12. Kesalahan

Memaafkan kesalahan itu berat, namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Seribu kebaikan bisa terhapus karena satu kesalahan, lantas seribu kesalahan bisa terhapus dengan satu kebaikan tulus.

"Kamu bener tidak apa-apa dek, apa saya perlu meminta Vina untuk menemui mu dihotel, agar kamu ada teman untuk bercerita dan berbagi keluh kesah?"

"Tidak perlu kak, sungguh."

"Kamu tenang dulu, kakak akan kirimkan obat untuk kamu nanti. Besok kakak pulang. Kamu tenang yaa, mungkin kamu demam, apa kamu merasakan suhu tubuhmu panas ?"

"Iyaa, terimakasih kak Mufi. Saya masih ada urusan, Kana titip telfonnya ya kak."

Kedekatan antara Mufi dan Kana sudah terikat sadari kecil saat mereka menjadi tetangga. Rumah yang bersebelahan dengan tembok sebagai penghalang namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk bermain bersama.

Kana terdiam dalam kamar dengan mode lampu tidur yang menghangatkan. Hati yang tak tenang dengan pikirkan kacau tak karuan memutuskan niatnya untuk memeriksakan diri pada klinik yang ada di depan hotel. Dengan pakaian tidur seadanya dan sandal hotel terpasang dikakinya. Kana melangkah menyebrangi ramainya jalan raya hingga sampai di depan klinik Utama Pratanata.

Tak terlalu ramai namun bukan berarti tak ada pasien, hanya beberapa orang yang sedang berobat di sana, hingga nama Kana terpanggil untuk masuk kedalam ruang pemeriksaan. sebuah ruang yang khas dengan warna putih dengan alat medis dan poster tertempel pada dinding ruangan.

"Selamat, sore." Sapa seng dokter laki-laki yang duduk pada kursi, dengan posisi menghadap pintu masuk. Wajahnya yang nampak cerah merekah menyambut para pasien yang berobat padanya.

dr. Reza Rasendra, Sp.A itulah nama tag yang tertera pada jas dokternya.

"Sore, dok." Kana mendudukkan diri pada kursi yang ada didepan dokter ini.

"Apa keluhannya bu?"

"Beberapa hari ini saya mengalami nyeri diperut bagian bawah yang telah berlangsung selama beberapa hari dan bagian bawah saya mengalami pembengkakan, satu bulan lalu saya melakukan hubungan seksual untuk yang pertama kalinya. Selain dari itu kepala saya terasa pusing sekali dan badan terasa panas hampir mencapai 39°C. Apakah ini penyakit berbahaya dok?"

Dokter tersebut nampak berfikir sebentar, "Coba kita periksa,"

Kana berjalan menuju brankar yang ada disampingnya, lalu menidurkan diri dengan posisi gelisah dan resah. Dengan diikuti sang dokter yang berdiri disamping Kana.

"Tenang dan rileks ya." Dokter tersebut memeriksa Kana dengan stetoskopnya, mendengarkan detak jantung dan perut Kana. "Saya belum bisa menemukan diagnosa pastinya, apakah bengkak kemerahan atau seperti apa dan apakah juga sangat sakit sekali untuk perutnya?" tanya Reza yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Kana, memang Reza merasa jika perutnya terasa sedikit keras.

"Saya mohon maaf sebelumnya, saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepala ibu untuk diagnosa lebih pastinya." Reza nampak berpikir dengan keras, menyusun rangkaian kata agar pasiennya ini bisa memahami dengan mudah apa yang akan dia sampaikan. "Maaf sebelumnya setelah satu bulan lalu itu, untuk ibu pertama kalinya dan terakhir kalinya atau setelahnya ibu melakukannya lagi dibeberapa hari atau minggu ini?"

Kana langsung menggelengkan kepalanya, "Saya hanya melakukan itu yang pertama dan yang terakhir dok, setelahnya saya tidak melakukannya lagi."

"Baik, saya mohon maaf sebelumnya apakah ibu mengizinkan untuk saya menjalankan pemeriksaan lebih lanjut dengan saya melakukan pemeriksaan bimanual yaitu memeriksa ibu dari bawah, hal ini untuk menilai kondisi rahim, ovarium, dan struktur panggul ibu," nampak jelas wajah Kana memerah malu dan takut bercampur menjadi satu. "Jika tidak bisa tidak masalah, karena saat ini dokter yang jaga klinik kebetulan cowok semua. Apakah ini mau saya rujuk kerumah sakit untuk pemeriksaan panggul?"

Kana dengan cepat menatap sang dokter dan menggelengkan kepalanya, bisa bahaya juga dirinya kerumah sakit. Kak Mufi pasti akan mengetahui keadaan dirinya nanti, apa lagi banyak yang tau hubungan Kana dengan Mufi sangatlah dekat. "Tidak dok, lakukan apapun itu saya ingin yang terbaik agar jika itu penyakit berbahaya bisa langsung ditangani, sejak sekarang."

"Baik, saya mohon maaf sebelumnya dan terimakasih atas kerja samanya. Sus boleh minta tolong ambilkan baju ganti untuk ibunya dan tolong bantu ibu berganti pakaian."

"Baik dok, mari Bu. Disebelah sini." Papah sang suster membantu Kana turun dari bed pasien dan menantunya kedalam kamar mandi.

Dilain sisi Reza menelfon rumah sakitnya, menanyakan siapa dokter jaga sore tadi. Setelah mendengar dokter Kari yang jaga dari bagian resepsionis, Reza langsung menelfon kawan sejawatnya itu.

'Malam dokter,' Sapa Kari diseberang telfon.

'Sore, dok."

'Hari ini kamu jaga dan setelahnya nggak ada dokter kandungan lagi yang stay?'

'Iya dok, setelah ini saya pulang dan tidak ada dokter kandungan yang stay di RS,'

'Baik, kamu jangan pulang dulu ya. Tunggu kabar dari saya, di klinik ada pasien gawat dan harus segera mendapatkan penanganan. Siapkan pemeriksaan panggul, terimakasih dan saya tutup telfon nya.' Belum Reza mendengar pertanyaan yang akan Kari lontarkan dia lebih dulu menutup telfonnya.

Suara benturan yang cukup keras mengagetkan Reza yang sedang fokus membaca riwayat pasiennya ini, "Dokter maaf pasien tergelincir di dalam kamar mandi dan mengalami pendarahan," Adu sang suster yang menguat Reza semakin terkejut dibuatnya.

Siapa yang tidak kenal Kana coba, kabar kedatangannya mengambil alih hotel telah tersebar kemana-mana. Terutama Reza selaku orang besar yang tidak kalah dengan Kana, Reza adalah cucu dari pemilik rumah sakit dan dirinya sekarang adalah pendiri klinik utama ini. Reza telah bertemu dengan Kana beberapa kali saat ada seminar atau pertemuan dihotel untuk membahas kerja sama dalam bidang kesehatan karyawan, namun Kana tidak mengenal Reza. Jadi kedatangan Kana malam ini cukup membuat Reza terkejut, sehingga dia langsung menelfon rumah sakitnya untuk memberi penanganan pada Kana, karena dia rasa tidak akan sanggup menagani Kana di kliniknya. Toh dari pada kliniknya kena masalah lebih baik RS yang menangani Kana.

Tanpa pikir panjang Reza langsung megendong Kana ditangannya, "Suster tolong masukan barang-barang saya segera kedalam tas dan kunci mobil juga, segera. Saya harus ke RS."

Didalam mobil sebelum mobil melangkah berjalan Reza lebih dulu menurunkan sandaran kursi hingga batas maksimal dan menyuruh Kana berbaring miring ke kiri, setidaknya hal itu bisa meningkatkan aliran darah ke rahim.

Suara dering telfon mengalihkan fokus Reza pada jalanan kota, Kari nama itulah yang tertera dilayar handphonenya. 'Hello Kar, saya lagi perjalanan ke RS. Siapkan USG dan apapun itu, saya bawa pasien penting dan dia pendarahan. Setelah sampai saya akan segara bawa dia keruangan kamu.'

Sungguh Reza sangat berdoa tidak terjadi apa-apa dengan Kana, karena karir dan pekerjaannya ada ditangannya saat ini. Jika Kana memutuskan kerja sama dengan klinik dan RS maka akan tamat riwayatnya dimarahi oleh seluruh keluarga.

Tanpa pikir panjang setelah memarkirkan mobil bebas Reza langsung berjalan kearah penumpang, mengangkat badan Kana yang terbilang kecil dengan mudahnya dan langsung masuk kedalam life petinggi dan keluarga pemilik rumah sakit.

"Sss-saakit" desis Kana ditengah ambang kesadarannya.

"Saya mohon tunggu sebentar, sebentar lagi kita akan segera sampai." Tanpa pikir panjang Reza langsung menendang pintu ruang praktek Kari dan tak lama pintu dibuka dari dalam dan nampaklah Kari dengan wajah kaget atas tindakannya.

"Mentang-mentang calon pemilik RS seenaknya saja rusak properti," lontar Kari pada Reza yang langsung masuk dan membaringkan pasien yang dia bawa diatas bad pasien.

"Cepat tangani dia, jangan sampai hal-hal buruk terjadi padanya. Masa depan saya ada ditanganmu bro." Reza langsung memegang pundak Karo setelah menutup pintu. "Masih sempat-sempatnya lo tersenyum, cepat tangani dia."

Kari membulatkan mata sempurna setelah Reza menyingkir dari hadapannya dan menunjuk Kana yang berbaring lemah tanpa tenaga dan tangan memegang perutnya. Melihat orang yang ada diatas bad pasien adalah Kana, ia langsung melepaskan stetoskop yang melingkar dilehernya. "Saakkit dokter,"

"Sabar ya, saya akan melakukan sebaik mungkin. Pendarahannya sudah berhenti, Reza tolong bantu saya, sini Lo." Sungguh Kari sangat kalang kabut saat ini, setelah tau orang yang berbaring adalah cinta pertamanya dulu dan bahkan sampai sekarang.

"Gimana Kar?" tanya Reza yang tak kalah paniknya, melihat Kari yang sadari tadi tak henti memfokuskan mata pada layar USG dengan tangan yang terus bergerak memutar alat USG diatas perut Kana.

"Hasilnya tidak jelas, Za."

"Apakah perlu melakukan USG transversal Kar, tapi dia habis pendarahan. Apakah tidak masalah ?"

"Iya, kamu benar. Saya akan melakukan USG transversal. Aman Za, sama saya. Saya harus memastikan keakuratan hasilnya Za," Tanpa pikiran panjang Reza membantu Kari menjalankan USG transversal pada Kana.

"Lo lihat inikan Za?" tanya Kari memandang Reza yang ada dibelakang tubuhnya.

"Dia hamil ?"

"Iya betul sakali," jawab Kari dengan bangga setelah melihat titik hitam itu dengan jelas tumbuh didalam rahim Kana.

"Gila si bro, sakali tancap satu bulan langsung jadi." Reza menggeleng-gelengkan kepala sambari melihat Kana yang tertidur pingsan tanpa pergerakan.

Kari cukup kaget dengan apa yang Reza katakan, bagimana dia tau kalau itu sekali tancap. "Dia tadi bilang ke gua waktu di klinik. Satu bulan lalu baru saja melakukan hubungan seksual dan itu terakhir kalinya dia melakukan, tapi perut bagian bawahnya terasa sakit sekarang dan tubuhnya panas disertai pusing dan lemas." Jelas Reza yang paham dengan manik wajah ekspresi Kari. "Btw aman kan bayinya ?"

"Aman si untuk sekarang tapi kandungan dia tergolong lemah." Kari menjawab sambil mengarahkan stetoskop kearah jantung Kana berada.

"Baguslah, aman gua. Sumpah kar, ya Allah gua diperjalanan takut banget kalau terjadi apa-apa dengan dia. Lo tau dia pemilik hotel terbesar didepan klinik gua berada, kalau dia memutuskan kontrak kerja sama. Karena masalah ini, gua bisa mati hari ini bro."

Kari memandang Reza yang dapat bernafas lega dan dirinya hari ini juga cukup merasa bahagia. "Kenapa lo kar, ngeri gua lihat senyum Lo. Gua masih normal loh kar, jangan. Macam-macam Lo." ucapan spontan dari Reza mampu membuat Kari langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar tapi tidak menutup kemungkinan senyum tipis tetap terukir di wajah putihnya.

"Lo kenapa si kar?"

Tangan Kari terulur memegang pundak Reza, "Gua bakal jadi ayah Za." jelas kari yang sukses menjatuhkan Reza melorotkan matanya. Bagimana bisa temannya ini belum menikah tiba-tiba mau jadi ayah. Ambigu banget nggak si, Kari ini.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

Kana hamil, masih syukur ada Mufi yang selalu menjaga Kana layaknya adik kakak.. Mufi noh, Kana hamil

2023-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!