17. Perhatian

Hari terus berganti berlalu dan Kana dan Kari telah sibuk dengan urusannya masing-masing, Kari yang kerumah sakit dan Kana yang kehotel untuk memantau perkembangan. Jadwal mereka tidaklah menentu kadang Kari libur tapi Kana ada klien, begitu juga dengan sebaliknya.

Sama halnya hari ini Kana libur dan Karo ada jadwal operasi, sengan langkah pelan dan perlahan Kana berjalan menelusuri rumah Kari yang nampak sederhana namun sungguh luar biasa dalamnya, dimana dalam setiap desain ruangan Kari menyelipkan keunikan tersendiri sebagai ciri khasnya. Halnya dengan ukiran kancil yang ada pada pintu ruang belajar, yang berisikan buku-buku berbagai macam jenis dan golongan didalamnya.

Mata bulat hitam Kana terkagum-kagum melihat pemandangan dari penampilan yang ada didalam rumah ini, salah satunya taman bunga asri dengan berbagai macam warna mawar tertanam di sana dan juga benda-benda antik tertata rapi didalam almari yang ada disamping sofa tamu.

Setelah puas mengelilingi taman depan kian Kana menuju taman belakang yang tak terlalu luas dengan pohon mangga ditengahnya. Kana mendudukkan diri pada ayunan yang ada ditengah taman. Menikmati sejuknya angin sore yang sepoi-sepoi dengan dedaunan yang bergoyang.

Hembusan demi hembusan halus terasa menerpa wajah Kana, ini adalah rumah impiannya. Pandangan mata Kana menelusuri sekeliling taman belakang hingga terfokus pada sosok yang tak asing dimatanya namun ia lupa, hingga orang asing tersebut berjalan keluar melalui pintu belakang. "Orang itu,"

Tak ada yang menyadari jika Kana ada di taman belakang hingga petang menjelang, Kana melangkahkan kaki masuk kedalam menuju kamarnya kembali.

Didalam kamar nampak Kari yang baru saja pulang, terdengar dari air yang mengalir dengan jas dan tas yang tergeletak diatas kasur. Kana menghela nafas, dengan berat hati Kana menyimpan tas Kari pada meja kerja lalu menggantungkan jas Kari pada tempatnya. Walupun sudah Kana peringatkan berkali-kali namun tetap sama hasilnya, karena Kari sulit melakukannya sebelum menjalankan kebiasaan itu selama 60 hari berturut-turut.

"Dari mana?" Tanya Kari keluar dari kamar mandi tanpa atasan baju, terlihat jelas jika rambutnya masih basah.

"Taman,"

Dahi Kari nampak berkerut, "Kenapa, maksudnya kenapa ketaman?"

"Cari angin,"

"Kan ada AC kenapa harus ketaman?"

Suara ketukan dari luar membuat Kana dan Kari menyatukan mata saling pandang satu sama lain dengan pandangan saling bertanya, siapa?.

Kari berjalan mengambil baju sebelum membukakan pintu kamar, lalu nampaklah pembantu mereka yang membawa susu bumil dan kopi untuk Kari.

Dengan langkah sedikit terburu-buru dia melangkah masuk meletakan minuman kami, dia adalah pembantu baru atas nama Ayu saudara dari mbok Isma yang baru tiga hari bekerja setelah Kari menyetujuinya.

"Silahkan tuan dan nyonya,"

"Iya, terimakasih." Jawab kari sebelum Ayu benar-benar keluar dari kamar mereka, setelah meletakkan susu tersebut diatas nakas disamping tempat tidur meteka.

"Diminum dulu susunya sini," Kari mendudukkan diri disamping tempat tidur tepat di sebah Kana.

"Nggak,"

"Kasihan anak kita kalau kamu egois gitu, sini." Perintah Kari untuk Kana mendekat pada dirinya yang ada ditepi kasur.

Kana tak menjawab, pandangan matanya fokus pada buku tulis yang ada di tangan dengan menggoreskan tinta di sana menggambar apa yang Kana pikirkan karena itulah yang diperintahkan oleh Mufi pada dirinya agar tidak menyakiti diri sendiri, jadi dia lampiaskan pada sebuah buku dan pena.

"Kana Feo Indahlia," Jika sudah nama panjang Kana yang terpanggil maka mau tak mau Kana harus melakukannya. Namun siapa sangka baru sampai lidah saya sudah Kana muntahkan karena mual yang tiba-tiba melanda diri.

Berkali-kali Kana berusaha memuntahkan semua isi yang ada dalam perutnya semua jenis makanan yang telah dia makan kian berangsur keluar keluar hingga Kana merasa tubuhnya semakin melemah.

"Maaf," Dengan penuh perhatian Kari memapah tubuh Kana keluar dari kamar mandi.

"Tidak apa-apa, saya nggak suka bau kopi dan susu ini." Jawab Kana mengambil kedua gelas tersebut dan membuangnya di wastafel kamar mandi. "Saya mau minum kalau kamu yang buatkan, tapi jangan terlalu banyak ya, cukup di gelas sedang saja dan besok saya mau buat sendiri saja akan saya kasi kompor mini dikamar ini untuk kita menikmati ruang sendiri." Jelas Kana yang disetujui oleh Kari dengan anggukan kepala.

Kana melepas pelukan tangan Kari yang melingkar diperutnya dia berjalan ketengah kasur dan langsung menyelimuti tubuhnya.

"Lemas, hmm?" tanya Kari setelah dia memasang stetoskop pada kedua telinga lalu memeriksa detak jantung Kana dan beralih pada perut Kana yang nampak sedikit menonjol 9 Minggu atau memasuki 3 bulan sudah usia kandungan Kana saat ini. Setelah selesai Kari menuangkan minyak kayu putih pada kedua telapak tangannya dan memijat perut Kana.

Kana hanya diam saja dengan bola mata yang semakin lama semakin terpejam karena pijatan nyaman dan hangat Kari diatas perutnya.

"Jagan tidur dulu, kamu belum makan." Kari menghentikan pijatannya, membangunkan Kana yang hampir terpejam lalu membantu Kana bersandar kebelakang tempat tidur.

"Tunggu sebentar, kita makan dulu jagan tidur." Perintah Kari sebelum dia berjalan keluar dan tak berselang lama Kari kembali dengan satu piring makanan dengan lauk pauknya.

"Makan dulu, yaa... " Dengan telaten Kari menyuapi Kana secara perlahan dan sabar karena butuh waktu lama bagi Kana untuk menelan makanannya.

"Sudah, rasanya enek nggak enak."

"Tiga suap lagi,"

"Nggak mau." Kepala Kana yang digelengkan membuat Kari menyerah begitu saja karena jika dia memaksa maka Kana akan memuntahkan lagi makanan yang baru saja dia telan dan mau tak mau Karilah yang harus menghabiskan makanan sisa dari Kana, bahkan sudah beberapa hari ini Kari melakukan hal tersebut, makan-makanan sisa dari Kana, tapi dia tidak keberatan dengan hal tersebut.

Kari menatap mata Kana penuh keteduhan. "Kamu itu istri saya Kana dan saya sangat sayang dengan kalian berdua." jelas Kari setelah dia merebahkan diri disamping Kana."Kalau kamu sendiri Kana, apakah perasaan cinta kamu kepada saya telah tumbuh ?"

Kana menarik sudut bibirnya kecut, "Belum."

"Hmm tidak apa-apa Kana. Setelah ini kita tidur yuk, nggak ada lagi bergadang atau hal lain semacamnya. Kamu tidak boleh kecapekan kerja apa lagi terus bergadang, paham?"

"Paham," Kana tertidur di dalam dekapan Kana, bau badan wangi tubuh Kari bagaikan lilin aroma terapi baginya.

Malam yang panjang telah terlewati dan kini matahari pagi kian menyinari penjuru negeri, "Morning," Sapa Kari.

"Hmm, morning. Masih ngantuk ih, minggir sana. Hari ini nggak ada jadwal apapun jadi mau tidur aja, kamu berangkat kerja sana." Racau Kana dengan mendorong wajah Kari menjauh darinya.

"Hay sekarang jadwal cek dedek ya, bagun terus mandi kita berangkat bersama." Jawab Kari dengan menarik tangan Kana untuk bangun.

"Nanti ah, kamu berangkat nanti siang. Kamu berangkat aja dulu."

"No,no,no sekarang berangkat sama saya Kana. cepat kamu mandi sekarang dan setelahnya baru saya mandi, habis kamu." Jelas Kari yang tidak mau menunggu Kana mandi begitu lama dengan keadaan dirinya telah siap untuk berangkat.

Hufh... Kana berjalan perlahan dari tempat tidurnya, usia kandungannya telah masuk 3 bulan namun dia tetap masih merasakan mual-mual dengan secepat kilat Kana mandi dengan cepat dan keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. "Dingin banget airnya. Cepat kamu mandi sana,"

Kari tanpa menunggu lama langsung masuk kedalam kamar mandi setelah Kana keluar. Dinginnya air dini hari, membuat Kana mengambil pakaian dengan cepatnya lalu berjalan duduk didepan meja rias, memoles sedikit wajahnya lalu menunggu Kari diatas tempat tidur. Dirinya masih sangat mengantuk saat ini.

Cukup lama hingga Kari selesai semuanya dan membangunkan Kana yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dia dan Kana berjalan beriringan kedepan menaiki mobil milik Kari yang kian berjalan membelah ibu kota.

"Saya nggak mau nunggu lama, pokoknya harus diperiksa pertama setelah sampai RS dan setelahnya saya mau tidur lagi diruang istirahat kamu."

Kari melirik Kana dengan ekor matanya, "Coba telfon dokter Zino, apakah dia sudah berangkat sekarang." Jelas Kari dengan menyerahkan ponsel miliknya pada Kana.

'Hello kar, ada apa ni pagi-pagi?' ujar seseorang dibalik telfonnya.

'Dokter sudah berangkat belum ?' Jawab Kana sedikit gugup kala bicara dengan Zino. Karena menurut Kana, Zino sangatlah tegas dan tidak suka dengan bosa basi.

'Oh Kana, kenapa?'

'Dokter sudah berangkat?'

'Sudah, saya nggak pulang dari semalam. Jadi saya meminta suami kamu untuk datang lebih awal mengantikan saya. Ini baru mau pulang.' Jelas Zino membayangkan dirinya yang telah menyelesaikan 3 operasi Cesar malam tadi.

'Jadi dokter nggak praktek di poli, hari ini?'

"Nggak,'

'Hari ini jadwal istri gua periksa bro, Lo jangan pulang dulu ya.' sewot Karo memotong Kana begitu saja.

'Oh iya, saya tunggu. Segera ya.' Zino menjawab sekaligus mengakhiri penggilan telfon mereka.

Mereka berjalan beriringan setelah mereka telah sampai di Rumah sakit tempat Kari bekerja, tidak lupa juga Kari merangkul pinggang Kana.

"Pagi dokter Zino," sapa Kana tersenyum simpel yang dibalas dahaman oleh Zino.

"langsung saja ya, sini na baring. Kita langsung usg ya, saya buru-buru soalnya."

Kana yang sebelumnya sempat tidak paham kini langsung membaringkan dirinya diatas bed pasien. Tanpa pikir panjang Zeno langsung menjalankan alat USG tersebut, "Janinnya sahat, dia tumbuh dengan baik dan saya tidak menemukan masalah sejauh ini, jenis kelamin belum terlihat. Oke semua bagus, detak jantungnya juga bagus kamu dengarkan detak jantung janinnya tidak ada masalah. Ada yang mau didiskusikan na ?" Jawab Zino dengan tenang meraba dan menekan permukaan perut Kana.

"Nggak ada dok, mas dokter sudah cukup menjawab semua pertanyaan saya kalau saya ada keluhan,"

"Bagus kalau gitu, ini semua juga normal si nggak ada masalah. Jadi aman ya kar, gua tinggal pulang ya."

"Iya terimakasih ya bro." Jawab Kari setelah Zino menepuk pundaknya sebelum dia berjalan pergi.

"Kamu mau disini atau pulang aja atau mau gimana ?"

Kana nampak berpikir, "Mau pulang saja, nggak jadi disini."

"Yaudah hati-hati dijalan nya, kabari kalau nanti sudah sampai rumah. Minta mobil RS saja untuk mengantarkan kamu pulang."

"Iya mas dokter, cerewet banget si. Saya pamit pulang dulu ya mas." Kana mencium tangan suaminya dan mengecup pipi Kari sekilas sebelum dia melangkah keluar dari ruangan.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

siapa yang dilihat Kana, apa Hasta

2023-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!