...~•Happy Reading•~...
"Maiiii, mau kemana?" Teriak Aldo, saat melihat Maya menunduk untuk mengambil tasnya. Dia jadi merasa tidak enak terhadap Maya, tapi tidak enak juga kepada wanita di sampingnya, jika mendekati Maya.
"Ngapain nanya-nanya... Mau rasakan sedotan tantakelku juga? Dasar dodoolll." Umpat Maya sambil menyemprot kedua tangannya dengan disinfektan, lalu sekeliling tubuhnya dan udara sekitarnya. Yang dilakukan Maya, seakan sedang membuat iklan salah satu produk.
"Kau kira kami kuman?" Teriak Aldo tersinggung dengan tindakan Maya. Dia mengerti apa yang dilakukan Maya, karena kadang Maya bisa mengatakan sesuatu dengan getakan tubuh, selain bibirnya.
"Sekarang bagi gue, kau kuman. Jadi tanganku perlu dibersihkan dari kuman yang pernah menempel. Juga sekitarku, karena ada cumi yang menyebar kuman." Balas Maya dengan emosi, lalu kembali menyemptot sekitarnya dengan disinfektan yang dibawa dalam tasnya. Terutama ke arah Aldo dan wanita itu.
^^^Tindakan dan ucapan Maya membuat wanita di samping Aldo geram dan meradang, dia ingin mengejar dan menarik rambut Maya. Tetapi Aldo menahannya, agar tidak terjadi keributan di tempat kost dan mereka diusir oleh yang punya kost.^^^
^^^Aldo tidak menyangka Maya bisa bersikap seperti itu, tidak seperti Maya yang hangat dan baik. Jadi ada rasa bersalah dalam hatinya melihat wajah Maya tanpa ekspresi. Hatinya bertanya-tanya, ada apa Maya tiba-tiba datang tanpa kabari lebih dulu? Apa dia sudah curiga dan mau menangkap basah dia punya wanita lain? Setelah beberapa waktu baru dia bisa berpikir, saat melihat tas di dekat kaki Maya.^^^
Melihat Aldo menahan tangan wanita itu untuk mendekatinya, Maya mengangkat tasnya. 'Untuk apa dipersoalkan, siapa yang lebih berhak marah dalam situasi seperti ini? Lelaki seperti itu, tidak layak untuk diperebutkan. Siapa yang diselingkuhi oleh lelaki dodol itu, biar dia rasakan akibatnya.' Maya berkata dalam hati untuk mengendalikan emosinya, agar tetap waras. Dia jadi berpikir, jangan-jangan wanita itu yang diselingkuhi.
Dia menjijing tasnya, dengan tangan kiri lalu pergi tinggalkan tempat kost Aldo, sambil menyemprot disinfektan ke arah belakangnya dengan tangan kanannya. 'Apa aku tidak sungguh-sungguh mencintainya, sehingga mudah menerima ini? Atau lari dari rumah menadakan aku ini dungu?' Maya ngebatin sendiri.
^^^Dia berjalan cepat keluar dari halaman kost dengan kepala ditegakan. Dia tidak mau Aldo atau wanita itu melihat dia terpuruk atau sedih, karena kehilangan lelaki itu.^^^
Akal warasnya masih bisa mengendalikan amarahnya atas semua yang datang beruntun. Marah dengan sikap orang tuanya, marah dengan kelakuan lelaki yang hampir setahun ini bilang sayang dan mencintainya. Dia menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk mengusir pemikiran dari semua ucapannya, karena apa yang perna dikatakan Aldo padanya, hanya gombal.
'Dia cari wanita lain, karena aku tidak mau datang ke tempat kostnya? Ambil itu, semoga ngga tek'dum.' Maya berkata lagi dalam hati.
Dia jadi teringat dengan Nursi temannya yang tidak selesai kuliah karena hamil. 'Mungkin dia bertemu dan pacaran dengan lelaki seperti Aldo ini, mau diajak ke tempat kost. Alasan belajar atau selesaikan tugas kuliah, tahunya indehoi.' Maya ngebatin sambil mencari minuman.
Ketika melihat ada mini market tidak jauh dari tempat kost Aldo, dia segera ke tempat itu untuk membeli yang dingin. Dia ingin minum sesuatu yang dingin, agar bisa mendinginkan kepala dan hatinya.
Kemudian dia duduk di halte bus untuk minum air mineral dingin dan berpikir tempat tujuan berikutnya. 'Ngga mungkin aku kembali pulang ke rumah. Kalau pulang, berarti aku pergi dari rumah karena lelaki dodol ngga berguna itu.' Pikir Maya sambil melihat lalu lintas yang sedang padat.
'Sedangkan aku kabur dari rumah, karena tidak mau dijodohkan. Huuuuu... Menghindari jodoh, dikhianati yang dianggap jodoh.' Maya ngebatin sendiri, sambil menghebuskan nafas panjang dan kuat untuk menurunkan emosinya.
'Rasanya mau muntah, ingat semua kata manis dan sayang yang diucapkannya.' Maya berkata dalam hati sambil menggelengkan kepalanya, agar tidak mempengaruhi hati dan perasaannya.
Flash off.
Maya masih duduk di atas kursi bambu sambil mengurut betisnya. Seorang diri di malam hari dalam keadaan sakit, membuat hatinya makin sedih. Kadang menunduk, kadang menengada untuk kurangi rasa sedihnya.
^^^Dia tidak pernah mendengar kabar tentang rumah, atau kabar Aldo. Dia mengganti nomor telpon dan tidak pernah melihat atau aktif di akun sosial medianya lagi.^^^
^^^Dia terus berpindah-pindah tempat tinggal, jika ada teman yang mengetahui tempat tinggalnya. Dia mulai melamar di berbagai perusahaan, tapi belum ada panggilan interview, sehingga dia harus kerja apa saja untuk bertahan dan semangat di masa pelariannya.^^^
^^^Dia mencoba belajar hidup dengan apa yang ada padanya, tidak lagi seperti saat tinggal di rumah orang tuanya. Dia harus belajar mengatur gaji yang diterima dari toko sepatu, agar bisa cukup. Dia memakai uang yang dibawanya hanya untuk kebutuhan urgen.^^^
^^^Oleh sebab itu, dia tidak tinggal lagi di Jasi, karena kebutuhan hidup yang mahal. Dia pindah ke Moro, kota terdekat tapi tidak semahal Jasi. Kota yang lebih tenang, udara masih bersih dan sejuk. Kota kelahiran Riska, temannya yang sudah tinggal di di Jasi.^^^
^^^Dalam masa menata diri dan hati, dia bersyukur untuk tempat tinggal yang sekarang menjadi tempat tinggal tiga bulan terakhir, karena uang sewanya tidak mahal. Milik seorang ibu yang pernah dibantu saat terjadi kecelakan di stasiun kereta, sehingga dia mengantar ibu tersebut pulang ke rumah dengan mobil yang dipesannya.^^^
^^^Dari percakapan di dalam mobil, Ibu tersebut menawarkan kamar putrinya yang sudah menikah dan tinggal di luar kota dengan suaminya. Hanya perlu dibersihkan dan menambah beberapa barang yang diperlukan.^^^
^^^Dia merapikan ruangannya, lalu dijadikan tinggal yang layak. Dilengkapi dengan kulkas kecil dan peralatan masak yang dia beli dengan uang yang dimilikinya. Sehingga tiga bulan terakhir telah menjadi tampat tinggal yang layak dan nyaman untuknya.^^^
Menyadari hari esok dan pekerjaan yang belum pasti untuknya, dia mengingat rumahnya lagi. 'Apakah sekarang aku sudah bisa pulang? Apakah Mama, Papa masih marah padaku?' Dia mulai berpikir untuk berdamai dengan kondisinya.
Dia menengada ke langit malam yang tidak berbintang sambil berbicara dengan hatinya. 'Mungkinkah sudah tidak ada lagi rencana perjodohan? Mungkinkah keluarga pria itu marah dan membatalkan perjodohan? Mungkinkah aku telah salah ambil keputusan?' Maya terus bertanya pada dirinya, sambil butiran bening bergulir di pipinya.
"Kau masih di situ?" Tiba-tiba ada suara menegurnya.
"Phileeeee mon... Kau bisa membuat jantungku lompat ke jalanan." Teriak Maya sambil menghapus pipinya dengan tangan, saat melihat Philemon berdiri di ujung tangga dengan helm di tanganya.
"Jantungmu suka olah raga malam?" Ucap Philemon sambil berjalan mendekatinya.
"Kau lagi menangis?" Tanyanya lagi, saat melihat mata Maya yang agak basah.
"Nggaaa... Ini saraf air mataku ikut kecekluk, jadi air mata keluar begitu saja." Maya berkata asal, tapi hatinya senang melihat Philemon kembali.
"Bilang nangis aja, pake muter. Jika sakit atau sedih, nangis itu ngga memalukan. Kalau tau begitu, tadi aku bawa ember." Philemon berkata sambil menggelengkan kepalanya, melihat Maya yang memang habis menangis.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Hahaha iya mungkin Maya kira kalian para kuman yang tentunya harus di basmi dengan caranya sendiri
2023-10-29
4
𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜
tak kira philemon udah pergi .....eh masih nangkring to😜😀
2023-08-22
3
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Betul, gestur tubuh seseorang, pandangan dan ekspresi wajah tak bisa di tutupi. Pasti akan kelihatan kok
2023-08-21
3