...~•Happy Reading•~...
Maya jadi terdiam sejenak, saat mendengar penjelasan karyawan bengkel. "Terima kasih, Mas. Kalau begitu, kami pamit..." Maya langsung pamit, lalu mengajak Karim segera meninggalkan bengkel.
^^^Karim tidak bertanya apa-apa lagi, saat melihat wajah Maya yang tidak happy dan juga hanya diam, tidak seperti sebelum minta diantar ke bengkel. Karim tidak diminta turun oleh Maya, jadi tidak tahu penyebab murungnya.^^^
"Sekarang kita kemana, Nona?" Tanya Karim, karena Maya masih berdiam diri, tanpa mengatakan tujuan selanjutnya. Padahal mereka sudah di jalan raya, membuat Karim agak ragu menjalankan mobilnya, karena belum tahu tujuan selanjutnya.
"Ooh iya, Pak Karim. Kita langsung pulang saja. Pak Karim masih bisa makan di rest area, atau mau beli makan siang di drive thru restoran fast food?" Tanya Maya yang baru teringat mereka harus makan siang.
^^^Tadinya Maya berharap bisa bertemu dengan Philemon dan mau mengajaknya makan siang, sekalian bisa bertukar nomor telpon. Tetapi yang ditemukan berbeda dengan yang diharapkan, hingga buyar semua rencana dan angannya.^^^
^^^Maya sudah yakin akan bertemu dengan Philemon, jadi ketika tidak bertemu dan tidak tahu nomor telponnya, dia lupa pada rencana berikutnya.^^^
"Saya ikut Nona saja. Kalau mau di rest area juga bisa, karena masih ada roti dan minuman yang dikasih Ibu." Karim mengingatkan Maya, masih ada bekal makanan yang diberikan oleh Mamanya untuk mereka di perjalanan.
"Kalau begitu kita makan siang di rest area pertama saja, Pak. Nanti kalau sudah tiba, tolong info, ya. Saya mau istirahat sebentar." Ucap Maya yang sangat tidak bersemangat.
Maya mencoba pejamkan mata tapi tidak bisa, karena terus berpikir. 'Mungkinkah aku tidak boleh bertemu lagi dengannya karena sudah mengarang bebas, dia tunanganku?' Maya ngebatin dengan hati yang sedih.
'Mengapa hatiku sangat sedih? Lebih sedih dari saat melihat Aldo berselingkuh. Apa yang salah dengan hatiku?' Maya berkata dalam hati, mengingat Philemon bukan siapa-siapanya.
'Mungkinkah aku berharap terlalu tinggi, bisa bertemu dengannya lagi, hingga ini yang kurasakan?' Maya terus berkata dalam hati sambil menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya dengan kuat.
^^^Semua yang dilakukan Maya jadi perhatian Karim dari kaca spion. Dia bisa melihat kesedihan di wajah Maya yang sudah menatap keluar jendela mobil.^^^
^^^Saat tiba di rest area, Maya makan hanya sedikit, karena tidak berselera. Membuat Karim tidak bisa berkomentar. Dia menghabiskan makanannya dalam diam.^^^
"Pak Karim, kita jangan langsung pulang ke rumah, ya. Kita ke pabrik dulu untuk letakan kulkas tadi di ruang kerja saya." Maya mengingat kulkas portable miliknya yang di bawa dari tempat kost.
^^^Saat melihat orang lagi masak di kedai/depot rest area, dia jadi teringat dengan kompor dan kulkas portablenya. Dia ingin meletakan kulkas dan kompor listrik di ruang kerjanya, karena mungkin akan dibutuhkan suatu waktu.^^^
"Siap, Nona...!" Ucap Karim setelah mereka selesai makan dan kembali masuk ke jalan tol.
...~•••~...
Menjelang sore, mereka tiba lagi di rumah karena jalanan agak padat dengan kendaraan. Sehingga Karim membawa mobil lebih lambat.
"Kalian lama sekali?" Tanya Papa Maya saat Maya masuk ke rumah dan Karim telah pulang ke rumahnya.
"Tadi jalanan padat dan juga kami ke pabrik dulu, Pa...." Maya menjelaskan mengapa mereka ke pabrik untuk meletakan barang yang dibawah dari tempat kostnya.
"Ooh... Kalau begitu mandi dan istirahat sebentar, sebelum kita makan malam." Mama Maya melihat Maya tidak segar seperti saat berangkat ke Moro, jadi bilang dia untuk istirahat sebelum dikomentari lagi oleh Papanya.
Maya segera masuk ke kamarnya dan mandi. Setelah mandi, dia duduk lama di depan cermin sambil menatap wajahnya, lama. "Apa yang sedang terjadi denganmu? Mengapa matamu meredup dan hatimu terasa sakit?" Maya berbicara sendiri kepada dirinya di dalam cermin. Kembali dia menarik nafas panjang untuk melegakan dan menenangkan hatinya, sebelum keluar menemui orang tuanya untuk makan malam.
...~•••~...
Setelah melewati akhir pekan, Maya kembali disibukan dengan pekerjaan kantor yang tidak ada selesainya. Bagian keuangan bekerja dengan baik sesuai tugas masing-masing. Jadi dia juga harus bekerja cepat sebelum tiba akhir bulan untuk waktu pembayaran gaji.
^^^Bendahara telah menyiapkan semua daftar gaji pegawai, agar dia bisa memeriksa sebelum tiba waktu transfer gaji. Papanya sudah mengingatkan, agar jangan terlambat membayar gaji pegawai. Supaya mereka semangat untuk bekerja.^^^
Sebelum waktu pulang kerja, Maya ditelpon Papanya untuk datang ke ruang kerjanya. Walaupun sedang sibuk, dia meninggalkan pekerjaannya lalu menemui Papanya.
"Ada apa, Pa?" Maya bertanya saat sudah berada dalam ruang kerja Papanya.
"Tinggalkan kerjamu atau dibawa pulang saja, karena kita akan pulang ke rumah. Ada keluarga yang meninggal, jadi kita harus pergi ngelayat sebelum malam tiba." Papa Maya berkata sambil merapikan semua dokumen di atas mejanya.
^^^Melihat wajah dan sikap Papanya, dia tidak mau bertanya lagi siapa yang meninggal. Dia hanya mengangguk, lalu segera balik ke ruang kerjanya. Dengan cepat dia merapikan semua yang di atas meja kerja, lalu memasukan ke dalam tas kerjanya.^^^
^^^Setelah pamit kepada semua pegawai keuangan, dia segera keluar untuk menunggu Papanya. Namun ternyata dia sudah ditunggu Papanya di mobil. Dia segera naik dan duduk di samping Papanya.^^^
"Sampai rumah, bersihkan badan sebisanya saja untuk menghemat waktu. Mama sudah menunggu kita, jadi kita bisa langsung berangkat." Ucap Papanya, lalu kembali fokus dengan ponselnya.
"Iya, Pa..." Jawab Maya singat, tanpa bertanya.
Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di rumah. Mama Maya sudah menunggu dengan mengenakan pakaian berkabung dan juga rangkaian dan dua keranjang besar bunga mawar putih.
Maya segera ke kamar, sedangkan Mamanya bantu menyiapkan keperluan Papanya untuk pergi. Begitu juga dengan minuman dan makanan kecil untuk dimasukan ke mobil, sudah disiapkan Mama Maya.
Menjelang malam mereka tiba di rumah duka yang sudah penuh dengan para pelayat. Maya baru menyadari, mengapa Papanya minta dia pulang cepat, karena keluarga yang berduka di kota tetangga dan tidak bisa lewat tol. Butuh hampir satu jam, baru tiba di tempat duka.
Maya berjalan masuk bersama Mamanya, sedangkan Papanya berjalan di depan. Seorang pria mendekati Papanya, lalu berjalan masuk sambil berbicara. Mereka diantar ke ruang duka, dimana jenazah disemayamkan.
Mereka berjalan dalam iringan pelayat yang mau menyampaikan turut berduka kepada keluarga yang sedang berduka. Maya heran, kedua orang tuanya tidak ke keluarga duka, hanya berdiri di pinggir peti dan meletakan keranjang bunga di lantai dekat peti.
Mamanya mau memegang tangannya agar tidak pergi ke keluarga duka, tapi dia sudah terlanjur terbawa oleh pelayat lain, saat meletakan keranjang bunga di lantai. Jadi dia ikut dalam antrian untuk memberi ucapan turut berduka kepada keluarga.
"Philee..." Maya sangat terkejut, saat melihat Philemon sedang berbicara dengan orang yang ada di depannya.
Mendengar namanya yang tidak pernah dipanggil oleh orang lain, Philemon sontak menengok. "Kamaya... Ko' bisa ke sini? Kau dengan siapa?" Tanya Philemon beruntun, tanpa bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Dengan orang tuaku, itu yang ada di dekat peti." Ucap Maya cepat lalu hendak menyalami orang tua Philemon, tapi orang tuanya tidak menerima uluran tangannya. Walapun terkejut, Maya meletakan kedua tangan di depan dada sambil mengucapkan turut berduka cita lalu meninggalkan antrian.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Kalau orang lagi murung terus gak ngomong, yang berada dekat dengan dia bakal penuh tanda tanya pastinya
2023-10-29
4
𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜
eh ....yg dicari dan di pikirkan tak sengaja ketemu ya 😀
knp ortu phile ndak mau jabat tangan maya 🤔🤔
2023-09-18
3
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
hais aku tadi udah deg deg an baca nya, aku pikir Phile yang meninggal, Alhamdulillah tidak ternyata
2023-09-04
4