"Nis kok tumben sih tadi gue nggak liat kak ros."Yumna melirik Anisa yang berada di sisinya.
Anisa menggigit apel yang diberikan Yumna tadi, "kakak gue udah pergi."
Yumna langsung menoleh, "ya tuhan jam berapa perginya kok gue nggak lo kasih tau sih, terus dikubur di mana?"
Anisa melayangkan tendangan yang membuat sepeda gunung yang dikendarai Yumna oleng, "sembarangan lo, maksudnya pergi ke London's kan lu tau kak bella sama sinta kuliah di sana kemarin pulang kan cuma 3 hari doang." Jelas Anisa yang mendapat respon anggukan dari Yumna.
Keduanya nampak santai mengendarai sepeda tanpa tau kalau jam masuk sekolah kurang lima menit lagi.
"Lha terus kenapa emak lo masak tumben banget?"
Anisa menelan kunyah apel yang di mulutnya lalu berucap"kemarin kan lebaran mbok di rumah gue ya pada cuti. Pulkam ke tempatnya masing masing."
Yumna ber"o" ria. "Lha ter..."
"Stttt...ah lo banyak tanya males gue jawabannya." Anisa mengayuh sepedanya lebih cepat agar dapat ke sekolah lebih awal. Yumna mengedipkan matanya berkali kali lalu mengikuti apa yang dilakukan Anisa.
Sesampainya di depan pagar sekolah Yumna maupun Anisa melongo melihat pagar sekolah sudah ditutup rapat, dan juga para siswa maupun siswi tengah berkumpul menyanyikan lagu Indonesia raya di lapangan sebagaimana rutinitas sehari-hari setiap sekolah di hari senin.
Yumna menepuk pundak Anisa meminta gadis itu untuk mengikuti dirinya. Dua Satpam dan 1 guru Bk tengah berkeliling di sepanjang koridor sekolah.
"Lewat belakang aja." Ucap Yumna menaiki kembali sepedanya dan mengayuh menuju gang sempit yang akan membawanya ke arah belakang sekolah.
"Sepedanya taruh di sini," yumna mengambil alat pengunci ban sepeda dan memasangnya di ban bagian depan. Begitu juga yang dilakukan Anisa.
Sepeda keduanya di letakan ditengah tengah tembok dan pohon mangga.
Yumna menatap tembok sekolah yang tingginya kurang lebih 4 meter. "Nis lo manjat pohon duluan kalau udah di atas ke kanan ada tangga lo bisa turun duluan. Kalau udah abis itu giliran gue." Anisa mengangguk lalu mulai memanjat pohon mangga yang kebetulan posisinya sangat dekat dengan tembok sekolah.
Melihat Anisa yang sudah turun lantas kini giliran Yumna yang memanjat pohon mangga itu.
"Gimana aman?" Anisa mengacungkan jempol menandakan situasi aman. Keduanya berjalan di lorong sekolah yang sepi. Anisa dan yumna berjalan sembari membukukan badannya saat melewati kelas kelas yang berada di lantai bawah. Semua berjalan lancar tinggal menaiki tangga dan menuju lantai dua setelahnya bisa pergi ke kelas.
Yumna membalikan badan dengan cepat saat melihat guru Bk yang terkenal killer hendak menuruni tangga. Anisa berjongkok di belakang tubuh Yumna keduanya berada di bawah tangga.
Yumna menutupi badannya menggunakan kardus kosong yang berukuran cukup besar.
Anisa menggoyangkan pundak yumna sembari menutup mulutnya dengan tangan, "yumna tolong." Ucap Anisa sepelan mungkin. Di sepatunya ada kecoak yang berukuran jari jempol orang dewasa merembet ke sepatu miliknya.
Yumna menoleh sembari menaikan satu alisnya."apa?"
"Ada itu." Jawab Anisa sembari menunjuk ke sepatunya yang sudah ada kecoak di atasnya.
Yumna memasang wajah shock dengan berani tapi takut takut lalu ia ambil kecoak itu dan langsung melemparnya.
Tak disangka kecoak itu terjatuh di pundak guru Bk yang kebetulan lewat.
Jeritan guru itu mengundang tatapan siswa maupun siswi yang berjalan meninggalkan lapangan usai melaksanakan upacara.
"KECOAK!!! SIAPA YANG MELEMPAR NYA." teriakan itu membuat Yumna dan anisa shock setengah mati. Posisi sekarang sudah tidak bisa dikatakan aman lagi, yumna menggandeng tangan Anisa keluar dari persembunyian, sontak guru Bk itu menoleh.
"JADI KALIAN!"guru itu berkacak pinggang melotot menatap dua anak murid didepannya.
Yumna dan anisa spontan membungkukkan badannya 90° dan berulang kali minta maaf.
"Rambut kalian!" Baru satu langkah ingin mendekati dua siswi itu, keduanya sudah berlari gesit meninggalkan guru Bk yang sangat marah.
"HEH KALIAN JANGAN KABUR!" Guru perempuan yang sedikit berisi badannya lantas mengejar dua siswi yang kabur.
Sedangkan yumna dan anisa berlari kencang sambil tertawa, melihat wajah garang Bu nina membuat keduanya puas. Anisa berlari dengan posisi mundur untuk melihat apakah guru itu mengejar mereka atau tidak dan ternyata jawabannya diluar otak. Ada 3 satpam sekolah yang mengejar mereka berdua dan ditambah juga dengan dua guru bk yang tak luput untuk menangkap dua perempuan itu.
Aksi kejar-kejaran membuat kegaduhan di lorong koridor sekolah, entah apa yang ada di pikiran mereka keduanya nampak menikmati kegiatan ini. Yumna dan anisa berlari menuju lapangan indoor khusus untuk basket.
Yumna membelalakkan matanya saat melihat segerombolan laki laki yang berhenti di tengah koridor, satu orang tengah berjongkok sepertinya sedang mengikat tali sepatu, tangannya mendorong punggung orang yang menghalangi jalannya.
Percayalah seolah kakinya tidak bisa ia gunakan untuk berlari lambat, "WOY MINGGIR ANJIR, MINGGIR WOY!"
beberapa orang yang mendengar menepi dan memberikan jalan. Hanya tinggal satu orang yang tengah mengikat tali sepatu yang tidak menepi,
Dengan gerakan cepat punggung siswa itu menjadi pijakan ia melompat, "sorry besti, lo yang salah kali ini." Ucap Yumna tanpa menoleh.
Anisa yang melihat tertawa ngakak, menghentikan larinya lalu membungkuk minta maaf berkali pada orang itu tanpa melihatnya. Telinganya yang mendengar langkah kaki yang mulai mendekat Anisa menoleh dan kembali berlari menyusul Yumna yang sudah jauh.
"HEY KAMU JANGAN LARI! BERHENTI."
Anisa menghiraukan teriakan itu, memilih berbelok ke lorong sekolah yang sepi setelah nya memasuki gudang sekolah dan membuka pintu rahasia. Lorong kecil yang ia dan yumna temukan sewaktu masa pertama sekolah. Lorong gelap bawah tanah yang menghubungkan gudang dekat lapangan basket indoor.
Pintu gudang dibuka Anisa berlari menuju pintu ruangan basket dan mengunci pintunya dari dalam.
Yumna terkikik melihat Anisa yang meluruhkan badannya dan bersandar di pintu karena lelah terus berlarian.
"Nih minuman." Yumna melempar minuman miliknya yang langsung di tangkap Anisa.
Tas ransel miliknya di jadikan bantalan, gadis itu mengeluarkan ponsel dan mulai memainkan benda kotak itu.
Anisa meneguk air sampai setengah lalu berjalan menghampiri Yumna dan berbaring di sebelah sahabatnya.
"Capek sumpah, ternyata tu guru larinya cepet juga." Yumna menyimpan ponselnya lalu menatap langit langit ruangan.
"Suatu saat nanti gue bakal ceritain kejadian ini ke anak gue,"
Anisa menoleh, "terus biar anak lo ngikut nakal gitu kaya emaknya?" Yumna menoleh keduanya bertatapan.
"Oh iya ya, yaudah nggak jadi."
Anisa merubah posisi nya menjadi duduk, "gimana kalau nanti anak gue sama anak lo kita jodoh in."
Yumna mengacungkan jempol menandakan ia setuju, "oke, jadi kita bisa besanan."
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mukmini Salasiyanti
😄😃🤣🤣
besanan ?????
2024-06-10
0
Tan59
xian dalam cerita ini punya gaya humor yang khas, gue suka
2023-10-19
0
Tan59
xian yang kocak dalam cerita ini adalah salah satu alasan kenapa cerita ini begitu istimewa
2023-10-19
0