Jadwal yang cukup padat untuk hari ini, bahkan makan siang pun Kana lewatkan begitu saja untuk menyelesaikan segala urusan yang ada. Waktu memang sulit dikendalikan jadi hanya bisa Kana jalani tanpa bisa protes ataupun mengeluh. Terlebih dua jadwal pertemuan yang cukup menguras tenaga, dimana yang satu membahas harga sewa hotel untuk melangsungkan pernikahannya dan yang satu lagi membahas pembagunan cabang hotel miliknya yang ada di bandung dengan Adinda seorang arsitektur sekaligus penanggung jawab di sana selama 3 bulan ini sejak pembagunan di mulai.
"Terimakasih atas kepercayaan anda bu Kana, suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu anda secara langsung."
"Sama-sama dan terimakasih kembali atas kerja keras anda yang sudah menyelesaikan 35% pembangunan hotel saya." Ucapnya dengan ditutup saling berjabat tangan sebagai akhir pertemuan.
"Apa anda sudah lama sampai di indonesia, ibu Kana?" Tanya Adinda pada Kana setelah mereka melepas jabatan tangannya.
"Tidak, saya baru saja kemarin sampai bandara dan langsung menuju hotel ini."
"Apa anda tidak merasa letih dan lelah, langsung turun tangan mengurus segala tugas perusahaan hari ini?"
"Kalau bicara tentang lelah itu sudah pasti lelah, tapi tugas perusahaan adalah tanggung jawab saya. Terlebih tadi perut Vina kram jadi saya yang harus turun tangan langsung untuk pembahasan pembangunan hotel cabang dengan anda." Kana tersenyum singkat pada Adinda yang ada didepannya.
"Kasihan Vina dia sedang hamil namun tetap semangat dan terkesan hiperaktif saat bekerja, semua dia atasi dalam sekejap mata. Intinya Vina tidak mudah percaya, sehingga dia harus turun tangan memantau dan melihat secara langsung agar dia bisa mempercayai data-data laporan yang ada."
"Seperti itulah Vina. Dia tidak mudah percaya pada data-data yang ada sebelum melihatnya dan juga Vina seseorang pekerja keras yang jujur, sehingga tidak masalah bagi saya untuk mengecek hotel yang ada disini beberapa tahun sekali karena saya begitu mempercayainya."
"Tapi terkadang seseorang yang sangat dipercayai mereka akan menusuk anda dari belakang dalam arti melakukan korupsi uang pendapatan. Apa anda tidak takut akan hal itu?"
Sudut bibir yang Kana tarik lebar ke penghujung sisi dengan di iringi tubuh yang Kana tegakkan, ia menatap Adinda yang ada di hadapannya begitu dalam "Apa anda korupsi uang saya, nona Adinda?
"T-tidak, mana mungkin saya melakukannya." Bola mata hitam Adinda menyelusuri sekitar ruangan sebelum menjawab pertanyaan Kana.
"Baguslah, karena anda akan tau akibatnya jika berani bermain-main dengan saya. Saya pergi dulu, silahkan nikmati makanan yang ada. Jagan merasa sungkan dengan saya dan maaf saya tidak bisa menemani anda makan, karena saya masih ada urusan."
"Tidak masalah ibu Kana, saya sangat memaklumi tugas anda. Terimakasih atas semua jamuan makanannya." Adinda menjawab dengan diiringi dirinya yang ikut berdiri kala Kana beranjak dari duduknya, Kana tersenyum pada Adinda dan memanggukan kepala, lalu berjalan melenggang pergi dengan dikuti gerakan Adinda sedikit membukukan badan kala Kana akan mulai berjalan.
Setelah Kana keluar dari balik pintu meeting lantai bawah ia langsung menghembuskan nafas dengan kasarnya. Menarik udara segar dalam-dalam lalu mengeluarkan secara perlahan."Oko... "
"Iya, bu. Ada yang bisa saya bantu?" Oko yang sedang berjalan kedepan langsung menghampiri bos besarnya, Oko Zainkurnia satu-satunya orang yang dipercaya oleh Vina untuk mengurus segala urusan yang ada jika dirinya berhalangan hadir.
"Kamu paham dengannya bukan, tentang seseorang yang ada didalam ruang ini?"
"Iya bu, beliau Non Adinda yang bertanggung jawab atas bahan baku pembuatan hotel cabang."
"Cari tau tentangnya, saya menemukan kejanggalan pada dirinya. Saya curiga dia melakukan korupsi uang perusahaan. Rahasiakan dulu hal ini jadikan data awal,"
"Baik bu, secepatnya akan saya selidiki."
"Good, saya pergi dulu. Thanks ko." Kana menepuk pundak Oko lalu melangkah pergi menuju ruang kerjanya.
Di sepanjang jalan hotel banyak yang menyapa Kana, karena mereka sudah tau siapa dirinya tanpa Kana perlu memperkenalkan diri.
Jam tangan yang terpasang pada pergelangan tangan kiri Kana menunjukan pukul satu lebih empat puluh menit dan Kana belum mengisi perutnya dengan makanan apapun, setelah pagi tadi makan dengan keluarga Vina. Karena, yang ada dipikiran Kana awalnya adalah dia bisa makan bersama dengan Adinda, namun sayang selera makan bersama Adinda langsung hilang begitu saja, saat Adinda membahas hal negatif dengannya.
"Vin, kamu kenapa masih ada disini?" Tanya Kana terkejut setelah membuka pintu lalu melihat Vina duduk membaca data didalam ruang kerja mereka.
"Pakai tanya, saya tunggu kamu Na. Kamu ngapain aja si lama sekali. Sekarang antar saya ke rumah sakit."
"Jadi kamu juga belum pergi kerumah sakit? Bukannya saya sudah bilang untuk kamu segera kesana, lalu setelahnya pulang kerumah untuk istirahat bukan sebaliknya kamu tunggu saya. Vina!"
"Kamu bentak saya, jahat kamu Kana." Mata hitam nan pekat itu mulai berkaca-kaca hingga detik berikutnya, tetesan air bening mata secara perlahan mulai keluar membasahi pipi Vina.
"Bukan gitu Vin, maaf. Kita kerunah sakit sekarang yaa." Kana berjalan memeluk tubuh Vina hingga bumil itu merasa tenang, sungguh bayi kurang ajar. Beraninya dia menguji kesabaran diri seorang Kana dengan mood buruk yang dibuat olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Defi
Adinda kamu salah orang, Kana itu bisa mengetahui gerak-gerik yang mencurigakan
2023-10-08
1