13. Kebahagiaan seseorang Kana

"Sumpah Kar, Lo benar-benar gila si. Lo udah Gila sumpah. Lo ngelakuin dengan Kana yang notabene ckckck, gua nggak sanggup berword-word lagi sumpah Kar." Reza hanya mampu mengeleng- gelengkan kepala melihat tingkah Kari yang menurutnya kelewat nekat. Ngelakuin itu dengan sosok Kana Feo Indahlia, sosok yang sangat amat disegani oleh semua orang dikota Pekalongan ini. Selain Kana terkenal sebagai pemilik hotel terbesar, dia juga berinvestasi di banyak bidang industri yang ada dikota batik ini.

"Gua dijebak waktu itu bro, Lo tau sendirikan kalau Lo diposisi gua gimana? Mending gua dengan Kana dari pada dengan Asta perawat kurang ajar itu. Lagian gua bentar lagi jadi ayah bro, bibit unggul anak gua dari ibu yang pintar dan ayah yang tampan. Btw Lo kapan?" Kekeh Kari mengoda Reza dengan menaik turunkan alis matanya.

"Sialan Lo, gua mah gampang entar. Jaga baik-baik Kana ya bro atau nanti saya yang bakal rebut dia dari Lo." Jelas Reza sebelum melangkah keluar dari ruang praktek Kari.

Kana mengedipkan bulu lentik matanya beberapa kali, untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada netra mata bulatnya. Suara berisik tadi cukup menganggu pendengaran telinga Kana, hingga menyebabkan dia membuka mata.

"Air... air... air... " Suara halus nan serak Kana mengalihkan pandangan Kari yang sedang membuka berkas pasiennya siang ini.

Kari melangkah menghampiri Kana yang tertidur dengan tubuh yang lemas, menaikan bed yang Kana tiduri lalu membantu Kana bersandar dengan nyaman dan setelahnya membantu Kana meminum air putih yang tersedia disamping bad tempat tidur yang sebelumnya telah dia siapkan.

Pandangan Kana kosong dan hampa seperti tidak ada kehidupan dimatanya, hanya satu arah pandangan Kana yaitu fokus kedepan.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Kari dengan membenarkan bantal yang digunakan oleh Kana untuk bersandar. Kana hanya menjawab dengan gelengan kepala lemah.

"Bagimana perasaan kamu sekarang?" Tanya Kari menyentuh telapak tangan kana, membawa dalam dekapan hangat kedua tangannya.

Kana menatap Kari kosong nan sandu tanpa ekspresi sedih ataupun bahagia. "Kana, are you okay?" Tanya Kari sekali lagi yang tak mendapat jawaban dari Kana.

"Hai, apa kamu masih ingat saya. Saya dokter Reza yang tadi memeriksa kamu di klinik." Tanya Reza yang secara tiba-tiba masuk kedalam ruang untuk melihat apakah Kana sudah sadar atau belum.

"Dokter Reza berapa lama saya dapat bertahan didunia ini? Apakah penyakit saya sangat serius?" Tanya Kana antusias tanpa mempedulikan Kari yang ada disampingnya.

"Tidak ada masalah serius, anda baik-baik saja." Jelas Reza mendekat disamping Kana meletakan nampan berisi makanan yang dia bawa.

"Saya periksa yaa, permisi dokter Reza." Kari berjalan mendekat dan menggeser Reza yang secara tiba-tiba menarik dirinya mundur, ia memeriksa keadaan perut Kana menggunakan stetoskop yang dia bawa.

"Harus istirahat yang cukup agar cepat pulih, keadaan tubuh kamu masih lemah dan tidak ada energi. Makan dulu yaa, biar adek bayinya tidak kelaparan didalam."

Kana menatap Kari dengan pandangan mata polos, yang memperlihatkan tanda tanya atas ucapan yang Kari lontarkan padanya, "Adek bayi ? Apa saya benar-benar hamil dokter ?"

"Iya, kamu hamil sekarang." Jelas kari di iringi senyum merekah diwajahnya.

"Hah... Saya benar-benar hamil sekarang," Kana tersenyum senang tidak ada yang dapat mengalahkan perasaan senangnya kali ini, sebuah kabar gembira bak memenangkan Kontrak milyaran. "Hello sayang ini bunda nak, akhirnya bunda bisa dapatkan kamu tanpa harus menikah. Kamu tenang saya nak, bundamu ini punya begitu banyak tabungan yang sanggup membiayai kamu sampai keliah dan mendirikan perusahaan. Jadi kamu tidak akan kekurangan."

Pernyataan Kana sontak membuat Kari dan Reza tersenyum kecut dan Kabeh,

"Kamu nggak stres kan Kana?" Celetuk Reza secara tiba-tiba.

"Sembarangan dokter, saya masih sehat ya. Terimakasih dokter Kari atas sumbangan spermanya" Oke siapa sangka dengan respon Kana kali ini, "Oh ya, saya tidak ingin menikah dan saya hanya ingin anak ini saja. So, saya tidak akan menuntut dokter Kari untuk tangung jawab pada saya." Jelas Kana membuat Kari terkejut berkali-kali hari ini.

"Tapi kan-" Sebelum Karo menyelesaikan ucapannya Reza lebih dulu memukul pundaknya. "Yang sudah terjadi maka, biarkan berjalan dengan semestinya. Tidak ada gunanya kita mempermasalahkan hal yang sudah terlewat begitu saja, kecuali memperbaiki dan mengembalikan seperti sedia kala. Walaupun hasilnya tak sempurna sebelumnya, tapi setidaknya kita berusaha. Berusahalah Kar untuk memperbaiki masalah ini, jalan keluar itu ada bagi mereka yang ingin berusaha. Tapi jalan keluar sekarang hanya satu yaitu ikuti arusnya saja dulu atau nanti akan memicu hal-hal yang ada diluar kendali." Lanjut Reza.

Solusi yang Reza lontarkan memberikan efek luar biasa pada diri Kari, saya harus memperbaiki apa yang sudah terjadi dengan segala kesalahan ini. Batin Kari menyakinkan dirinya sendiri. Reza menarik Kari keluar dari ruangan.

"Tapi Za, saya akan segera mengurus segala urusan surat yang diperlukan untuk menikahi Kana dalam kurun waktu tiga hari mendatang." ujar Kari penuh kemantapan dan keyakinan atas keputusan yang akan dia ambil.

"Ayah Kana ada di indonesia saat ini, tepatnya di kota bandung buatlah pertemuan dengannya jelaskan apa yang kamu inginkan." Imbuh Mufi yang datang secara tiba-tiba. Masih terlihat dari stelan bajunya bahwa dia baru saja turun dari bandara dan langsung kesini.

"Terimakasih, saya akan segera menemuinya agar masalah ini lekas teratasi. Maafkan saya kak Mufi,"

"Santai aja Kar, walupun dia keras kepala. Percayalah dia itu seorang perempuan lembut yang tidak tegaan dengan orang lain. Pergilah biar Kana saya yang jaga." Jawab Mufi memegang pundak Kari sebelum dia melenggang berjalan masuk kedalam ruangan.

Kari meraih telfon pada saku celananya dan langsung menelfon tangan kanannya. "Tolong urus penerbangan saya kebandung hari ini, saya tidak mau tau alasannya. Hari ini saya susah harus sampai dibandung."

Tak disangka perjalanan singkat namun cukup memakan waktu, tenaga dan pikiran. Hingga Kari telah sampai di kota pasundan bandung tepat dini hari ini dan tanpa menunggu lama dia langsung menuju hotel tempat ayah Kana menginap.

Dengan didampingi Rio selaku pengurus perusahaan ayah Kari, kini Kari telah sampai didepan pintu tempat ayah Kana menginap, Kari mengetuk pintu tersebut tiga kali. Hingga muncullah sosok laki-laki berbadan besar dengan tatapan mata tajam menatap dirinya dari atas hingga bawah. "Masuk! Tuan besar sudah menunggu anda didalam."

Dengan ragu dan takut Kari melangkah masuk, terlebih kalimat yang telah dikatakan oleh orang itu bahwa tuan besar telah menunggunya.

"Akhirnya kamu datang juga Kari Arkara, putra tunggal Nio Bagaskara. Apa yang membawa kamu datang jauh-jauh kemari?"

"Bukankah anda sudah tau kedatangan saya tuan?" Kari menyipitkan mata setelah bertemu dengan sosok yang ada di hadapannya ini. Ternyata beliau adalah teman dari Ayah Kari yang dulu kerap datang ke perusahaan ayahnya.

"Benar-benar duplikat Nio. Lalu kamu ingin saya merestui hubungan kamu dengan putri saya satu-satunya?"

"Tentu saja, karena itu tujuan saya kemari." Kari melipat tangannya didepan dada lalu mendudukkan diri pada sofa yang ada di sana, tepat di depan calon mertuanya.

"Kalau saya tidak setuju dengan hal itu. Kamu bisa apa?"

"Anak anda akan hancur, karena saat ini Kana hamil anak saya." Dengan senyum remeh ucapan Kari cukup membuat orang tersebut memekikan kedua bola matanya.

"Iyakah? Bukankah kamu yang akan hancur Kari, kamu yang cinta mati padanya. Bagaimana jika saya membawa dia dengan anak yang ada didalam kandungannya pergi jauh hingga kamu tidak dapat menggapai nya lagi, sangat jauh dari jangkauan kamu Kari."

"Ayolah om, jagan seperti ini. Saya hanya ingin om menikahkan saya dengan Kana. Saya akan bertanggung jawab penuh terhadap Kana, saya berjanji akan membahagiakan, menjaga, dan memastikan Kana dalam keadaan selalu sehat."

"Lalu, mengapa dia kembali seperti dulu. Sebuah luka yang pernah saya tancapkan padanya. Kamu tidak bisa meyakinkan dia bukan? Dia tidak ingin menikah denganmu. Dia Taruma dengan sikap saya dulu yang sangat acuh terhadap almarhum ibunya dan sangat cuek padanya juga. Tapi percayalah anak muda saya sangat menyayangi dirinya, saya selalu memantaunya dari kejauhan."

Kari menundukkan kepala, "Maaf om, saya akan berusaha. Tapi sekarang saya mohon berikan kesempatan pada saya untuk mencegah masalah yang akan datang kedepannya."

"Jika kamu tidak sanggup membahagiakannya, saya bawa Kana pergi boleh?"

Kari menatap Aro selaku ayah Kana dengan tatapan mata sendu yang sangat menyedihkan. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar "Boleh. Tapi dengan catatan jika saya menyakiti dan Kana tidak bahagia dengan say,a maka om boleh membawa dia pergi."

"Bagus, kita langsung saja akad malam ini masalah berkas biarkan mereka yang mengurusnya dalam sekejap mata." Aro menatap bawahannya yang berdiri dibelakang Kari dengan senyum cengengesan.

Dengan pakaian seadanya disaksikan oleh para orang yang bersangkutan baik penghulu dan yang lain. Kari memegang erat tangan Aro yang ada di hadapannya, jantung Kari berdetak dengan cepat Kari mengambil keputusan akhir dalam hidupnya ini. "Saya nikahkan engkau saudara Kari Arkara bin Nio Bagaskara dengan anak saya yang bernama Kana Feo Indahlia dengan mas kawin berupa satu paket emas dan berlian, dengan uang 1 milyar dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Feo Indahlia binti Aro Edinata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dengan sekali nafas Kari menjawab dengan lancar dan lantang.

"Bagaimana saksi?"

"Sah."

"Alhamdulillah,"

Simpel dan sederhana tapi mampu membuat Kari menitikkan air mata yang tidak dapat lagi Kari bendung sebelumnya. Ini adalah langkah awal dirinya menaiki satu langkah tangga kehidupan.

"Saya telah menyakiti masa kecilnya, tolong jangan sakiti dia dimasa depan nanti. Perhatikanlah keadaannya, kesehatannya baik fisik dan mental dia. Jika kamu tidak sanggup dan tidak mampu lagi tolong kembalikan dia kepada saya, agar saya bisa menghapus luka yang telah kamu perbuat padanya. Walaupun saya juga menancapkan luka pada dirinya semasa kecil, namun saya tetaplah seorang ayah yang menginginkan putri kecilnya bahagia." Aro berkata dengan derai air mata menitik perlahan membasahi pipinya. Sekuat-kuatnya sosok ayah dia akan tetap goyah jika putri kecilnya terluka, terlebih sosok putri kecil yang tidak pernah dia sadari dan perhatian kehadirannya.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

Kana yuk kuat yuk.. ada apa dengan kehidupan Kana di masa lalu

2023-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!