part 05

Keduanya berada di lapangan basket indoor sudah 10 menit lebih, tak ada tanda tanda kehidupan dua gadis itu terlelap setelah mengobrol.

Anisa membuka matanya saat mendengar suara gelak tawa kumpulan orang yang kemungkinan akan ke rungan itu juga, berjalan menuju jendela dan mengintip siapa yang akan datang. Seketika panik saat mengetahui jika yang akan datang tim basket senior itu artinya perkumpulan siswa senior yang diketuai yuta dan kebetulan ada sagib mantannya yang dua hari lalu memutuskan dirinya.

Anisa berlari pelan menghampiri Yumna yang masih terlelap, mengambil tasnya lalu menggoyangkan pundak sahabat.

"Yumna, yum. bangun ada anak basket yang mau kesini." Yumna seketika terbangun lalu meraih tasnya dan menoleh kearah pintu yang tengah dibuka. Untung saja di kunci dari dalam oleh anisa. Hanya saja kuncinya tidak di tempatnya alhasil jika memiliki kunci lain kemungkinan akan bisa memasukkan ruangan.

"Gimana nih yum?"

Yumna menarik cepat lengan Anisa dan berlari menuju lemari pakaian menyembunyikan anis di sana, sedangkan dirinya berlari menuju meja dan bersembunyi di kolong meja itu, satu keberuntungan di depan meja banyak kursi sehingga kemungkinan tubuh kecilnya tidak akan terlihat, selang 5 detik pintu terbuka.

Yumna menghela nafas pelan.

Dari celah ia melihat jelas bahwa yuta dan teman-temannya memasuki ruangan. Jantungnya berdegup kencang saat melihat segerombolan itu menuju lemari tempat dimana Anisa bersembunyi.

"Mampus, kenapa tadi nggak berdua aja sih ngumpet disini nya," yumna merasa bersalah kemungkinan besar dalam 15 detik lagi temannya akan ketahuan.

Matanya menutup saat pintu lemari di buka sagib.

"Loh Anisa." Suara sagib membuat Yumna menahan nafas, sahabatnya ketahuan.

"Ngapain disini." Sagib menarik pergelangan tangan mantannya untuk keluar dari lemari,

"Ini kan cewek tadi yang dikejar guru bk kan." Ucap Reno salah satu dari mereka.

Yuta bersedekap dada matanya menelisik sekitar, ia ingat jika perempuan didepannya adalah teman dari babu barunya orang yang mengempeskan ban motor miliknya dan orang yang sama juga yang membuat jiplakan sepatu di punggung seragamnya.

Matanya terpaku pada tas biru yang tergeletak di lantai, yuta memundurkan langkahnya dan benar saja rambut dua warna itu terlihat, biarpun tidak terlihat wajahnya ia sangat yakin jika orang itu adalah gadis kemarin yang berulah padanya.

"Lo mending ke bk nyerahin diri lo dan minta maaf, gara gara lo sama teman lo, guru bk yang ngejar lo tadi ada asmanya kambuh dari pada panjang masalahnya lebih baik lo selesai kan sekarang." Ucap sagib menyentuh kepala Anisa. Reno dan dua orang lainnya mengangguk menyetujui perkataan sagib.

"Gue..."

"Biar gue temenin." Ucap sagib dan langsung merangkul pundak Anisa.

Yuta menatap keduanya yang keluar ruangan.

"Gue mau pergi dulu, lain kali aja ikut latihan nya cewek gue minta di temenin." Ucap salah satu dari mereka yang baru saja menerima pesan dari pacarnya.

Satu orang lainnya juga berpamitan untuk ke kantin karena belum makan.

Reno memperlihatkan giginya, "yuta latihannya lain kali aja ya, gebetan gue kan temen dari pacarnya bian jadi kalau bian mau nemenin pacarnya gue harus ikut biar pdkt gue lancar. Oke!" Reno pergi begitu saja tanpa menunggu Jawaban dari yuta.

Kini hanya tinggal Yuta yang di ruangan.

Yuta dengan santai berjalan dan duduk di atas meja, "keluar lo, gue tau lo di situ."ucap Yuta menoleh kebelakang.

Yumna perlahan berdiri, menundukkan kepalanya tanpa mau menatap yuta.

"Siapa nama lo?"

Yumna mendongakkan kepalanya "yumna." Jawabnya dengan pelan.

"Yumna, lo udah kempesin ban motor gue terus juga tadi udah bikin kotor seragam gue. Banyak ulah banget sih lo jadi cewek." Ujar Yuta menatap malas yumna yang memainkan jari jarinya sendiri sembari tertunduk.

"Yaudah lah gue minta maaf, lagian juga tadi gue udah teriak minggir lo nggak minggir itu kan artinya lo yang salah." Tak mau disalahgunakan yumna berkata seperti itu.

"Sekarang gue minta nomor lo."

Yumna mengerutkan keningnya, "nomor apa? Sepatu." Mendengar jawab dari yumna lantas Yuta menoyor kepala Yumna.

"Nomor hp, lo kan udah jadi babu gue jadi kalau ada apa apa bisa gue telfon."jelas Yuta.

Bersedekap dada dan memalingkan wajahnya, "nggak ada nomer HP adanya nomor rekening gimana? Mau transfer." Jawab Yumna dengan ketus.

"Ckk...lo nyeb_"belum sempat melanjutkan ucapannya pintu ruangan dibuka guru bk yang sempat mengejar yumna dan Anisa berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan bersedekap dada.

"YUMNA! IKUT SAYA."

Yumna menelan ludah dengan susah payah, lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Yuta sendiri di ruangan.

"Heh urusan kita belum selesai!" Entah ucapan Yuta masuk kedalam telinga yumna atau tidak, yang jelas tidak ada respon.

Yuta menghembuskan nafas pelan lalu mengambil bola basket dan berlatih sendirian.

*****

Yumna dan Anisa berdiri di tengah tengah lapangan dengan kedua tangan menjewer telinga dan satu kaki diangkat.

"Melempar kecoak ke guru dan melanggar aturan sekolah dengan merubah warna rambut." Ucap Guru Bk laki laki yang berdiri di depan dua siswi yang sedang dihukum itu.

"Setelah hukuman ini bersihkan seluruh toilet sekolah baru kalian bisa pergi ke kelas. Satu lagi saya mau besok rambut kalian sudah warna hitam lagi, Mengerti!"

"MENGERTI PAK."Jawab yumna dan Anisa secara bersamaan.

Guru itupun meninggalkan keduanya di lapangan, yumna memperhatikan setiap langkah guru itu yang pergi meninggalkan dirinya dan Anisa. Setelah memastikan bahwa punggung guru itu tak terlihat Yumna menurunkan kakinya dan langsung berbaring di lapangan.

Anisa berkacak pinggang lalu duduk di sebelah Yumna, "bosen, ke kantin aja yum." Ucap Anisa dengan tangan yang sibuk mencabut rumput di depannya.

Yumna mengacungkan jempol lalu berdiri dan menyambar tas yang ia letakan di rumput lapangan.

Anisa berdiri dan menyamakan langkah yumna, keduanya melewati kelas kelas yang tengah belajar dengan santai.

"Hey kalian berdua kenapa keluyuran di jam pelajaran? Itu juga rambutnya." Seorang guru menghentikan langkahnya saat hendak memasuki ruang kelas.

Yumna menggaruk kepala bagian belakang walau tak merasa gatal, "anu buk tadi di hukum sekarang kita mau ke toilet di suruh bersihin toilet soalnya."jawab Yumna di setujui Anisa.

Guru itu memicingkan matanya, "kalian berdua yang kemarin pecahin pot tanaman ya? Guru itu melangkah lebih dekat untuk memastikan apa yang ia bicarakan benar adanya.

Yumna dan Anisa mengangguk pelan.

"Kemarin udah kena hukuman sekarang kena hukuman lagi, berulah kok terus mau jadi apa kalian besok kalau udah lulus."

Yumna memutar bola matanya dengan malas, "emang urusannya sama ibu apa, kita berulah bukan berarti kita berdua murid bodoh ya bu."

Anisa mengangguk, "masa depan nggak ada yang tau bu, terkadang yang taat aturan bukan berarti cerah masa depannya, siapa tau listriknya mati jadi gelap nggak cerah."

Yumna melirik sinis Anisa, "gelap!jokes lo."

"Kalian ya berdua! Sana cepet kerjain hukumannya."

Keduanya mengangguk lalu berpamitan pergi.

"Lo ke kantin beli makanan gue tunggu di gudang sekolah," ucap yumna.

Anisa mengacungkan jempol lalu keduanya berpisah di pertigaan koridor, yumna berjalan ke kiri dan anisa ke kanan.

To be continued....

Terpopuler

Comments

miyura

miyura

bener2 ya si yumna ama Annisa.. luar biasa..

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!