Hari demi hari Kana lalui dengan astagfirullah, astaghfirullah, saya kuat ya Allah. Tugas dan tanggung jawab yang Kana pegang cukup menguras tenaga, terlebih Vina saat ini di perintahkan oleh Mufi untuk istirahat total selama dua minggu.
Sedangkan dalang dari mata-mata yang memberitahukan keadaan Vina adalah dokter Kari yang menyambungkan koneksi dengan memberi tahu Mufi akan keadaan istrinya. Tentang Vina yang mengalami kram perut beberapa minggu terakhir ini dan tentang Vina yang tampak kelelahan saat melakukan pemeriksaan padanya.
"Keluar kalian semua nggak becus bikin laporan! Saya tidak mau tau, untuk laporan dan data meeting perusahaan harus sudah ada dimeja saya besok pagi. Perbaiki sekarang juga!!!"
Duduk di kursi kebesaran dengan para petinggi manajer duduk disamping kanan dan kirinya, Kana memandang bawahannya hingga dia melempar hasil laporan diatas meja panjang dihadapannya. Sungguh wajah Kana nampak tenang, namun tatapan mata dan penekan kalimat yang keluar dari bibir tipisnya telah menggambarkan semua tentang keadaan diri dan hati yang gundah penuh amarah.
Setelah merasakan menstruasi satu minggu lalu, kini Kana merasakan keadaan tubuh yang tidak nyaman, punggung pegal, dan perut yang terkadang mual. Terutama sakit perutnya yang tidak tertahankan, bahkan dinginnya suhu AC tidak mampu menyembunyikan keringat kesakitan diri yang tidak bisa dia tahan lagi. Setelah kemarahannya tadi dia langsung berjalan keluar meninggalkan ruang rapat dan kembali kedalam ruang kerjanya. Segala cara telah Kana coba seperti memijat dan mengompresnya dengan air hangat. Namun hal itu tidak mengubah keadaannya sama sekali, makan yang baru saja datangpun tidak bisa Kana makan karena perutnya terus menolak untuk menelan makanan.
"Sakit banget astaga," Kana membungkukkan diri dengan posisi duduk dan kedua tangan yang menekan perut datarnya. Jam dinding terus berjalan hingga kini telah menunjukkan pukul 07:30 malam. "Ini perut kenapa sih! Saya kan sudah menstruasi, bahkan sirkus menstruasinya sudah berakhir. Namun sakit ini kenapa timbul kembali padahal kemarin saya tidak merasakan sesakit ini, tapi sekarang kenapa sakitnya muncul lagi. Ya kali, saya menstruasi dua kali dalam waktu dekat ini. Apa jangan-jangan saya kanker."
Suara deru nafas yang menggebu berusaha Kana kendalikan dengan menarik nafas perlahan lalu membuangnya keluar, beberapa kali Kana lakukan pengaturan nafas hingga nafasnya kembali stabil. Namun tidak dengan perutnya yang masih terasa perih walaupun tidak sesakit tadi dan derai air mata sudah tidak mampu Kana bendung lagi.
"dr. Kari." Hanya itu nama yang terlintas pada pikirannya saat ini, dengan perlahan tangan rapuh tanpa tenaga itu menggeledah seluruh isi tasnya. Hingga dia menemukan apa yang dia cari dan dia butuhkan saat ini. Kartu nama yang dokter Kari berikan padanya beberapa minggu lalu.
Dilain sisi dokter Kari sedang dilanda kesibukan dengan tumpukan berkas pasien di atas meja dokternya. Semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula tanggung jawabnya dalam menangani pasien hingga sang baby lahir di dunia ini.
"Dokter belum pulang?" Tanya Asta asisten baru Kari yang menggantikan hasta, perawat sebelumnya. Asta merupakan adik dari Hasta sehingga dokter Kari memilih Asta sebagai asisten barunya.
"Belum, masih ada berkas yang harus saya selesaikan dan berkas pasien yang harus saya pahami untuk operasi besok pagi. Apa ada masalah, kenapa kamu belum pulang?"
"Emm, tidak ada dok. Saya hanya ingin memberikan cafe ini untuk dokter." Asta berjalan mendekat, lalu meletakkan kopi tersebut diatas meja Kari.
"Terimakasih, Asta. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot membelikan saya kopi."
Hati Asta nampak berbunga-bunga mendengar apa yang dokter Kari ucapkan padanya dengan dia mendudukkan diri pada kursi yang ada di depan dokter Kari yang biasa digunakan pasien untuk konsultasi dan kini jarak di antara mereka berdua hanya tersekat oleh laptop saja.
"Sama-sama dokter, diminum dok kopinya."
"Iyaa, Asta kenapa belum pulang?"
"Karena saya menunggu dokter Kari pulang bareng saya," Dengan spontan Asta berucap tanpa memikirkan apa yang dia ucapkan barusan.
"S-saya?"
Pandangan mata Asta melihat kekanan dan kekiri, rasa gugup dan takut kian mendominasi diri. "Maksud saya itu, saya sedang menunggu kak Hasta selesai dok. Diminum dok kopinya sebelum dingin. "
Kari mengambil kopi tersebut, lalu meminumnya dalam sekali teguk. Jujur jika dirinya sangat kehausan namun malas keluar untuk sekedar membeli minuman. Karena, minuman yang dia bawa telah habis sejak sore tadi.
"Sekali lagi terimakasih, Asta. Saya bersyukur kamu tiba-tiba datang membawakan saya minuman. Karena jujur saya sangat kehausan sejak sore tadi."
"Sama-sama dok,"
Kari menjawabnya dengan senyuman yang manis bagai lampu dalam ruangan. Hingga, hening kian tercipta diantara mereka, sebelum dering telfon Kari berbunyi.
Dengan sudut mata ekornya, Kari memandang siapa yang menelfon dirinya secara tiba-tiba. Hingga senyumnya mengembang begitu saja kala melihat nama yang tertera di layar utama, dengan buru-buru Kari mengangkat telfon tersebut.
Jujur jika Kari sendiri sangatlah terkejut dengan seseorang yang menelponnya tiba-tiba. tidak ada suara dibalik sana hanya Isak tangis yang terdengar diseberang telfon.
'Hai... Are you okay, bisa saya bantu untuk keperluannya?'
'Not okay, perut saya sangatlah sakit sejak tadi.'
'Kamu dimana, sekarang?'
'Foindah Hotel'
'Jagan menangis. Saya segera kesana, tenangkan diri kamu dulu ya.'
'Sakit sekali saya tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya, dok. Sampai ke ulu hati.' Masih dengan isak tangis yang tak kunjung mereda, Kana berbicara dengan Kari diseberang sana dengan sedikit terbata-bata. Sungguh perutnya benar-benar sakit saat ini.
'Tunggu sebentar, saya akan segera datang. Tahan dulu. Jangan nangis saya segera kesana dan tolong jagan matikan telfonnya biarkan ini tetap tersambung.'
Kari memasukan handphone kedalam saku snelli yang masih terpasang di badannya, dia benar-benar panik saat ini. Pikirannya kacau balau dan sangatlah takut dengan hal-hal buruk yang kian mendominasi pikirannya saat ini. Bahkan jantung Kari saat ini berdetak begitu cepat.
"Dokter mau kemana?" Dengan muka polos, imut dan sok lugu, Asta memegang pergelangan tangan Kari yang akan segera pergi setelah memasukkan laptop, berkas, dan barang-barang yang dia perlukan nantinya.
"Saya harus segera pergi Asta,"
"TIDAK! Dokter tidak boleh pergi!" Bentakan yang Asta keluarkan membuat Kari terkejut dengan perubahan sikapnya. Bahkan dokter Kari sampai memekikkan kedua bola mata, sebelum menghempaskan tangan Asta yang mencengkram pergelangan tangannya.
"Apa maksud kamu mencegah saya untuk pergi?"
"Please, dokter jagan pergi. Dokter tetap disini,"
Kari nampak bingung dengan situasi ini. Hingga suara tangisan Kana yang ada di seberang telfon menyadarkan pikiran Kari, dia tidak mempedulikan Asta dan langsung berlari pergi. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.
Dengan langkah lebar, Kari berlari hingga dirinya sampai pada tempat parkir khusus dokter spesialis dan degan cepat Kari berjalan masuk kedalam mobil lalu mengemudikannya secepat mungkin.
'Apa kamu sudah makan hari ini?'
'Saya hanya makan pagi tadi dan saya belum makan apapun hingga malam ini, makannya nggak bisa masuk ke perut'
'Hmm, saya paham untuk masalah dari penyebab perut kamu terasa sakit. So, akan saya bawakan makanan untuk kamu dan saat ini apakah kamu memiliki obat maag?
Kana mencari persediaan obat yang ada didalam tasnya dan menemukan obat maag yang tersisa sedikit dari botolnya. 'Ada dok, sedikit.'
Kana sempat mengutuk kebodohannya sendiri, kenapa dia tidak menyadari jika dia belum makan dari siang tadi dan sekarang mau makan tapi perutnya menolak untuk diberi makan.
'Kamu minuman itu dulu ya, saya segera sampai.'
Ditengah perjalanan, Kari merasakan tubuhnya yang tiba-tiba terasa gerah nan panas. Bahkan jendela mobil telah dia buka lebar-lebar namun tidak kunjung meredakan rasa panas yang menjalar dalam tubuh Kari yang datang secara tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Defi
Asta kamu jahat, gak kebayang akibat ulahmu Kana yang jadi korban dokter Kari 😡
2023-10-09
1