18. Rumah Tangga

Embun basah di pagi hari ini, dengan hembusan angin menyelimuti diri. Kana dan kari saat ini berada di taman belakang rumah, dengan langkah kaki Kari berjalan kecil mengelilingi taman sebagai bentuk olahraga yang tidak bisa mereka lakukan diluar gerbang.

"Saya nggak bisa jalan kalau nggak pakai sandal," Protes Kana dengan wajah ditekuk cemberut.

Kari berjalan menghampiri Kana yang ada dibelakangnya, tepatnya Kana masih berada diantara pintu keluar rumah taman belakang, yang bahkan dirinya masih berpijak diatas jubin lantai rumah. "Sini," Kari meraih tangan kanan Kana. "Kita jalan pelan-pelan, yaa!"

Dengan perlahan Kana mencoba melangkah walaupun dengan sesekali menjijtkan kaki saat menyentuh bebatuan kecil itu dan jangan lupakan tangan Kari yang melingkar pada pinggangnya, perlahan dan tenang tanpa suara mereka berjalan diatas bebatuan kecil yang telah tersusun dengan rapi.

"Sepertinya sudah cukup untuk pemanasan pagi ini, kita lanjut esok hari. Sekarang waktunya makan," Jelas Kari, namun Kana hanya diam tak kunjung berjalan dan juga Kana menahan dirinya sendiri dari tarikan tangan Kari.

"Kenapa, apa ada yang sakit?" Tanya Kari khawatir, dengan tatapan cemas memperhatikan Kana dari atas hingga ujung. Karena jujur ini adalah kali pertamanya dia memaksa Kana untuk olahraga. Kari terus memperhatikan Kana untuk memastikan jika ada luka pada tubuh Kana.

"Kamu kenapa?" Tanya Kari sekali lagi dan Kana hanya menyengir kuda yang membuat Kari semakin bingung dibuatnya. "Apa ada yang kurang nyaman dari tubuh kamu?"

"Tidak ada, t-tapi gendong..." Ungkap Kana membuat Kari bengong dengan mulut mengangga. "Kalau tidak mau yasudah,"

Dengan cepat Kari mengendong tubuh Kana didepan, layaknya seorang beby. "Kenapa tiba-tiba sekali, minta digendong?"

"Karena saya ingin merasakan kembali berada pada dekapan gendongan tubuh kamu, layaknya beberapa tempo bulan lalu saat di rumah sakit."

"Baiklah, saya akan sering-sering mengendong kamu nantinya." Kari tersenyum dengan pandangan menatap kedua bola mata Kana yang ada di bawahnya, secara seksama dan begitu dalam, dengan langkah kaki menuju dapur bersih.

"Nggak mau disini, kita ke kamar. Saya mau makan dikamar,"

"Tepi saya tidak setuju dengan usulan kamu, kita harus makan disini."

"Saya tidak butuh persetujuan anda," Dengan langkah kesal dan kaki yang dihentikan Kana berjalan menuju kamar setelah Kari turunkan dirinya pada kursi meja makan.

Sesampainya dikamar Kana langsung membersihkan badan menuju kamar Mandi dengan perasaan kesal dan sebal dan setelah dirinya menyelesaikan segara ritual perawatan didalam kamar Mandi Kana kian berjalan keluar dan nampak didepan mata Kari yang baru saja datang dengan makanan diatas nampan yang ia bawa.

"Makan dulu," ucap Kari dengan tutur kata halus dan pandangan mata tulus.

"Nggak."

"Makan Kana,"

Kari meletakan semua makanan itu pada sofa baru di dalam kamar ini, sofa yang baru saja ia beli karena Kana hanya ingin melakukan segala aktivitas di dalam kamar. Kari hanya bisa berharap, jangan sampai bayinya nanti adalah seorang introvert.

"Duduk sini," Perintah Kari menepuk samping sofa yang diduduki dirinya.

Mau tak mau, masih dengan perasaan kesal. Kana mendudukkan diri di samping tubuh Kari, yang langsung disambut oleh Kari dengan senyum merekah.

Kari menyodorkan susu bumil yang ia ambil dari nampan dengan hati-hati menuju mulut Kana, hoek... Hoek... Hoek...

Tanpa disangka Kana langsung memuntahkan susu itu tepat pada lantai kamar, "Kamu geser sini biar saya bersihkan," Kana menggeser tubuhnya dan membiarkan Kari mengelap dan membersihkan muntahan tersebut dengan telaten agar tidak memunculkan bau dan Kari tidaklah merasa jijik dengan muntahan Kana yang berisikan apel dan roti yang ia makan pagi tadi.

"Nanti saya belikan rasa baru," Tawar Kari,

"Tidak usah, saya memang tidak terlalu menyukai jika harus meminum susu di pagi hari."

"Suka nggak suka, kamu harus meminumnya. Paham,"

Dengan malas Kana berdecak dan memutar bola matanya. Mulutnya terasa gatal ingin memaki Kari namun dia tak berani melakukannya.

"Kita makan sekarang," Dengan telaten suap demi suap Kari berikan pada Kana dan buah hati tercinta yang masih belum nampak kehadirannya. Waktu yang berjalan singkat dan padat menyelesaikan makan bersama mereka.

Kari melangkah keluar untuk mengembalikan piring kotor tersebut kedapur, namun sebelum itu Kari lebih dulu membuang susu yang tidak Kana minum agar tidak menyakiti simbok yang telah membuatkan susu untuk Kana.

Segera perlengkapan dan persiapan telah Kari lakukan mulai dari mandi dengan segala urutannya, menyiapkan berkas, dan memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Ayah pergi kerja dulu yaa, beby didalam jagan nakal-nakal." Monolog percakapan antara Kari dan calon buah hati setiap pagi membuat hati Kana menghangat.

"Saya pergi dulu,"

"Hmm, hati-hati." Jawab Kana fokus dengan TV yang ada didepannya. Dia akan berangkat ke kantor siang ini, semenjak menginjak 3 bulan usia kehamilannya Kana menjadi malas kalau harus berangkat dipagi hari.

Dirumah sakit Kari sangat disibukan dengan segala pemeriksaan ibu hamil dengan berbagai keluhannya, terlebih siang nanti Kari harus memimpin dua operasi besar yang harus dia tangani. Sungguh melelahkan, hingga jam dua siang sebelum melakukan operasi kedua Kari berjalan menuju kantin lalu mendudukkan diri pada kursi yang ada didepan Mufi. Sungguh perutnya sudah keroncongan sadari tadi minta di isi sejak Kari masih ada didalam ruang operasi.

"Gimana rasanya kehidupan rumah tangga? Sesuai dengan apa yang kamu ingin atau?" tanya Mufi memancing percakapan dengan Kari.

"Sepertinya tanpa perlu saya jawab anda paham hanya dengan melihat raut wajah lelah saya. Anda jauh lebih paham dibandingkan saya tentang kehidupan rumah tangga kak, terlebih anda bekerja dalam bidang yang juga menangani problem dalam pernikahan. Jadi anda tau tanpa saya harus menjelaskan,"

Mufi tertawa hambar, "Itulah mengapa kehidupan dalam pernikahan tak seindah saat jatuh cinta pada pandangan pertama atau masa-masa pacaran. Keluarga kecil yang bernama rumah tangga itu penuh dengan keseriusan dan keegoisan satu sama lain. Jadi saat salah satu pasangan tidak bisa meredamkan kemarahannya, maka yang terjadi hanyalah ketidak akuran dan pertengkaran dalam rumah tangga." Ujar Mufi pada Kari.

Kari mendengarkan dengan seksama dan sesekali dia menyendok makanannya. Mufi adalah sosok idaman para perempuan, banyak dari pasiennya yang berusaha untuk mendapatkan dia. Selain Kari yang notabene dokter kandungan, Mufi juga sama seorang psikiater yang kerap di cemburui oleh para pasiennya. Saat pasien A mencintai Mufi dan merasa Mufi tidak boleh menerima pasien perempuan disitulah Mufi harus menjelaskan dan bersikap bijaksana. Perkataan Mufi tidak bisa menyakiti pasiennya dia tidak bisa langsung mengungkapkan 'Saya sudah ada istri, pergi kamu dari sini dan carilah psikiater lain.' Mufi tidak bisa seperti itu.

"Perempuan itu rumit dan unik ya kak," tutur Kari begitu saja.

"Seorang perempuan itu pintar bukan rumit dan unik, seorang perempuan itu tidak akan mudah dibohongi, terlebih seorang Kana Feo Indahlia. Jika nanti saat seorang perempuan menggunakan logikanya saat itu juga hidup seorang laki-laki akan hancur, karena mereka tidak akan mudah memaafkan. Dibalik hati perempuan yang lembut dan baik ada dendam yang menyerang pikiran mereka, jadi akan sangat sulit bagi mereka melupakan atau menghapus suatu kenangan buruk, jadi perlakuan lah dia dengan sebaik-baiknya, jangan pernah juga kamu berpikir untuk menyimpan selingkuhan."

"Nggak akan kak, saya tidak akan selingkuh?"

"Siapa tau kan nanti kalau kamu khilaf, ingat perempuan itu pintar dia melihat keseriusan dan pertanggung jawaban laki-laki dari perbuatan yang dia lakukan, apa kamu paham?" Kari menghela nafas kasar, sungguh terkadang apa yang Mufi katakan penuh dengan tanda tanya dan teka-teki didalamnya, namun semua yang dia katakan penuh dengan hasil nyata permasalahan dalam kehidupan ini.

"Paham kak, saya telah menyadari suatu hal sekali lagi terimakasih kak atas pemahamannya." Kari menjawab dan memakan-makanannya dengan cepat karena waktunya terlalu padat hari ini.

"Bagus, saya tau kamu tak sebodoh itu, kamu bisa melihat dan menilai baik atau buruknya dari tindakan kamu saat ini bagi masa depan kamu nanti." Dengan santai Mufi menyedot habis jus jambu miliknya lalu berjalan pergi meninggalkan Kari seorang diri.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

ngakak aku thor 😂

2023-10-09

1

Defi

Defi

serasa menyusun puzzle ya Kari

2023-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!