Apa kalian tau suasana malam paling menenangkan. Saat banyak orang yang berlaku lalang namun saling menghormati antar kamar, tidak berucap jika hal itu tidak penting. Tidak bersuara untuk hal yang tak ada faedahnya, tidak ada lelucon ataupun candaan di sana. Yaa, itu rumah sakit. Rumah paling nyaman yang saling menghormati dan saling memahami tanpa perlu kita bicara untuk menjelaskan bahwa saya butuh ketenangan. Kecuali poli anak ya, poli itu pengecualian. Satu nangis maka semua kamar akan ikut nangis.
Kari berjalan menelusuri lorong rumah sakit, yang penuh dengan cahaya lampu di atasnya. Namun hal itu sama sekali tidak mengurangi rasa horor yang menyelimuti dirinya disepanjang lorong.
Jemari tangan Kari membuka gagang pintu kamar VIP nomer 1 dengan pandangan mata menelusuri fasilitas yang ada didalam ruangan. AC, kamar mandi, kulkas, almari, sofa dll. Hingga mata bulat, indah nan bening itu terfokus pada perempuan cantik yang tertidur ditengah ruangan dengan kondisi badan yang nampak kurus dari terakhir kali Kari melihat dirinya. Sungguh hatinya bertanya-tanya ada apa dengan dia belakangan ini, saat dia tidak ada.
"Hai... Maaf. Maaf telah membuat kamu seperti ini. Dokter Mufi bilang kamu tidak bisa makan, banyak makanan yang dimuntahkan keluar, maka jika hal ini sangat menyiksa kamu. Jika saja saya bisa memutar waktu kembali maka lebih baik saya memberikan kamu pil kontrasepsi agar bayi ini tidak ada didalam diri kamu. Maaf atas keegoisan saya."
Suara isak tangis yang Kari keluarkan cukup membuat Kana terganggu akan tidur nyenyak nya. Perlahan mata indah itu terbuka melihat Kari yang ada disebelahnya.
"Dokter sudah pulang, gimana dengan ayah?" Ujar Kana dengan lirih dan pelan.
Suara tegas dan keras kian menghilang dari dalam diri Kana, berganti dengan suara lirih nan halus. Namun sangat menyayat jantung siapapun yang mendengar suaranya. Begitu juga dengan mata tajam Kana kian menjadi mata sendu yang membuat orang lain iba bila melihat sorot matanya.
"Sudah, ayah kamu baik-baik saja." Dengan bibir gemetar dan tubuh yang menegang Kari menjawab pertanyaan Kana dengan tatapan mata yang tak lepas dari wajah perempuan yang dia rindukan dua hari ini. "Apa yang kamu rasakan saat ini, apa ada yang sakit?"
"Benar kata dokter ternyata hamil tidak semudah mengandung lalu melahirkan, tapi banyak sakali cobaannya. Saya tidak bisa makan nasi dari kemarin." Kari yang mendengar rintihan jawaban dari bibir Kana, langsung naik ketempat tidur dengan tangan terulur menggulung tubuh Kana dalam dekapannya.
"Dokter sudah pulang?" Suara pertanyaan dari seorang perawat yang baru saja masuk membuat tubuh Kana menegang.
"P-pergi.... Akhhh pergi... pergi... Jagan mendekat pergi!" Kari terkejut dengan reaksi tubuh Kana yang melihat Hasta didepan mata. Kana menangis histeris dengan tangan menutup wajahnya.
"KELUAR KAMU HASTA!" Tanpa sadar Kari membentak Hasta untuk pergi dan hal itu cukup membuat Hasta terkejut karena pasalnya Kari tidak pernah meninggikan volume suara, bahkan dalam keadaan marah sekalipun Kari akan berbicara dengan tenang dan lembut.
Hasta mengurungkan niatnya untuk mendekat setelah mendengar bentakan Kari, "D-dokter?" Ujar hasta lirih dan langsung keluar dari ruangan.
Dengan tubuh yang menegang Kari menekan tombol yang ada disamping bed Kana dan setelahnya ia memeluk Kana begitu erat, sangat erat sebagai bentuk menyalurkan rasa rindu dan rasa sakit hati Kari pada dirinya sendiri. Tangan Kari terulur berusaha mengelus punggung ramping Kana untuk meredakan usak tangisnya. "Tenang yaa, tarik nafas perlahan hembuskan. Bagus. Ulangi lagi secara bertahap. Pelan-pelan jagan terburu-buru."
Tak lama dari itu Devin dan Zino datang dengan tergesa-gesa memasuki ruangan Kana. "Sudah pulang kar?" Masih dengan nafas memburu Devin bertanya pada Kari yang merengkuh tubuh Kana begitu erat.
"Belum, ini arwahnya. Kari masih dibandung lagi tidur di hotel bintang lima. Tolong titip Kana ya, besok malam saya kembali."
Suara pukulan Devin kala memukul punggung Kari terdengar menggema dalam ruangan, "S-SAKIT TOLONG!" Bukan suara Kari namu suara Kana yang kembali pada mode awalnya sebelum kehadiran mereka. Dia tidak membuka matanya, namun Kana memukul kepalanya sendiri berkali-kali dengan kedua tangannya dan sesekali dia menutup kedua telinganya. "S-sakit... "
Kari berusaha memegang tangan Kana yang memukul kepalanya sendiri, sungguh fisik Kari lelah dan sekarang batinnya juga terserang setelah menyaksikan keadaan Kana yang sebenarnya.
"Kana Feo Indahlia... Dengarkan dokter, kalau kamu terus memukul kepala kamu sendiri maka saya tidak segan-segan untuk menyuntik kamu sekarang juga."
Fokus Kana kian kembali setelah mendengar ucapan Zeno yang mengancam dirinya dan dengan patuh Kana terdiam menatap Zeno yang berdiri di samping dirinya. "Hua... hiks, pak dokter saya nggak mau sama dokter itu." Adu Kana dengan memeluk tubuh Kari kembali.
Mufi berjalan mendudukkan diri pada sofa yang ada di sana, di ikuti oleh Devin yang menghampiri Mufi lalu Zeno dan membiarkan Kari yang sedang menenangkan Kana. Sisi lain dari Kana kian tampak jelas disini, dirinya yang cengeng saat sedang sakit dan sangat manja sakali.
Kari menenangkan Kana hingga dia tertidur kembali dan setelahnya dia berjalan bergabung dengan teman-temannya.
"Kana sebelumnya tidak seperti itu dia sudah kembali setelah satu hari sejak kepergian kamu. Mufi yang terapi dan membantu meditasi Kana, hingga dia bisa fokus dan menerima dirinya sendiri dengan bayi yang ada di kandungannya dan dia juga telah memahami bahwa rumah tangga itu sangatlah penting dengan adanya sosok ayah. Namun itu tak berlangsung lama setelah Kana kami pindahkan dalam ruang ini dan kami fokus pada pekerjaan, selang berapa jam setelahnya Kana kembali seperti tadi bahkan jauh lebih parah dari tadi, dia menjambak rambutnya sendiri dan memukul kepalanya. Dia takut dengan suntikan dan suster yang datang, tak sampai disitu saja dia bahkan tak segan-segan melukai dirinya sendiri seperti tadi yang kamu lihat. Cctv susah kami cek namun tidak ada tanda-tanda dari penyebab Kana mengalami depresi." Jelas Zeno pada Kari setelah dia mendudukkan diri.
"Tidak mungkin, pasti ada yang melakukan sesuatu pada Kana," ujar Kari setelah menyimak dan memahami apa yang Zeno jelaskan.
"Memang, namun kami tidak tau apa yang terjadi, Cctv ruangan dihapus oleh pelaku dan entah siapa pelakunya." Imbuh Mufi
"Keadaan Kana sudah sehat dia pulih dengan baik, kau boleh membawa pulang Kana besok. Namun untuk keadaan mental Kana itu Mufi yang menentukan," Jelas Zeno karena selama dua hari ini Kana makan dengan teratur walaupun tidak sering namun dia makan pagi, siang dan malam dengan benar. Tapi untuk berat badan Kana menurun karena beban pikiran yang dia simpan sendiri, Kana tidak ingin bercerita ataupun berbicara.
"Saya setuju jika Kana kamu bawa pulang, karena disini tempat Kana mendapat trauma. Sejak Kana lahir banyak yang ingin menyingkirkan dirinya, banyak kepentingan diantara mereka untuk menguasai harta warisan yang diturunkan ibunya pada Kana dan ditambah lagi saat ayahnya Kana mengenal sosok wanita lain dia tidak lagi mempedulikan Kana dan dulu salah satu penyebab ibu Kana bunuh diri karena selingkuhan Ayah Kana bahkan dulu almarhum ibu tiri Kana juga sempat hampir membunuh Kana, Kana kecil banyak menerima luka pada dirinya, Kana akan menangis histeris dan melukai dirinya sendiri saat ada perawat yang datang dan dari reaksi yang Kana perlihatkan kemungkinan besar yang melakukan hal buruk pada dirinya saat tidak dalam jangkauan pengawasan kami adalah seorang perawat dan Kana takut dengan jarum suntik, maka kemungkinan besar benda itu yang digunakan untuk mengancam Kana." Jelas Mufi pada Kari dengan pandangan mata datarnya. "Kana tersabotase oleh pikirannya sendiri, Kana bukanlah seorang yang keras kepala. Hanya saja dia berdiri diatas egonya, tidak mudah bagi dia untuk percaya pada orang lain. Saya telah menyampaikan pada Kana jika kamu ke Bandung untuk menemui ayahnya dan meminta dia menikahkan Kana untuk kamu dan Kana telah menerima hal itu, dia mau mencoba kehidupan berumah tangga dengan kamu. Jadi saya mohon jangan khianati kepercayaan Kana." lanjut Mufi menatap lekat Kari.
"Baik kak, besok pagi Kana akan langsung saya bawa pulang."
"Cie... Manggil kakak," Goda Devin pada Kari yang telah resmi menjadi Adik ipar dari Mufi.
"Diam atau saya lempar," Ancam Mufi menghentikan Tawa Davin. Karena apa yang Mufi katakan itu penuh dengan kenyataan tanpa gurauan ataupun candaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Defi
makanya Vin kalau mau guyon lihat tempat dan kondisi 🤪
2023-10-09
1
Defi
siapa yang jahat pada Kana, apa Hasta ya
2023-10-09
0