"Jadi Tuan Egnor, ini kopi hitammu, dan ini berkas berkas kasus yang harus kau tanda tangani. Semua ini ditinggalkan Grace padaku. Grace pergi mendampingi Frank untuk sidang dabat kasus emmm kekerasan rumah tangga. Aku lupa keluarga siapa. Em, sebaiknya kau memeriksa berkas yang Grace berikan agar tidak terjadi kesalahan, dan .." Claudia terus berceloteh sesuai job description yang Grace beritahu.
Sementara Mata Egnor dengan tajam terus memandang mimik Claudia yang semakin manis. Dengan dagunya yang tertumpu di kedua tangannya yang bersatu, Egnor terus memperhatikan semua kelebihan yang terpancar dari wajah Claudia.
"Kau berisik sekali Claudia! Tidak bisakah kau duduk saja diam di depanku!" Egnor memotong semua arahan Claudia.
"Tuan Egnor yang terhormat. Kalau aku hanya duduk diam melihatmu, kemungkinan besar besok kau akan memecatku karna kita akan terus bermain seharian, hahaha! Maaf Tuan, aku jadi terus berpikir cabul jika melihatmu." Jawab Claudia menggoda Egnor. Egnor tak bergeming dengan candaan wanita itu.
Claudia lalu beranjak dan menghampiri punggung Egnor. Dia lalu mengelus pelan punggungnya sehingga Egnor melepas penyatuan tangannya dan menyandarkan dirinya ke kursi putarnya.
"Sebaiknya, kau memberiksa berkas ini Tuan." Claudia membeberkan ada dua berkas yang harus segera Egnor setujui atau tidak, namun nyatanya Egnor masih mau melihat wanitanya itu.
"Lihat ini Tuan, akta kepemilikan tanah yang hendak di urus Tuan Johanes Jovanca, bukankah ini ayahmu? Mengapa kau tidak megurusnya?! Ayo cepat baca dan urus! Kau ini pengacara yang seperti apa sih!" Claudia mengarahkan Egnor agar tidak malas dan menunjukan judul berkasnya. Dia lalu menepuk pundak Egnor untuk segera dikerjakan membuat Egnor terkejut atas perlakuan Claudia.
"Kau berani menepukku?" Egnor meraih pergelangan tangan Claudia.
"Ada apa? Ini tugasku mengingatkanmu!" Claudia tidak mau kalah, dia lalu meraih kerah kemeja Egnor dan mendekatkan dirinya pada Egnor.
"Ya sudah, aku akan mengeceknya. Belikan aku makan, kalau kau di sini, aku tidak bisa konsentrasi!" Egnor akhirnya menghempaskan Claudia perlahan. Dia mengambil kacamatanya dan mulai bekerja.
Sementara Claudia tersenyum lalu menjalankan perintah Egnor.
...
Keesokannya, Egnor dipusingkan oleh kasus yang tidak mau ia tangani. Egnor benar benar membenci pria yang suka melecehkan perempuan. Karna kuasa dan harta yang pria ini miliki, orang ini dapat mengacau balaukan kehidupan orang lain. Membuat buruk masa depan seorang perempuan yang merupakan anak angkatnya, tidak lain adalah Lexa. Siapa Lexa? Seorang mahasiswi yang ia temukan dilecehkan oleh temannya yang mengandalkan kekuasaan ayahnya. (Selanjutnya bisa dibaca di novelku kedua ya assistant love assistant).
Kasus ini dikirim email oleh Lexa setelah Egnor menanyakan Viena apa yang diinginkan Lexa. Egnor kembali mempelajari email yang Lexa kirimkan. Ironinya Lexa, perempuan yang dilecehkan pria ini malah mau membantu pria ini. Pria ini bernama Gabriel yang mana memiliki masalah mengenaik kepemilikan rumahnya.
"Haiz, mengapa masih ada perempuan sebaik Lexa. Masih saja mau membantu orang yang sudah mencelakainya. Begini ni kalau bergaul dengan adikku. Sudah tahu jurang tetap dilewati!" Decak Egnor berbicara sendiri sambil mengusap dahinya frustasi. Dia masih melihat lihat penjelasan Lexa yang cukup panjang dalam sebuah aplikasi word.
"Ada apa dengan Viena, Tuan?" Tanya Claudia yang menyeruak masuk bersama Grace membawa makanan kecil dan minuman berkarbonasi. Egnor menoleh ke asal suara yang menurutnya selalu menenangkan hatinya.
"Kau ini darimana saja? Grace, kau jangan mengajaknya bergosip bersama karyawan karyawan Frank!" Decak Egnor karna agak menunggu lama Claudia yang sejak pengerjaan jadwal Egnor, dia menghilang bersama Grace.
"Tidak Tuan, kami hanya mencari makanan kecil di kantin dan di kasir kami harus mengantri." Jawab Grace menunduk nundukan kepalanya.
Claudia yang sudah memperlajari tempramen Egnor akhir akhir ini berjalan ke arah belakang Egnor. Dia hendak melihat apa yang membuat Egnor sampai semarah ini. Sementara Grace menyiapkan kopi hitam untuk Egnor.
"Grace, apakah Viena atau Lexa menghubungimu lagi?" Tanya Egnor kemudian.
"Iya Tuan, kemarin sore Nona Lexa kembali bertanya apakah kau sudah menerima emailnya?" Jawab Grace masih sibuk membuat kopi. Sesaat Claudia memperhatikan kebiasaan Egnor yang terbilang buruk. Egnor bisa mengkonsumsi kopi hitam sebanyak tiga hari sekali. Dan Grace yang merangkap menjadi asistennya di kantor sebelum ada Claudia sudah tahu jadwal Egnor minum kopi.
"Aku heran dengannya! Kau tahu siapa yang hendak ia bantu? Gabriel Lyncon, laki laki yang pernah melecehkannya sewaktu dia berkuliah, sepertinya aku tidak mau membantunya." Egnor melipat tangannya.
Claudia lalu berinisiatif untuk membaca email yang Lexa kirimkan.
"Tuan Egnor, bisa kau jelaskan siapa Lexa?" Tanya Claudia kemudian.
"Kau tidak usah tahu! Aku tidak membutuhkan saranmu! Aku tahu apa yang harus kuperbuat!" Jawab Egnor ketus. Sejatiny, Egnor tidak mau terlalu baik dengan Claudia, dia takut Claudia akan memanfaatkannya dan meninggalkannya lagi.
Claudia tersenyum mendengar jawaban Egnor yang seperti mencari perhatian.
"Grace, bisa kau memberitahuku siapa Lexa?" Claudia lalu bertanya pada Grace.
"Dia anak angkat Tuan Egnor yang diselamatkan Tuan dalam kasus pelecehan, Clau. Dan, sekarang pria yang melecehkan Nona Lexa meminta tolong agar Tuan Egnor membantunya dalam kasus kepemilikan rumah." Grace menjelaskan sambil berjalan mengantar kopi hitam Egnor.
"Hebat sekali penjelasanmu kekasih Tuan Frank, besok kau saja yang duduk di sini!" Egnor menyindir Grace dan mengambil cangkir kopinya namun Claudia malah meraih cangkir yang dipegang Egnor.
Sontak, Egnor dan Grace terkejut bukan main. Mereka berdua menatap Claudia yang kini sedang meniup niup kopi itu dan tak lama meninumnya. Claudia sangat berani melakukan ini, pikir Grace.
"Clau! What are you doing?! Kemarikan kopiku! Aku tidak melarangmu untuk membuatnya, tapi kau buat sendiri jangan mengambil punyaku!" Kata Egnor cukup menaikan nada suaranya.
"Grace, bukan kah kau tadi meninggalkan tugas fotocopy mu di toko alat tulis? Kau tidak mengambilnya? Bukankah itu untuk presentasi kekasihmu nanti sore?" Claudia malah mencari cara agar Grace keluar terlebih dahulu, sementara dia ingin berbicara pada Tuan cintanya itu.
Grace nenyetujuinya. Dia memang harus segera mengambil fotocopian tersebut karna presentasi dimulai nanti sore.
"Ah kau benar, Clau, aku ijin sebentar Tuan." Grace lalu membungkukan badannya menuju toko alat tulis.
Claudia lalu ikut mengantar Grace sampai daun pintu ruang kerja. Dia lalu menutup pintu dan menguncinya setelah memastikan Grace telah menjauh. Claudia berbalik dan menyipitkan matanya menatap Egnor. Egnor hanya menyandarkan tubuhnya pada kursi putarnya. Dia seperti sudah pasrah apa yang mungkin hendak Claudia lakukan padanya. Sejatinya, dia merasa tidak bisa menghindari serangan yang akan Claudia lakukan.
"Tuan, mulai sekarang kau hanya boleh meminum kopi hitam sebanyak satu kali sehari." Claudia mulai mendekati Egnor.
"Mengapa aku harus menurutimu?" Tanya Egnor menyatukan tangannya.
"Karna aku asisten pribadimu, jadi aku yang akan mulai mengurus SELURUH urusan pribadimu." Claudia kembali menuju ke punggung Egnor.
Dia lalu memegang pundak Egnor. Dia memijitnya dengan pelan namun sedikit hentakan agar Egnor merasakannya. Dan, benar saja Egnor menikmatinya. Dia bahkan sudah lama tidak merasakan pijitan. Terakhir pijitan yang ia rasakan dari tangan seorang wanita yang sangat fenomenal bagi hidupnya yang tidak lain adalah ibunya, namun ibunya kini sudah merasakan sukacita di dalam taman surga.
Egnor memejamkan matanya menikmati setiap tekanan lembut yang diberikan oleh tangan lentik Claudia. Claudia lalu tersenyum puas.
"Tuan, kafein terlalu banyak akan membuatmu sulit untuk tidur dan kau akan selalu merasa cemas. Seperti pada email yang anak angkatmu kirim." Bisik Claudia tepat di samping telinga Egnor membuat Egnor sedikit menggelinjang dan ada sedikit kesesakan yang mulai timbul di antar ke dua pahanya.
Claudia lalu mengulurkan tangannya. Dia meraih tab yang sejak tadi Egnor mainkan untuk mengetahui email dari Lexa.
"Lihat ini Tuan. Teman Lexa mendapatkan ketidakadilan. Kau menjadi sangat cemas dan marah karna teman Lexa dulu melecehkannya. Bagaimana kiranya jika Lexa tidak dapat membantunya lalu pria tersebut terus mencari Lexa sehingga dia ada perasaan kesal lalu mungkin saja dia akan melakukan hal yang tidak tidak pada Lexa. Apa kau tidak takut? Lebih baik kau membantunya sehingga Lexa dapat terbebas dari suatu kejahatan yang tidak bisa diulang lagi kan?" Kata Claudia kemudian.
"Lagipula ini adalah rumah pria itu, dia hanya tidak mendapatkan haknya, masa kau tidak mau melawan kebenaran?" Bisik Claudia membuat Egnor membuka matanya.
~wanita ini mampu me*manipulatif, sialan! Sekarang aku menjadi tegang atas *intelegensi yang ia lakukan padaku! Damn it!~ pekik Egnor dalam hati.
(**Manipulatif adalah usaha untuk memengaruhi perilaku atau tindakan orang lain secara tidak langsung.
*Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional*.)
Dengan cepat dan sigap, dia lalu menarik tangan Claudia yang tanpa persiapan sehingga Claudia terjatuh dalam pangkuannya.
"Sepertinya kau ini sangat pintar, Claudia? Siapa yang mengajarimu?" Tanya Egnor memegang dagu Claudia.
Claudia yang terkejut dengan prilaku Egnor yang tidak biasa seketika wajahnya merah padam. Dia memandang netra hitam Egnor lekat lekat. Dia menjadi terbius dengan pesona Egnor yang memburu wajahnya sampai ke dadanya.
"Jawab aku! Siapa yang mengajarimu!" Egnor mendekati wajah Claudia lebih dekat lagi sampai Claudia dapat merasakan hembusan aroma mint dari napas Egnor yang menggebu. Claudia tidak dapat menahannya. Dia seperti terpancing. Wanita itu mengalungkan tangannya pada kepala Egnor.
"Kau!" Jawab Claudia dan dia menggigit bibirnya sambil menyeringai memandang bibir Egnor yang hendak menerkamnya.
Egnor lalu mengelus paha mulus Claudia dan sedikit menyibakan rok spannya ke atas. Dia mengelus ngelus kaki bagian atas itu dengan sangat lembut. Sesekali Egnor mencengkramnya pelan.
"Claudia! Mengapa kau selalu seperti candu hah?" Kata Egnor lalu mencium bibir Claudia. Claudia membalas perlakuan pria itu yang jauh lebih pelan dari kemarin. Sebenarnya wanita itu takut, namun dia tidak sanggup melepaskannya. Perlakuan Egnor padanya sungguh menenangkan libidonya. Mereka bergulat dalam kecupan. Berhenti. Memandang lalu kembali menyeruakan lidah mereka masing masing.
Bukan hanya itu, Egnor terus merengkuh dah mencengkram pelan tungkai bawah (paha) Claudia yang sangat meggemaskan. Sementara satu tangan Egnor yang lain memegang leher Claudia yang jenjang.
Seketika Claudia merasa sesuatu yang keras di bawah bokongnya. Claudia terkesiap dan mendorong wajah Egnor.
"Kak, ini tidak benar!" Kata Claudia. Dia lalu menarik diri dari pangkuan Egnor dan kembali berdiri. Dia membenarkan rok yang disibakan Egnor tadi lalu pergi dari ruang kerja tuannya menuju ke toilet.
Sementara Egnor juga tersadar prilakunya agak ekstrem. Dia lalu mengusap wajahnya kasar. Dia lalu menuju wastafel kecil dekat pantry lalu menyibakan wajahnya dengan air. Dia melihat cermin.
"Ini semua salahmu Clau!" Decaknya dengan tatapan mematikan.
...
Next part 6 cuss 😍
Ada kejutan apa lagi ya dari keahlian Claudia yang tidak disadari Egnor?
Apa akan membuat Egnor tegang kembali?
.
Beb jangan lupa LIKE, KOMEN DAN VOTE YAA
Kasih tip juga boleh hihi ..
Thankyou Lafyou aalll..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
acih aja
meriang euy 😅😅😅😅
2022-03-23
0
AfiQa
haredangggg
2021-04-18
0
Afriyanti Dwi
Kenapa panas sekali 😄😄😄
2021-03-22
0