seperti dulu, Nak. Egnor yang membawamu?" Tanya Johanes setelah memeluk Claudia.
"Iya Tuan, aku bekerja di kantor pengacaranya." Jawab Claudia masih memegang lengan orang tua itu.
"Oh ya? Duduk duduk, silahkan duduk. Kau kemana saja? Egnor mencarimu sampai dia hendak mati!" Kata Johanes mempersilahkan Claudia untuk duduk kembali. Hati Claudia sedikit tersentak mendengar penuturan Johanes. Dia memang merasa bersalah pada Egnor.
"Aku bersama paman dan bibiku tinggal di Oriental Tuan. Kami benar benar mendadak waktu itu." Jawab Claudia dan dia menundukan kepalanya.
"Sudahlah kau jangan bersedih. Sekarang kau bertemu dengan Egnor lagi. Pantas saja, setiap hari akhir akhir ini dia pulang selalu dengan wajah sumringah, tidak seperti biasanya." Johanes terkekeh.
"Ah, kau bisa saja Tuan. Mungkin suasana hatinya sedang senang." Claudia tersipu malu.
"Iya, karenamu. Akhirnya setelah sekian lama aku bisa melihat wajahnya yang bersinar." Kata Johanes lagi dan tak lama Egnor turun dari kamarnya di atas.
"Dad, selamat ulang tahun. Aku membawakan pizza buatan Claudia. Dan selamat bertemu lagi dengan wanita keras kepala ini." Egnor merangkul ayahnya dari belakang namun tatapan matanya ke arah Claudia.
"Ya kami sudah berbincang. Sebentar lagi aunty mu datang." Kata Johanes lagi.
"Maaf kak Egnor, Tuan Johanes, dimana Nyonya Theres?" Tanya Claudia tidak tahu.
"Ehem, ibuku sudah meninggal Clau." Jawab Egnor tegas. Johanes sedikit menunduk dan hatinya meringis mendengar pertanyaan Claudia.
"Oh Tuhan, maafkan aku Tuan Johanes, maafkan aku kak, aku tidak tahu." Claudia menutup mulutnya.
"It's oke, nak." Jawab Johanes tersenyum.
"Selamat malam semuaaa... Maaf aku terlambat Kak Johanes, Egnor, daaannn siapa wanita di sampingmu ini Egnor?" Anne datang dan menyambut dengan suka cita, namun dia agak terkejut ketika melihat Claudia duduk di samping Egnor.
Dia lalu memegang punggung Claudia dan Claudia menoleh ke arah Anne.
"Oh My God, Claudia? Kau?" Anne seperti sangat terkejut melihat Claudia, wanita yang selalu mengisi hati keponakannya.
"Halo Aunty Anne." Sapa Claudia beranjak lagi dari kursi makannya menundukan badannya pada Anne.
Anne terkejut dan tak enak hati karna dia membawa seorang wanita seumuran Claudia dan dia tak lama masuk. Dengan dress berwarna merah hati dan dandanan lengkap dan rambut menjuntai ke bawah. Wanita itu sangat cantik dan anggun.
"Selamat malam Tuan Jovanca." Wanita itu memberi salam.
"Selamat malam. Anne, siapa ini?" Tanya Johanes.
"Ini perkenalkan anak si pendeta kapel di ujung jalan sana, Kak Johanes, Egnor, Claudia. Perkenalkan Lisa Cornwel. Lisa ini kakakku Johanes, dan ini keponakanku yang hendak ku kenalkan padamu, Egnor. Egnor kemarilah." Jawab Anne memperkenalkan Lisa pada kakaknya dan Egnor. Seketika hati Claudia merintih seperti ada rasa cemburu. Dia lalu menundukan kepalanya. Dia merasa hanya tamu yang lama tak berkunjung.
Namun, sepertinya Egnor merasakan Claudia yang tersingkir. Dia tetap beranjak dari duduknya dan berjabat tangan dengan Lisa sesuai perintah aunty nya.
"Egnor."
"Lisa." Lisa tersenyum hangat sementara Egnor kembali ke kursi makannya.
"Dan, Claudia? Lisa, ini Claudia teman masa kecil Egnor. Claudia, ini Lisa." Anne juga ternyata mengenalkan Claudia kepada Lisa. Hati Claudia sedikit terhibur.
Mereka lalu makan bersama setelah berkenal kenalan dan saling menyapa. Egnor duduk di antara Claudia dan Lisa. Anne merasa tidak enak mengajak Lisa. Dia kira Egnor masih sendiri karna Egnor tidak menceritakan apa apa tentang Claudia.
Suasana makan malam agak sunyi sampai Johanes memuji pizza buatan Claudia.
"Ini pizza terlezat yang pernah kunikmati. Dari mana kau belajarnya Claudia?" Tanya Johanes.
"Bibiku Tuan."
"Oh Nice. Sampaikan salamku padanya ya? Ayo, Anne, Lisa, Egnor cobalah." Johanes menawarkan pada yang lain.
Anne lalu mengambilnya dan Lisa juga mengambilnya. Lisa juga dengan inisiatif mengambilkannya untuk Egnor. Claudia yang melihatnya agak cemburu karna bukan dia yang terlebih dulu mengambilkannya untuk Egnor. Dia juga melihat Egnor menerimanya dengan senang hati. Dia jadi berpikiran cukup jahil.
Claudia mengelus kaki Egnor dengan kakinya. Egnor merasa agak merinding dan terkesiap menegakan badanya. Pengacara handal itu tau siapa yang dengan berani melakukannya.
"Ada apa Tuan Egnor?" Tanya Lisa yang menyadari perubahan posisi Egnor.
"Ehem, tidak apa. Terimakasih pizza nya Lisa?" Egnor tersenyum pada Lisa lalu menolehkan kepalanya pada Claudia setelah memastikan Lisa menikmati pizzanya.
Ting! Claudia mengedipkan matanya pada Egnor dan menggigit bibir bawahnya. Egnor hanya menatap tajam Claudia.
~Wanita ini, setelah semua makan malam ini, aku akan menghabisimu, Claudia.~ pekik Egnor dalam hati.
...
Aiyaiya mau dong dihabisin juga Tuan Egnor 😝😝😍😍
.
Next part 11
Harap bersabar ini ujian 😁😁📝📝
.
Jangan lupa LIKE, KOMEN, VOTE, RATE, TIP hehe 😘😘
.
Thanks for read I LOVE YOU ALL 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
acih aja
aq padamu claudia 😘😘😁😁😁
2022-03-24
0
si pembaca komik
novel pertama yg aku sangat² suka biasa nya aku hanya baca komik🤣🤣
2021-05-09
1
AfiQa
makanya jangan dicuekin dong Claudia 😂
2021-04-18
0