"Tapi lokasi itu sangat jauh dari sini, jika memakai mobil maka jarak yang ditempuh sekitar 4 jam sedangkan jika memakai motor,jarak yang ditempuh 2 jam. Dan juga kendaraan bermotor ataupun mobil tidak bisa masuk karena lokasi itu dihutan belantara serta terpencil dari pemukiman penduduk.Meski kita sampai disana kita juga tidak bisa mengetahui keberadaan Zena karena sinyal akan terganggu alias tidak ada sinyal." Jelas Sevian.
"Masalah itu nanti aja kita pikirkan, yang penting kita kesana dulu. Setelah sampai baru kita cari petunjuk, mungkin aja Zena atau penculik itu meninggalkan jejak." ucap Ivano dan langsung mengambil kunci motor dan keluar menuju motornya berada.
"Ya udah ayo kita susul Ivano." ucap Zeno langsung pergi menyusul Ivano yang duluan keluar.
Disusul ketiga temannya dari belakang keluar dari apartemen Ivano turun ke bawah dimana motor mereka berada.Setelahnya pergi menuju dimana keberadaan Zena .
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Disebuah ruangan dengan pencahayaan remang-remang berasal dari satu lampu diatas mereka, terdapat 2 seorang gadis yang pingsan serta duduk berdampingan dengan tangan diikat dan mulut yang ditutup menggunakan kain.
"Euuugh" Suara lenguhan salah satu dari dua gadis itu yang tersadar dari pingsannya.
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang ada ditempat itu, setelah penglihatannya jelas gadis itu mengedarkan pandangannya melihat sekeliling tempat ini.
"Zena ada dimana ?" batin Zena.
"Zena ingat saat Zena akan memasuki kelas XI KIMIA 1 tiba-tiba mulut Zena dibekap dengan kain setelahnya Zena gak ingat apa-apa lagi." batin Zena yang mengingat kejadian beberapa saat lalu sebelum dirinya pingsan.
"Euuugh" Suara lenguhan yang berasal disamping tubuhnya mengalihkan atensi Zena.Zena menolehkan kepalanya kesamping kanan nya untuk melihat siapa yang bersamanya.
Sedang gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya setelah beberapa penglihatannya mulai jelas ia mengedarkan pandangannya kesegala arah memperhatikan setiap sudut tempat ini.
Saat gadis itu menoleh ke kiri, ia terkejut melihat Zena ada disampingnya begitupun dengan Zena yang melihat siapa yang berada disampingnya.
"Hmmmp, hmmmp" ucap gadis itu tertahan saat melihat Zena disampingnya.
"Hira! Kenapa Hira bisa ada disini ?Apa ia juga diculik oleh orang itu ?Tapi bagaimana caranya Hira sampai disini dan tertangkap oleh orang itu ?" Zena bertanya tanya dalam hati dengan perasaan yang bingung.
Ya! Gadis itu adalah Hira.
Hira berencana untuk melihat perlombaan Zena dan menunggunya selesai lalu setelah itu pulang bersama, tapi siapa sangka saat dirinya sampai ditempat perlombaan Zena dilaksanakan.
Hira terkejut melihat 2 orang pria membekap mulut Zena dan membawanya masuk kedalam mobil,Hira mengikuti mobil mereka menggunakan motor matic miliknya hingga sampai di daerah Z, dihutan belantara yang jarang dilewati oleh penduduk sekitar.
Hira terus mengikuti orang tersebut sambil meninggalkan jejak dengan menumpahkan air botol yang dibawahnya sehingga membuat tanah itu becek oleh air hingga sampai di sebuah lubuk tidak terpakai.
Hira berusaha menolong Zena dan mendekati tempat itu, tapi tanpa sengaja ia menginjak ranting pohon dan membuat dirinya ketahuan,Hira sempat bertarung dengan orang itu tapi justru dirinya kalah dengan mereka, karena pertarungan tersebut berat sebelah.
Hira seorang gadis sendiri sedang mereka seorang pria dengan 3 orang hingga akhirnya Hira kalah dan di bawah kedalam dimana tempat Zena disekap berada sampailah Hira disini dengan keadaan yang sama dengan Zena.
Kreet
Tik
Suara pintu yang sudah tua terbuka terdengar memenuhi pendengaran Zena dan Hira dan lampu yang menyala tiba-tiba menyilaukan pandangan keduanya membuat keduanya menutupi mata mereka karena cahaya terang yang menyilaukan memasuki retina mata Hira dan Zena.
Zena dan Hira membuka mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya terang yang tiba-tiba memasuki retina mata keduanya setelah penglihatan mereka sudah jelas dan melihat siapa dihadapan mereka berdua.
Deg!
Jantung Zena berdegup kencang saat melihat siapa yang berada di depannya, orang yang menjadi alasan utama dari ketakutannya, orang yang berusaha dirinya lupakan, orang yang Zena harap tidak pernah muncul kembali di hadapan dirinya, orang yang selalu membully dan meninggalkan traumatis dalam dirinya kini muncul kembali dan berada di depannya. Orang tersebut adalah Ghina si pelaku pembullyan Zena.
Zena sampai kesulitan untuk bernafas dan berkeringat dingin dengan tangan saling bertautan serta bergetar saat melihat Ghina berdiri didepannya.
"Huh hah huh hah huh hah" Zena kesulitan untuk bernafas dan berusaha untuk mengatur nafasnya.
Melihat reaksi Zena yang ketakutan dan sesak nafas seperti itu membuat Ghina menyeringai dan mendekati Zena berada sedang perempuan satunya menggunakan masker dan kacamata sehingga tidak dikenali siapa perempuan itu, perempuan itu memilih diam dan menikmati pertunjukan yang akan di mulai.
Sedangkan disisi lain Hira panik melihat reaksi Zena saat melihat perempuan yang saat ini melangkah mendekati Zena, Hira bisa menebak ia adalah Ghina si pembully itu.
Hira memang tidak begitu kenal siapa itu Ghina meski mereka satu sekolah karena Hira selalu berada di kelas atau taman samping sekolah bersama Vano dan Nava.Hira hanya mendengar semua siswa-siswi membicarakan tentang Ghina dan Zena.
"Wah wah wah rupanya lo masih ingat dengan muka gue, bukan begitu cupu." ucap Ghina saat sampai didekat Zena dan berbisik ditelinga Zena saat mengatakan 'cupu' dengan penuh penekanan.
"Hahahaha gue suka lihat ekspresi lo yang seperti ini, ketakutan dan tidak berdaya." Ghina tertawa kencang di hadapan Zena yang terlihat sangat menakutkan di mata Zena.
"Hmmmp, hmmmp, hmmmp" ucap Hira.
Dengan suara tertahan serta tubuh yang terus memberontak membebaskan diri dari ikatan di tangannya.Hira menatap nyalang dan tajam terhadap manusia jadi-jadian dihadapannya ini.
PLAK
Ghina menampar Hira dengan kuat dan kencang sampai sudut bibir Hira robek dan mengeluarkan darah karena merasa terganggu dengan suara Hira.
Hira bahkan sampai menolehkan kepalanya kesamping dengan rambut yang menutupi wajahnya saking kuatnya tamparan Ghina.
Zena yang melihat itu mereka menangis dengan suara tertahan hanya isakan kecil saja yang terdengar dari bibirnya saat melihat Hira ditampar dengan kuat oleh Ghina.
"Hmmmp, hmmmp, hmmmp" Zena berucap dengan suara tertahan sambil menggelengkan kepala serta air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Lo bilang apa sih gue gak paham apa yang lo gue gak paham apa yang lo ucapain" sarkas Ghina.
"Oh ya gue mulut lo kan lagi disumpal pake kain. " ucap Ghina sambil membuka kain yang menutupi mulutnya.
Setelah kain yang menutupi mulutnya terbuka Zena langsung memohon ke Ghina.
"Ghina, jangan... hiks... sakitin dan... hiks... lukai... Hira... Ghina memiliki masalah... hiks... hiks... dengan Zena... bukan dengan... hiks... hiks... Hira... jadi biar Zena yang... Ghina lukai dan... hiks sakitin... jangan orang lain... hiks...hiks... jangan orang lain...hiks... hiks... Zena mohon... hiks... " Zena memohon kepada Ghina sambil memohon dengan isakkan kecil yang keluar dari bibirnya.
Zena tidak ingin melihat orang terdekatnya terluka karena dirinya sebab Zena memiliki hati yang lembut dan rapuh, dirinya akan terluka dan merasa bersalah melihat orang lain terluka karena dirinya.
Melihat Zena memohon padanya dengan sambil menangis membuatnya merasa bahagia, ah! ekspresi yang ditujukan Zena membuatnya bahagia dan sungguh menghibur dirinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments