...~•Happy Reading•~...
"Ok..." Philemon segera memakai helm nya lalu meninggalkan Maya yang masih duduk di kursi bambu panjang, sambil memegang betisnya.
Ketika Philemon pamit, Maya langsung terdiam, melihat punggungnya perlahan menghilang di ujung tangga dan tinggallah dia seorang diri.
Setelah ditinggal Philemon, Maya baru merasa kakinya sangat sakit. Percakapan dengan Philemon membuat sedikit teralihkan rasa sakit di kakinya. Jadi setelah tidak ada yang bisa diajak bercakap-cakap, rasa sakitnya mulai terasa dan menusuk.
Sambil memegang pergelangan kakinya, perlahan dia mengangkat dan coba melipat kakinya. Kemudian dia memijit bagian bawa dengkul sampai ke betisnya untuk mengurangi rasa sakit di pergelangan kakinya. Berulang kali dia lakukan agar rasa sakit sedikit berkurang, sebelum berdiri untuk masuk ke kamarnya.
Rasa sakit di kakinya membuat dia mengingat rumah yang ditinggalkannya enam bulan lalu. Jika sakit, dia akan diurus oleh banyak orang dan ada kedua orang tua berada di dekatnya. Mamanya akan mengompres dengan segala macam obat atau ramuan untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan bengkaknya.
Mangingat itu semua, air matanya menetes perlahan membasahi pipinya. Sambil mengurut betis yang ikut sakit, air matanya makin mengalir. Dia jadi mengingat ucapan Fanus kepadanya. 'Mungkinkah ini akibat melawan atau menjahati Mama dan Papa?' Maya merenungi apa yang terjadi dengannya.
...~••Tuhan, maafkan aku. Jangan marah aku lagi. Tolong kurangi sakitku ini, ya. Aku tidak melawan orang tuaku. Aku hanya mau mereka mendengarku dan biarkan aku memilih calon suamiku. Bukankah Kau memberikan kami kebebasan memilih?' Maya berkata dalam hati sambil menangis••~...
Kemarahan dan ancaman kedua orang tuanya kembali terngiang diingatannya. Padahal hampir enam bulan dia sudah berusaha melupakan semuanya dengan bekerja apa saja untuk menyibukan diri, agar tidak merindukan rumah dan kedua orang tuanya.
Flashback.
Enam bulan lalu, Maya baru selesai kuliah kembali ke kota asal, tempat tinggal orang tuanya dengan hati senang. Dia disambut dengan pelukan hangat keluarga besar yang sudah menunggunya. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya, dengan prestasi yang sangat bagus dan tanpa banyak masalah.
"Ini baru anak Mama dan Papa. Bisa selesai kuliah tepat waktu, membuat orang tua bangga. Kami bisa melihatmu wisuda dengan baik, tanpa kecelakaan." Ucap Mamanya sambil mengelus kepala Maya setelah semua keluarga besar pulang ke rumah masing-masing, meninggalkan mereka sendiri di rumah.
^^^Kedua orang tuanya mengadakan syukuran kelulusannya dengan mengundang keluarga besar untuk berdoa dan makan minum serta bercengkrama bersama keluarga besar.^^^
Maya melihat Mamanya dengan wajah bertanya-tanya, karena tidak mengerti maksud Mamanya dengan kecelakaan.
"Iya, Ma. Puji Tuhan. Jadi kita sudah bisa lakukan rencana selanjutnya. Mewujudkan harapan dan permintaan terakhir Kakeknya." Sambut Papanya, membuat Maya malihat kedua orang tuanya bergantian dengan wajah tidak mengerti.
Maya tidak mengerti apa yang dibicarakan orang tuanya, tapi dia tahu apa yang sedang dibicarakan orang tuanya menyangkut dirinya.
"Mama, Papa sedang bicara apa, sih? Berdua bicara dengan bahasa dunia lain, seakan tidak ada Putri. Siapa yang kecelakaan?" Tanya Maya protes, karena bingung mendengar percakapan orang tuanya yang tidak dimengerti.
"Ooh, itu. Temanmu, Nursi. Mungkin kuliah di Universitas yang sama denganmu, tapi kuliahnya tidak selesai. Dia pulang bawa ini...." Ucap Mamanya, sambil mengerakan kedua tangan di depan perutnya.
"Oooh, Nursi tek'dum?" Tanya Maya yang mulai mengerti ucapan Mamanya tentang kecelakaan. Nursi alami kecelakaan, alias hamil sebelum menikah.
"Apa itu tek'dum?" Kedua orang tuanya bertanya bersamaan, saat mendengar pertanyaan Maya.
"Yaa, itu tadi yang Mama tunjukan. Hamil, kan?" Maya berkata sambil meniru gerakan kedua tangan Mamanya di depan perutnya sambil tersenyum.
"Kau itu, kalau bicara yang jelas. Orang tua diajak bercanda." Mamanya memukul tangannya sebagai tanda protes, karena telah membuat Mamanya bingung, tidak mengerti bahasanya.
"Itu bukan bercanda, Ma. Hanya memperhalus kondisi seseorang, karena kecelakaan itu." Maya berkata sambil mengangkat kedua jarinya, tanda peace.
"Lalu apa hubungan selesai kuliahku dengan permintaan Kakek?" Tanya Maya mengingat ucapan Papanya untuk mewujudkan harapan Kakeknya.
"Menikah. Kau sudah selesai tahap ini, tinggal tahap terakhir, menikah." Mamanya menjelaskan maksud Papanya bahwa dia sudah selesai kuliah, tinggal tahap berikut, menikah.
"Ooh... Ya, ngga sekarang, Ma, Pa. Putri mau kerja dulu, baru bicara soal nikah." Ucap Maya santai, sambil mengibaskan kedua tangannya.
"Kerja untuk apa? Suamimu yang akan bekerja." Ucap Papanya keras dan galak.
"Ngga usah ngegas, Pa. Putri hanya bekerja sebelum menikah. Kalau sudah nikah, urusan nanti. Ngapain kuliah capa'-cape', kalau ngga kerja?" Maya mulai kesal dengan ide Papanya, agar dia segera menikah dan tidak bekerja dulu.
"Kami ijinin kau kuliah, agar pantas jadi pasangan calon sumaimu dan juga bisa ajarin anak-anakmu." Bentak Mamanya yang menyadari Maya mulai menunjukan ketidak setujuannya.
"Tetapi Putri ngga mau dijodohin. Lagian Mama dan Papa juga, dengar permintaan Kakek. Jaman sudah bisa buat orang berada di dua dunia (real dan maya), masih mau lakukan perjodohan. Mungkin jaman Kakek susah dapat jodoh, jadi punya ide begitu..." Ucap Maya yang sudah kesal dan tidak terima rencana perjodohan.
"Pokoknya, kau harus ikut yang sudah diatur Kakek dan orang tuamu. Orang tuanya akan datang akhir pekan untuk melamarmu. Jadi siapakan diri dan tidak usah banyak protes." Ucap Mamanya ikut galak.
"Mengapa pada ngegas, semua? Putri belum lihat wujudnya, main iyain saja. Mama, Papa kenapa, sih..." Maya bertanya dengan hati yang makin kesal dan jengkel.
"Yang pasti wujudnya manusia, bukan orang-orangan." Bentak Papanya, agar Maya tidak banyak protes.
"Siapa tau dia mahkluk asbratk. Masa mau aja dijodohin dengan orang yang belum pernah diliat wujudnya." Maya makin kesal dengan keputusan orang tuanya.
"Kau kira Kakekmu tidak bisa bedakan temannya itu masusia atau mahkluk abstrak? Jaga bicaramu..." Bentak Papanya yang sangat menghormati Papanya.
"Paaa, Putri tau, dia manusia. Tapi Putri tidak tau orangnya seperti apa. Putri yang akan hidup bersamanya." Maya menurunkan nada suaranya, karena Papanya sudah emosi.
"Nanti dia dan orang tuanya datang melamar, kau akan melihatnya. Tidak usah banyak alasan." Ucap Mamanya serius, agar suaminya tidak makin emosi.
^^^Orang tuanya khawatir tidak terjadi perjodohan, jika diberikan kebebasan terlalu lama. Karena jika dia sudah punya pacar, akan makin sulit lakukan permintaan Kakeknya. Apa lagi melihat sikap putrinya, kedua orang tuanya makin khawatir dengan janji mereka pada Kakeknya untuk lakukan perjodohan tersebut.^^^
^^^Mereka sudah berjanji kepada Kakek Maya, akan melaksanakan apa yang sudah dijanjikan. Karena Kakeknya saat sakit dan mau meninggal, masih berpesan agar menikahkan Maya dengan cucu temannya. Sehingga mereka terus mengawasi dan mendesak Maya setelah selesai kuliah.^^^
"Loh, ini bukan alasan Mamaaa... Putri belum kenal orangnya. Nanti kesukaannya bertinju, gimana? Putri bakalan jadi samsak... Mama mau Putri lari pulang ke rumah sambil bawa beginian (Maya menggerakan kedua tangan di depan perutnya) dengan pipi yang sudah di blush on sama tinjunya?" Maya berkata dengan hati was-was dan cemas, memikirkan pria yang akan dijodohkan dengannya. Kedua orang tuanya melihat dia dengan serius.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Itulah kalau lagi asyik berbicara rasa sakit pun gak kerasa, udah sampe rumah diem baru tuh mulai cenat cenut Wkwkwk
2023-10-29
4
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
pilihan orang tua baik pasti, tapi kan belum tentu di anak cocok kan. Dan gue team yg ngga suka di jodohkan 😌
2023-08-21
3
𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜
tidak semua juga ortu memaksakan kehendaknya coba jalani saja maya 😀
2023-08-21
3