Segala administrasi dan keperluan Kana telah Kari lunasi, hingga tepat pukul sebelas siang Kana sudah diperbolehkan untuk pulang.
"Siap pulang hari ini?" Tanya Kari melihat Kana bersandar di atas bed tempat tidur.
"Pulang?"
"Iya, pulang kerumah."
"R-rumah...?" Dengan tatapan bingung Kana menatap mata Kari. "Saya belum beli rumah, perlengkapan saya sebagian ada dihotel dan dirumah kak Mufi."
"Kamu ikut pulang kerumah saya."
Kana nampak berpikir, hingga Kari berjalan mendekat kearah Kana. "Pulang kerumah saya Kana, rumah Kita berdua, bukan rumah kedua orang tua saya. Saya tau kamu pasti tidak akan nyaman jika tinggal dirumah kedua orang tua saya. Jadi saya telah memberi rumah baru untuk kita. Apa yang kamu pikirkan hmm?"
"Tidak ada,"
Kari mengeluarkan buku pernikahan mereka, "Ini belum kumu tanda tangani Kana, kamu harus segera menandatangani buku pernikahan kita."
Sebuah buku kecil yang Kari ulurkan pada Kana dengan ballpoint didalamnya. Kana terlihat bingung saat melihat buku tersebut, sebuah buku yang terdapat foto seorang perempuan didalamnya. Tanpa pikir panjang Kana langsung mendatanginya.
"Terimakasih," Kari memeluk Kana penuh haru hingga air mata menitik mengalir keluar begitu saja."
"Yang sudah terjadi biarkan tetap berjalan dokter, udah jangan menangis ya. Malu sama anaknya ini." ujar Kana yang merasakan basah pada pundak kanannya dengan telinga yang mendengar suara isak tangis Kari.
"Biarin, ayo kita pulang." Kari menuntun Kana turun dari kasur lalu memapahnya keluar dari rungan. Namun saat sampai pada lorong menuju life mata Kana melihat begitu banyaknya perawat yang berlalu lalang hingga membuat tubuhnya menegang.
Kari merasakan ketegangan tubuh Kana kala satu tangan kiri Kari merangkul pundak Kana dan tangan kanan menggenggam tangan kiri Kana yang telah Kana remas berkali-kali karena ketakutan yang kian menjalar dalam diri.
"Tutup mata kamu, jagan dibuka sebelum saya perintahkan. Oke," Kari menggendong tubuh Kana ala bridal style dan Kana yang diperlakukan seperti itu hanya diam saja memanggukan kepala untuk menuruti apa yang suaminya perintahkan.
Setelah melangkah cukup panjang yang memakan energi Kari habis-habisan kini mereka telah sampai diparkiran. Kana ia turunkan pada pijakan bumi di samping mobil Kari berada. "Sekarang boleh buka matanya."
Kari mengeluarkan mobilnya yang ada diparkiran khusus dokter dan setelah mobil itu keluar, dia mengambil dan menggandeng tangan Kana membawanya menuju kursi samping kemudi. Mengatur kursi yang akan Kana duduki lalu menyilangkan seat belt pada tubuh Kana. Setelah dirasa semua telah selesai dan Kana merasa nyaman tanpa tekanan Kari berjalan memutar menuju kursi kemudi untuk menjalankan mobil menuju rumah kediamannya.
Jalan bahagia pekalongan disanalah rumah Kari berada, sebuah rumah yang baru selesai Kari bangun dari hasil uang tabungannya. Kari berharap kehidupan keluarganya akan sama dengan nama jalan dan tempat yang Kari tinggali saat ini, bahagia.
Rumahnya memang tak terlalu besar dan mewah namun cukup nyaman dan asri. Gaya minimalis yang Kari pilih membuat rumah ini nampak sederhana namun jagan tanyakan dalamnya seperti apa, berisi barang-barang antik nan mewah dari belahan dunia.
"Ini kamar kita, apa kamu suka?" Tanya Kari pada Kana setelah mereka memasuki kamar utama yang ada dilantai bawah dengan didominasi warna abu-abu.
"Suka,"
"Terimakasih Kana, saya lega mendengarnya. Kamu belum makan siang bukan, terlebih pagi tadi kamu hanya makan sedikit di rumah sakit. Bagaimana jika kita makan sekarang?" Tawar Kari merasa canggung dengan keadaan yang tercipta diantara mereka.
Kana hanya menatap Kari sesaat, sebelum Kari menarik tangannya lebih dulu untuk berjalan mengikuti dirinya. Diruang dapur yang bersih nampak makanan telah tersaji diatas meja. Dan muncullah sosok nenek tua yang sudah berumur dari ruang dapur kotor.
"Selamat datang nyonya," Sapa orang tersebut tersenyum pada Kana dan Kari yang akan melangsungkan makan siang. Kana tak menjawab hanya menatap orang asing itu dengan datar, namun Kari tersenyum lebar padanya.
"Simbok sini makan siang dengan kami,"
"Tidak tuan, saya nanti saja setelah selesai menyapu halaman."
"Yasudah kalau begitu, jangan lupa makan ya mbok."
"Nggeh tuan matursuwun, saya pamit." Ucapnya dengan berjalan kedepan dan tinggallah Kana dan Kari didepan meja makan.
"Nama dia mbok Isma dia yang membersihkan rumah ini, kamu bisa memanggilnya mbok." Jelas Kari pada Kana yang menampakan wajah bingung akan kehadiran orang lain didalam rumah ini.
Kana hanya memanggukan kepala dan menyendok makanan dengan lauk pauk ikan laut diatas piringnya, yang sudah disiapkan oleh Kari sebelumnya. Namun sebelum makanan tersebut sampai kedalam mulut Kana perutnya terasa mual hingga ia harus berlari kebelakang untuk mengeluarkan segala isi yang ada didalam perutnya, namun hanya cairan saja yang terus keluar tanpa adanya sari-sari kunyahan makanan Kana pagi tadi.
Kari yang khawatir langsung menyusul Kana, memegang rambut Kana yang tergerai lalu memijat tengkuk leher Kana dari belakang. Tanpa jijik atau bau Kari terus memijat dan sesekali mengusap punggung Kana dengan perlahan.
"Sudah?" Tanya Kari yang melihat Kana dengan keadaan tubuh lemas tanpa tenaga, dengan perlahan Kana dia papah sampai kursi meja makan.
Setelah mereka berdua sama-sama duduk Kana langsung meletakan kepala diatas meja dan Kari mengambil minyak kayu putih yang ada disaku atas baju yang telah ia persiapan sejak Kana akan memasuki mobil tadi, karena Kari takut jika Kana mual saat perjalanan. Namun prediksinya salah, Kana mual saat telah sampai rumah.
"Dibalur dulu perut dan punggungnya biar nyaman dan hangat," Kari ini mentang-mentang Kana sudah menjadi istri sahnya, jadi seenaknya saja menyentuh-nyentuh tubuh Kana tanpa izin dari Kana lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Defi
Udah sah ya Kari, dan Kana pun udah tanda tangan di buku nikah 😄
2023-10-09
1