"Aku ...." Frengki ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia merasa kerongkongannya dijepit sehingga sulit untuk berbicara.
Hawa marah Vino terasa kuat, merasakannya membuat Frengki tidak berani untuk melakukan tindakan sesuai dengan rencananya di awal.
Dia ke sini ingin meminta uang. Vino sudah tahu tujuan Frengki ke sini, tetapi pura-pura tidak tahu untuk mencoba sampai mana para jagoan ini bertindak.
Melihat Frengki yang berkeringat dengan wajah yang membiru dan pucat, bisa diambil kesimpulan bahwa pria yang disebut jagoan ini memiliki nyali kecil di depan orang yang memiliki tubuh lebih besar darinya.
Mental pem-bully, cuma berani dengan orang yang lebih lemah dari mereka.
"Aku peringatkan kepadamu untuk tidak mencoba memalak lagi kepadaku." Wajah Vino benar-benar mengerikan, suaranya yang biasanya terdengar seperti seorang pengecut, kini berubah menjadi suara pemberani. "Aku tidak segan-segan untuk membuatmu memar. Lagi pula, aku punya beberapa bukti untuk melaporkan kejahatan yang kamu perbuat padaku. Sebenarnya, aku cinta damai. Jadi, pergilah dari sini sebelum aku makin marah!"
Setelah mengatakan itu, Vino melemparkan tubuh Frengki hingga menabrak ke tembok kosan yang lain, menimbulkan suara dentuman benda tumpul.
"Uhuk-uhuk!"
Frengki bersandar di tembok dengan tubuh yang sakit. Tubuh bagian belakangnya terasa sakit karena menghantam tembok yang keras.
Sebelum Frengki bisa berdiri, tangan menyambar lagi kerahnya, kemudian sosoknya yang kurus dilempar ke ujung lorong arah pintu keluar.
Tubuh kurus Frengki terpental hingga dirinya terbaring di lantai dengan wajah yang kesakitan.
Meskipun Frengki tinggi, tubuhnya tidak setinggi Vino yang sekarang. Masih di bawah 180 cm. Beratnya pun terbilang ringan, dan Vino yang bertubuh kekar bisa mengangkat beban tubuh Frengki dengan kedua tangannya, bahkan mampu melempar tubuhnya.
"Mengapa kamu tidak pergi? Ingin meminta uang lagi padaku?" Vino berjalan ke Frengki langkah demi langkah.
Wajahnya yang kurang tampan itu penuh dengan amarah.
Pandangan mata Vino yang terfokus pada kedua mata Frengki sangat-sangat tajam, membuat Frengki takut. Mengingat dengan lemparan dan kekuatan angkat Vino, itu dapat membuat tubuhnya terbang beberapa meter.
Dengan tubuh yang terasa nyeri di bagian bokong dan punggung, Frengki memaksakan dirinya untuk bangkit. "Aku mohon jangan lempar aku lagi. Aku berjanji tidak akan datang lagi ke kosan ini. Biarkan aku pergi, Vino, kumohon!"
Frengki ingin bersujud di depan Vino yang berdiri di depannya, tetapi tangan kuat bagai ular anaconda itu meraih baju Frengki dan mengangkatnya sekali lagi.
Belum sempat Frengki berbicara, Vino membuka pintu rumah kosan lalu melemparkannya ke jalan sempit gang.
"Argh!"
Jatuhnya tubuh Frengki cukup keras saat menabrak tembok rumah tetangga, tidak bisa menahan untuk tidak menjerit kesakitan.
"Pergi!" Vino kali ini berteriak dengan emosi yang memuncak, meminta Frengki untuk pergi.
Mendengar ucapan Vino, Frengki segera bangun dan berlari menjauh dengan kesakitan.
Cara berlari Frengki cukup aneh, dia memegang bokongnya dan perutnya, seperti orang yang sudah tidak tahan untuk buang air besar.
Di saat Vino ingin masuk ke dalam kamarnya beberapa penghuni kos memandang Vino dengan tatapan yang terkejut sekaligus agak waspada.
Vino tidak akrab dengan penghuni ini, dan dia masuk ke dalam kamar di bidang penglihatan mereka semua.
"Aku benar-benar melakukannya?"
Memandangi kedua tangannya, Vino sangat terkejut karena bisa melawan Frengki, salah satu orang yang membuat hidupnya suram.
Tatapan terkejut Vino berubah menjadi tegas. "Mulai detik ini, aku akan berubah, aku Vino—"
Krokokko!
Suara aneh tak sengaja memotong ucapannya, dan suaranya berasal dari perut Vino.
"Aku lupa, aku belum makan."
Dengan begitu, Vino mengambil ponselnya dan dompetnya.
Begitu dompet itu dibuka, Vino hanya punya uang 20 ribu yang sempat dibawa ke New York sebagai uang jaga-jaga.
"Tunggu, bukannya aku mendapatkan uang dari pesanan pertama Callie?"
Pesanan sewa dari pelanggan secara otomatis masuk ke dalam rekening Vino itu diucapkan oleh Sistem.
Untuk memeriksa saldo rekeningnya, Vino hanya perlu melihat ponselnya, dan di akunnya sudah ada uang 700 ribu rupiah lebih belasan ribu.
Saldonya pun kosong jika tidak ada uang dari pesanan pertama sewa pacar.
Vino memberikan 90% gajinya ke orang tuanya, dan dia hanya mengambil beberapa ratus ribu dari gajinya untuk makan sebulan.
Senyum gembira muncul di wajah Vino, sekarang ia masih punya uang ratusan ribu untuk makan. Namun, ia punya rencana untuk memberikan setengah dari uang ini kepada orang tuanya nanti.
"Terima kasih, Sistem," ucap Vino dengan rasa terima kasih sedalam-dalamnya.
[...]
Sistem tidak bersuara, hanya mengeluarkan latar tipis melayang dengan tulisan titik-titik.
Vino menggelengkan kepalanya dan tersenyum, kemudian memasukkan ponsel usang serta dompetnya ke saku, dan keluar dari rumah kosan.
Di pagi hari ini, waktu yang tepat untuk makan nasi uduk Khas Betawi.
Tempat tinggal Vino ada di Jakarta Pusat, masih ada beberapa penjual nasi uduk yang dekat dari gang kosannya.
"Bu, saya beli dua bungkus nasi uduk," kata Vino ke ibu penjual nasi uduk.
Ibu penjual nasi uduk itu mengangguk sembari menyiapkan pesanan orang lain dengan cekatan. "Oke, tunggu sebentar, ya."
Vino berdiri dan menunggu ibu penjual nasi uduk dengan sabar.
Tidak sampai 10 menit menunggu, ibu penjual nasi uduk menyerahkan pesanannya.
"Kamu terlihat seperti pria sedikit gemuk yang tinggal di kosan di dalam gang, kamu saudaranya?" tanya Ibu tersebut dengan wajah yang ingin tahu.
Sebuah senyuman muncul di wajah Vino, menjawab dengan sopan, "Itu adalah saya, Bu."
"Kamu orangnya?!" Ibu itu menatap Vino dengan terkejut. "Perasaan, aku melihat kamu masih sedikit gemuk beberapa hari yang lalu."
"Aku diet, Bu, hehe." Tangan Vino menggaruk kepalanya dengan canggung.
"Memangnya bisa secepat itu?" Ibu penjual nasi uduk tidak langsung percaya ucapan Vino.
"Bu, saya pesan nasi uduk." Pelanggan yang lain berdatangan dan Ibu penjual nasi uduk itu kembali sibuk.
"Saya pulang dahulu, Bu."
Vino sedikit membungkuk kepada ibu penjual nasi uduk sebagai rasa hormatnya.
"Iya, hati-hati di jalan."
Setelah mendengar sahutan ibu tersebut, Vino pergi kembali ke kamar.
Dua nasi uduk yang Vino pesan langsung dilahap olehnya hingga habis dalam waktu kurang dari 5 menit.
Perutnya yang kosong langsung terisi dengan makanan yang enak ini.
"Akhirnya, hidupku terasa lebih enak."
[Ding! Sistem menerima pesanan baru dari dari seorang wanita! Harap diperiksa dan tentukan sebelum memutuskan untuk menerima!]
[Nama Pelanggan: Alaine Lilacia]
[Permintaan: Menyewa pacar yang bisa berselancar, berenang, dan breakdance]
[Syarat Pacar: Tinggi 187 cm, Temperamen Tegas, Wajah Sempurna Dasar, Keterampilan Berselancar Master, Keterampilan Berenang Master, Keterampilan Breakdance Profesional, Kulit Eksotis, Keterampilan Bahasa Inggris Profesional]
[Waktu sewa: 12 jam]
[Pembayaran: Rp950.000,00]
[Apakah Anda menerima permintaan sewa ini?]
"Aku terima!"
Vino menjadi senang melihat pesanan keduanya. Kebetulan sekali dia sedang tidak ingin bekerja di supermarket.
[Pesanan berhasil diterima!]
[Mulai mengubah tuan rumah ....]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Izhar Assakar
othot sma sistem mnjadi amnesia hhhh
2023-12-30
0
Karebet
👍👍👍
2023-10-10
2
isnaini naini
sistem lupa kali sm uang sakunya 😀
2023-10-10
5