Anak adalah harta paling berharga dari apapun yang ada di dunia ini, anak adalah bentuk rezeki yang tidak ternilai nominalnya. Anak adalah bentuk amanah tanggung jawab dari sang pencipta untuk di jaga dan didik dengan sebaik-baiknya seiring berkembangnya usia, hak-hak anak harus dipenuhi oleh kedua orang tua sebagai bentuk pertanggung jawaban dilahirkannya dia di dunia.
"Cava, Cevi. Mami datang." Teriak Kana mengalihkan fokus kedua anak laki-laki berusia 7thn yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Cava yang sedang membaca dengan kaca mata terpasang di kedua matanya dan Cavi yang sedang menyusun lego mainannya. Sungguh anak kembar, Mufi dan Vina sangatlah tampan dengan kulit seputih susu, badan berisi, dan mata bulat netra tengah berwarna coklat. Duh tampannya mereka berdua, andai saya lahir dimasa depan mungkin mereka sudah jadi sasaran suami idaman saya. Tidak perlu lagi saya pertanyakan sikap dan didikan orang tuanya karena sudah pasti mereka penuh dengan kasih sayang dan perhatian. Tapi untuk menjadikan Vina dan Musi sebagai mertua saya itu sangatlah tidak mungkin. Batin Kana menatap mereka berdua secara bergantian.
"Mami!" Hanya Cavilah yang menghampiri dirinya, lalu memeluk kedua kaki Kana dengan erat. Sedangkan Cava, jangan harap dia akan menghampiri Kana yang baru datang lalu memeluknya. Jikapun hantu paling menyeramkan muncul di depan Cava dan dia sedang membaca, maka yang Cava lakukan hanya meliriknya saja tanpa mempedulikan hantu tersebut.
"Mami tau tidak?" Tanya Cavi dengan senyum yang tidak luntur sejak Kana memasuki ruangan itu. Sungguh senyum Cavi sangatlah candu, dengan lesung tercetak di kedua pipi tembem miliknya. Senyum yang menenangkan layaknya senyum rembulan yang bersinar terang di malam ini.
"Jumlah mainan yang mami beli ini begitu banyak, terus tadi Cavi foto buat story whatsapp dan banyak teman Cavi yang mau beli. Kata bunda, kita tidak boleh berlebihan dalam memiliki suatu barang, jadi Cavi jual deh sebagian mainannya dan sekarang semua mainan sudah habis terjual." Jelas Cavi pada Kana yang sedang memasang lego kecil berbentuk sebuah kapal, mamang sebagian mainan telah Kana kirimkan kerumah mereka siang tadi.
Kana memekikkan kedua bola matanya, sungguh jiwa-jiwa pengusaha tertanam sejak dini dalam diri Cavi dan juga jiwa kedokteran tertanam dalam diri Cava yang saat ini sedang membaca buku anatomi.
"Cavi, siapa yang mengajari kamu berjualan online?"
"Tidak ada mami, tapi Cavi melihat banyak para penjual yang meng-upload produk yang mereka jual di instagram,"
"Cavi bisa menggunakan handphone. Cavi, tau cara menggunakan instagram dari siapa?"
"Cavi diajari sama om Reza caranya main instagram dan youtube dengan baik dan benar."
"Coba lihat, mana akun instagram Cavi." Kana sungguh penasaran sekaligus kagum dengan kedua anak Vina dan Mufi, setelah hampir 2 tahun tidak bertemu dan hanya bisa bicara melalui handphone Vina, membuat Kana terkejut dengan akal kepintaran mereka berdua. Terlebih dengan Cava yang pintar secara akademis.
Mata Kana di buat melotot karenanya, akun instagram bocah usia 7 tahun, tapi pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan milik Kana, dimana tertera di layar handphone Cavi 57,7RB pengikut dan hanya 12 foto yang diunggah.
"Banyak juga ya pengikut Cavi,"
"Iya, soalnya Cavi ganteng." Jawab Cavi dengan penuh percaya diri dan ini baru duplikat asli Mufi tidak perlu di ragukan lagi ini udah pasti anak Mufi yang memiliki rasa kepercayaan diri setinggi langit senja.
"Emang Cavi, ganteng?"
"Ganteng lah... "
"Emang iyah, jelek gini juga." Ejek Kana dengan mencubit dan mencium kedua pipi tembem Cavi.
"Mami! ndak boleh pegang wajah adek, ndak boleh cubit-cubit, ndak boleh bicara keras-keras, menganggu." Setelah sekian lama es kutub mulai bersuara, walau fokus matanya masih sama menghadap buku yang ada di hadapannya.
"Dengar itu, apa kata Cava." Seorang laki-laki muncul secara tiba-tiba dari balik pintu coklat, siapa lagi dia kalau bukan Mufi Pratamaja Sp.KJ ayah dari mereka berdua, suami dari Vina yang berprofesi sebagai Psikiater.
Suara serak itu membuat bulu kuduk Kana merinding, meremang, dan menegang. Jantung Kana berpacu begitu cepat, berdetak tanpa aturan. Seperti waktu ujian akan segera dimulai dan Kana belum menyiapkan contekan.
Dibawah pantulan cahaya bulan yang nampak di dalam kolam renang dengan bintang sebagai hiasan malam. Kana dan Mufi berada di taman belakang tepat di samping kolam renang dengan secangkir teh sebagai minuman.
Menit ke detik terus berjalan, tanpa bisa dihentikan. Namun, Kana dam Mufi masih sama-sama diam engan memecah keheningan malam.
Dahaman Mufi memutus fokus pikiran kana, hingga pandangan mereka saling bertemu satu sama lain, dengan posisi yang terhalang meja bundar ditengah keberadaan mereka berdua. Kana mengerutkan dahi dengan mata menyipit menunggu kalimat yang akan Mufi keluarkan.
"Kapan menikah?" To the poin, langsung menuju inti tanpa basa-basi. Karena waktu begitu berharga hanya untuk pembukaan yang menurut Mufi tidak begitu diperlukan sebagai awal percakapan mereka.
Ekspresi wajah yang langsung berubah masam dengan senyum yang di paksakan langsung tercetak jelas pada raut wajah Kana, "Saat sudah tiba waktunya, kak."
"Dalam dunia bisnis, kamu membentuk target bukan?"
"Saya akan menikah saat sudah tiba waktunya, tolong jangan pertanyakan tentang pernikahan kepada saya. Karena saya tidak memiliki jawaban pastinya dan hal ini tidak bisa saya hitung target umur berapa saya akan menikah!"
"Oke, lalu. Apa yang kamu takutkan dalam dunia pernikahan?"
"Saya tidak takut menikah, namun saya takut dengan tanggung jawabnya. Saya seorang perempuan yang tentunya sangat dirugikan apabila rumah tangga saya hancur berantakan karena ketidak adanya pertanggung jawaban dari kami yang membentuknya."
"Jelaskan maksudnya, bagaimana?"
"Dalam pernikahan yang berperan besar dalam rumah tangga adalah perempuan. Jika di ibaratkan seorang laki-laki sebagai genting pelindung hujan dan panas lalu keindahan dan kenyamanan di dalamnya semuanya tugas perempuan. Apabila rumah tangga saya gagal bukan hanya saya sebagai korban namun anak saya juga akan mejadi korban. Saya belum siap membentuk bahtera rumah tangga, saya belum siap bertanggung jawab dengan keluarga saya nantinya, dan saya belum siap secara fisik dan mental. Mental saya masih berantakan, pikiran saya masih kacau. Saya belum siap kak!"
"Baik, tapi pernah tidak terlintas dalam pikiran kamu untuk tidak menikah?"
"Pernah, namun saya tepis pikiran itu jauh-jauh. Menjadi seorang istri dan seorang ibu adalah sebuah impian bagi perempuan. Namun, sayangnya banyak laki-laki yang tidak bisa bertanggung jawab dengan keputusan yang mereka ambil sehingga membuat saya mengundurkan diri untuk tidak membuka hati. Saya hanya ingin seseorang yang bertanggung jawab dengan pilihannya, mampu memberikan kebaikan dan ketenangan hati bagi saya. Karena makna menikah bagi saya adalah menjalankan visi dan misi yang kita buat bersama, bagaikan seorang ketua dan wakilnya, dimana harus saling menjaga dan menjalankan apa yang ingin di capai bersama, menjadikan ruang lingkup itu jauh lebih bermakna."
Tatapan mata lekat nan tajam dari Mufi membuat Kana gugup sekaligus bingung secara bersamaan. Entahlah Kana juga bingung dengan dirinya, karena biasanya orang lain yang menghindari tatapan mata Kana. Namun, dengan Mufi. Kanalah yang harus menghindari tatapan mata itu.
"Dari persepsi kamu tadi, saya menyimpulkan suatu pertanyaan mendasar. Apa yang kamu takutkan dari memiliki seorang anak, bukankah kamu secara tidak langsung mengatakan bahwa menjadi seorang ibu itu termasuk impian bagi kamu ?"
"Saya takut jika saya tidak bisa memenuhi hak-hak mereka, saya takut jika anak saya tidak mendapatkan haknya. Karena saya adalah pondasi awal tumbuh kembang mereka yang membentuk kepribadiannya, bahkan sebelum mereka lahir di dunia."
"Kamu tau, apa hak-hak anak itu?"
"Iya, Kana tau kak. Saya telah membaca buku yang kakak kirimkan dulu. Tentang parenting,"
"Sebutkan hak anak itu apa saja dan jelaskan?" Kana tersenyum kecut, sungguh Mufi ingin menguji kesabaran dan pemahaman dirinya mengenai bahtera rumah tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Defi
part ini serasa belajar parenting thor 😂
2023-10-06
1